2.12

2 1 0
                                    

“Sean!”

Secara spontan nada pria itu tiba-tiba saja meninggi, menyalang kedua matanya bersama kedua alis yang saling bertautan. “Kenapa—huh?” Sudut bibir Sean lantas meruncing, terkekeh ia mengiringi kilauan bening pada pelupuk mata, yang perlahan memudar senyum getir darinya tertukar oleh suara parau yang mendadak terdengar.

“Setiap malam aku selalu mimpiin waktu itu, dan akibatnya aku mesti nenggak obat hampir setiap hari. Aku juga mau bebas, tapi bukannya hilang, setiap hari malah makin jelas.”

Namun, apalah yang mereka lihat—termenung—selama beberapa saat di sana, menatap sendu laki-laki itu tanpa berucap sepatah kata, membiarkannya larut. Hingga tanpa sengaja seorang pria di sana terkesiap mendapati akan bayang-bayang semu sebuah senyuman hadir dalam diri Sean. Richard. Menjadikan mulutnya yang terkatup lantas terbuka—hendak bicara, namun ....

“Erick—”

***

Hitam&Putih : Benang yang PutusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang