1.4

22 3 0
                                    

“Makasih Pak.”

Kemudian berlarilah ia menghampiri temannya dengan senyum mengembang tanpa lagi berpamitan kepada ketiga polisi di sana.

“Ngapain nongkrong di sini?”

Noah pun menjawab, “Aku mual.” Dan saat ia tangkap uluran tangan Sean, laki-laki itu langsung memberi raut wajah kaget yang aneh. “Kamu, mual?”

Membuat Noah jadi kembali membengkokkan badannya bersama tangan yang setengah terangkat. “Aku lanang, Mas,” balasnya bernada kemayu dengan jemari tangan kanan yang menggeliat, Slay.

Laki-laki itu kontan mundur dua langkah. “Geli, anjrit!” seru Sean. “Lagian,” kata Noah.

Sementara tak jauh dari mereka terlihat tiga orang pria yang tampak memperhatikan para pelajar ini. “Jadi kangen masa sekolah dulu,” gumam Dylan, yang merasa tersentuh akan keakraban kedua laki-laki di ujung jalan sana.

“Anda kenal dia Pak?” tanya seorang petugas di hadapannya.

Aiden menganggut. “Sangat,” ucapnya. Dengan rasa syukur yang terus menggema dalam hati, memandang sejenak kedua pelajar itu yang saling menertawakan satu sama lain. Dan memberikan sebersit senyuman ketika sudah masanya mereka untuk berangkat. “Aku harap bisa dekat dengannya lagi seperti dulu,” sambungnya.

***

Hitam&Putih : Benang yang PutusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang