Marvel memandang bangunan sederhana yang menyatu dengan pohon-pohon disampingnya itu, dia rasa sepertinya sedang berada di negeri dongeng. Ternyata ada negeri seperti ini, Marvel tidak pernah membayangkannya.
Marvel masuk ke dalam rumah Chan, desainnya benar-benar kuno tapi sangat klasik. Seperti inikah negeri dongeng? Matanya sibuk menelisik ke setiap ruangan sampai lupa mendengarkan Chan disampingnya.
"Hei, mengapa diam saja? Kamu tidak mendengarkanku ya?" Chan memicingkan matanya.
"Maaf, aku terlalu sibuk memperhatikan rumahmu." Jawab Marvel menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Yasudah kalau begitu nikmatilah, aku akan membereskan kamar untukmu." Lalu Chan pergi ke kamarnya dan membereskan beberapa barang yang berserakan. Dan tentu saja sedikit berdebu karena Chan sudah lama tidak berada disini, dia akan pergi ke tempat ini jika sedang malas di istana.
Chan membuka lemari pakaian, mencari yang setidaknya cocok dengan Marvel. Karena tidak mungkin Marvel memakai baju seperti itu, jika terlihat orang lain akan rumit.
Chan melihat baju yang menarik perhatiannya, sepertinya Chan tidak pernah melihat. Dia baru ingat ini pakaian temannya dulu yang pernah menginap ternyata masih ada disini. Sepertinya sangat cocok dengan Marvel. Chan kembali ke tempat Marvel berada, lalu menyimpan baju itu tepat disamping Marvel.
"Kamu bisa memakai baju itu agar orang-orang tidak mengetahui kau dari dunia manusia. Aku akan ke belakang untuk menyiapkan beberapa hidangan mungkin kau lapar."
"Terimakasih Chan, maaf merepotkan mu." Marvel mengambil baju tersebut lalu pergi ke kamar untuk berganti pakaian.
Chan memilih pergi ke belakang untuk memasak, walaupun Chan tinggal di istana tapi tidak jarang ia pergi ke dapur hanya untuk sekedar melihat para maid yang memasak dan terkadang dia juga membantu. Jadi tidak heran jika Chan pintar memasak.
Setelah berganti pakaiannya Marvel turun keluar dari kamar dan melihat Chan yang sedang menata beberapa makanan dimeja. Marvel duduk di tempat yang sudah disiapkan.
Chan sempat terdiam saat melihat bagaimana Marvel memakai baju itu, baju khas pangeran itu benar-benar membuatnya sangat tampan. Sebenarnya sedari tadi Marvel sudah tampan namun kali ini jauh lebih tampan. Chan menggelengkan kepalanya agar tidak terpesona pada Marvel.
"Cobalah, aku harap kau suka." Ujar Chan tersenyum ramah. Marvel mencicipi satu persatu makanannya. Chan memandang Marvel penuh harap. Semoga makanan nya enak.
"Wah, ini sangat enak." Kata Marvel membuat Chan bernafas lega untung saja.
"Terimakasih, habiskan saja ya." Chan mendudukkan dirinya dihadapan Marvel.
"Kau tidak akan makan?" Tanya Marvel, Chan hanya menjawab lewat gelengan kepala. Marvel memilih melanjutkan makan nya karena dia memang sangat lapar.
"Bagaimana kau bisa terjatuh dihutan? Padahal hutan ini jarang dilewati orang-orang." Celetuk Chan, Marvel yang sibuk makan sontak menoleh.
"Ada apa memangnya dihutan ini? Jika jarang dilewati orang-orang mengapa kau berada disini?" Tanya Marvel penasaran.
"Di hutan ini sering terjadi orang hilang, siapapun yang berani kemari akan ditangkap oleh makhluk Marlon. Jika kamu ingin tahu Marlon sejenis elang namun lebih besar dan memburu siapapun yang dia lihat karena itu jarang dilewati orang-orang."
"Alasan aku berani datang kesini aku punya liontin yang membuatku tak terlihat dimata makhluk itu." Chan menunjukan kalung liontin berwarna perak berbentuk kupu-kupu yang melingkar indah di lehernya.
"Bagaimana jika liontin itu terjatuh? Itu akan sangat berbahaya untukmu."
"Aku tahu, ayahku juga selalu berkata seperti itu. Tapi aku sudah terbiasa lagipula aku tidak terlalu sering kesini hanya saat-saat aku kesal di istana saja."
"Jadi saat ini kau sedang kesal di istana?"
"Benar! Aku sangat kesal di istana. Tiba-tiba saja ayahku akan menjodohkan ku dengan seseorang tentu aku kesal!" Ucap Chan memukul kecil meja sebelum melanjutkan ucapannya.
"Aku tidak pernah mencintai pria itu, dan juga setahuku dia sangat kasar pada wanita. Ayahku benar-benar gila akan menjodohkan ku dengannya. Entah bagaimana nasibku ke depannya." Raut Chan berubah menjadi sedih lalu menelungkupkan wajah di lipatan kedua tangannya.
Marvel jadi merasa kasihan, tapi dia bingung harus bagaimana. Karena Chan sudah membantu nya saat ini mungkin dia juga akan membantu Chan saat ini. Marvel menepuk lembut pundak Chan.
"Hei, aku akan membantumu. Jangan sedih." Ucap Marvel lembut membuat Chan segera mendongak.
"Benarkah? Sungguh?" Tanya Chan dengan wajah sumringah.
"Iya, tapi aku tidak tahu bagaimana cara membantumu."
"Tidak apa, aku tahu. Cukup kau berpura-pura menjadi kekasih ku saja." Chan berucap santai, berbeda dengan Marvel yang sedikit terkejut. Berpura-pura menjadi kekasih?
"Mengapa harus berpura-pura menjadi kekasihmu?" Tanya Marvel dengan raut yang masih terkejut
"Ayahku sangat ingin cepat-cepat turun tahta, dia ingin aku menjadi ratu disana. Namun dia tidak ingin aku memerintah sendiri, dia ingin aku mempunyai pasangan untuk menemani ku. Aku tidak mempunyai kekasih, ayahku jadi mencarikan ku pria sesukanya. Jika kamu berpura-pura sementara menjadi kekasih ku mungkin saja perjodohan ini akan dibatalkan."
"Kau yakin ini akan berhasil?"
"Tentu, kau hanya perlu berpura-pura saja, semuanya serahkan padaku. Kau mau bukan? Kumohon.."
"Baiklah baiklah aku mau. Tapi ada syaratnya." Ujar Marvel membuat kening Chan mengkerut tanda kebingungan.
"Apa syaratnya?"
"Setelah tugasku selesai, tolong bantu aku keluar dari sini." Tanpa pikir panjang Chan mengangguk.
"Okee, deal!" Girang Chan, Marvel hanya tersenyum tipis.
"Aku ingin bertanya sesuatu Chan."
"Tanyakan saja, sebisanya aku jawab."
"Katamu disini ada makhluk yang sering memangsa bukan? Lalu bagaimana dengan aku?"
"Kamu tidak perlu khawatir, rumah ini sudah aku desain agar tidak terlihat oleh makhluk itu. Dan juga jika kamu ingin keluar baju kamu adalah baju bekas salah satu pangeran disini dia temanku, dan tentu saja bajunya bukan sembarang baju jadi kamu tenang saja."
"Kalau begitu baiklah, terimakasih Chan."
"Tidak apa-apa, karena kamu baru disini ingin berkeliling Esteranza? akan banyak hal baru yang kamu temui."
"Apakah nama negeri ini Esteranza?"
"Iya, Esteranza yang mempunyai arti harapan. Kami mengharapkan banyak kepada negeri ini, dan tanah kami yang subur menjadi satu-satunya harapan untuk semua negeri. Ayo kita berkeliling." Tanpa ba-bi-bu lagi Chan langsung menarik Marvel untuk berkeliling negeri Esteranza.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ𖥻TBCCastle Esteranza
Jangan lupa tinggalkan jejak yaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓) ENTRINNA : Foreign Country | markhyuck
Fantasía˚₊· ➳ Marvel, seharusnya mati tenggelam tapi justru terbangun disebuah negeri asing. Dan bertemu dengan Chanesa-Putri mahkota yang menolongnya. Pertemuan antara Chanesa dan Marvel membuat adanya perjanjian diantara mereka. Chanesa dia dijodohkan ol...