Satu chapter lagi deh, karena ultah fullsun<3!
𖧧 ָ࣪ ˓˓ é𝗇𝘁࡛𝗋𝖎𝗻𝗇α ﹾ⸙
Nana dan Reri berada disamping Chan sambil sedikit menariknya bermain. Agar Chan tidak terlalu memikirkan tentang Marvel.
Beberapa dari yang lain sedang membersihkan beberapa bekas peperangan dan hanya mereka bertiga yang bermain. Nana mengajak ketiganya ke salah satu bukit didekat sana. Ketiganya menghirup udara segar walaupun dibukit disiang hari namun disana tidak panas suasananya seperti pagi hari. Dan matahari yang diciptakan oleh penduduk Sunsurf pun sudah menghilang.
"Kita sudah lama tidak bermain seperti ini." Reri berucap sambil memandangi pemandangan dari atas.
"Kamu benar, aku merindukan saat saat kita masih kecil." Kali ini Nana yang berucap. Chan hanya tersenyum.
"Sekarang sudah dewasa ya?" Chan bertanya yang mendapatkan kekehan dari Nana.
"Tentu saja, kita sudah dewasa. Aku harap hubungan kita selalu baik-baik saja. Jangan pernah sungkan untuk bercerita karena kita sahabat bukan?"
"Aku setuju, dan mungkin jika tanpa kalian aku tidak akan bisa mempunyai sahabat seperti ini. Saat aku tersesat waktu itu bukan menjadi pengalaman buruk untukku, justru karena kejadian itu aku mempunyai teman baik seperti kalian." Sahut Reri lalu berpindah tempat berada ditengah-tengah Chan dan Nana lalu merangkul keduanya.
"Nana, aku ingin bertanya. Apakah kamu mencintai Jeno?" Chan bertanya tiba-tiba membuat Nana tersentak. Tapi Reri justru terkekeh.
"Kamu menanyakan hal yang konyol Chan, bukankah mereka sudah jelas saling mencintai." Ucap Reri membuat pipi Nana merona.
"Kalian ini, bisakah jangan membicarakan hal itu?" Nana berujar sambil mengalihkan pandangannya.
"Aku tebak kalian pasti sudah berciuman bukan?" Reri yang kali ini bertanya sambil tertawa. Wajah Nana semakin memerah apalagi disaat mengingat dirinya sedang berciuman dengan Jeno. Ah! Benar-benar memalukan walaupun hal itu sudah biasa dilakukan.
"Wah, benarkah? Bagaimana bibir Jeno? Apakah manis?" Chan ikut tertawa saat melihat wajah Nana yang sudah seperti tomat.
Nana menekuk lututnya dan menenggelamkan wajahnya disana. Membuat Reri dan Chan semakin tertawa.
"Jika Jeno yang melihat ini, sudah dipastikan kamu langsung dinikahkan olehnya." Reri yang terus menggoda Nana. Nana mendongak dan menatap kedua sahabatnya atau lebih tepatnya kepada Chan.
"Aku akan menunggu kabar kamu berciuman dengan Marvel." Ucap Nana tersenyum.
"Apa-apaan itu, aku tidak mungkin bisa berciuman dengannya." Jawab Chan sedikit gelapan mengapa sekarang sasarannya kepada dirinya? dan kali ini dia yang mengalihkan pandangannya. Membuat senyuman Nana semakin lebar.
"Benarkah? Tidak satu atau dua kali bola mataku melihat Marvel yang memelukmu begitu erat. Bukankah aneh jika mereka tidak ada rasa bukan begitu Reri?" Reri mengangguk tegas menyetujui ucapan Nana.
"Aku yakin, pasti sebentar lagi Marvel akan menciumimu atau mungkin." Setelah Reri berucap dia melirik Nana seakan kedua pikiran mereka sama karena setelahnya mereka tertawa bersamaan. Chan tentu juga memikirkan hal itu lalu mendorong kecil tubuh Reri yang membuat Nana ikut terdorong.
"Kalian ini menyebalkan sekali! Aku dengan Marvel tidak sedekat itu."
"Kalau begitu dekati saja, kau bilang Marvel tampan. Aku akan mendukungmu tenang saja bahkan sampai di altar pun aku yang pertama akan bersorak untukmu!" Seru Nana.
"Astaga sudah hentikan!" Chan menggeleng-gelengkan kepalanya. Tiba-tiba terpikirkan ide jahil dalam pikirannya. Chan mengecup pipi Nana dan Reri bergantian lalu setelahnya dia lari begitu saja. Walaupun mereka sudah sahabat lama namun itu terasa menggelikan apalagi gender mereka yang sama.
"CHAN!!" Teriak Reri kesal lalu berlari menyusul Chan diikuti dengan Nana yang ikut berlari.
"AAAA!!" Teriak ketiganya bersamaan karena didepannya ada Gia dan Yura yang berdiri. Yura dan Gia tentu terkejut melihat orang yang mereka cari sedang berlari ke arahnya. Belum mereka menyempatkan diri untuk menghindar namun semua sudah tabrakan dan terjatuh.
"Astaga, apa yang kalian lakukan dengan berlari-lari." Gia berucap sambil membersihkan pakaiannya yang sempat kotor karena terjatuh.
"Tidak tahu, mereka yang mengejarku." Jawab Chan sambil menunjuk Nana dan Reri. Sang pemilik nama langsung menatap Chan tajam karena tidak terima dengan ucapannya. Karena dialah yang lebih dulu membuat mereka berlari-lari.
"Sudah sudah, aku kemari ingin memanggil Reri untuk meminta bantuan." Yura menenangkan ketiganya. Reri mengerutkan keningnya.
"Ada apa?" Tanya Reri. Yura mengedikan bahunya.
"Tidak tahu, Alden yang meminta."
Nana dan Chan menoleh bersamaan setelah mendengar jawaban Yura. Keduanya menatap Reri menggoda karena mereka tahu bahwa Reri menyukai Alden. Reri menatap keduanya dengan tatapan tajam.
"Diam kalian! Sudah ayo kita pergi." Ucap Reri diangguki Yura lalu keduanya melenggang pergi.
"Aku tidak ikut ya! Semangat teman-teman." Sahut Gia tersenyum sambil menunjukan deretan giginya dan melambai-lambaikan tangannya. Yura hanya menoleh sekilas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Teman-teman, mau tidak jika kita bermain disungai?" Ujar Gia menatap Nana dan Chan bergantian.
"Boleh saja, ayo!" Seru Nana dan Chan bersamaan.
Lalu mereka bertiga pergi ke sungai untuk bermain air. Sudah lama tidak bersenang-senang karena peperangan sudah selesai mereka ingin kembali seperti kehidupan sebelumnya.
Gia memimpin jalan sedangkan Nana dan Chan hanya mengikutinya dibelakang karena Gia yang mengetahui jalannya. Saat sudah didekat sungai mereka melihat seorang pria yang duduk sendiri sambil memainkan air dengan kekuatan nya. Jika dari belakang seperti tidak asing.
Karena mendengar suara langkah kaki pria itu sontak menoleh. Dan ternyata dia Calvin pantas saja Gia sangat tidak asing, namun apa yang pria ini lakukan? Gia menatap curiga membuat Calvin menggaruk tengkuknya.
"Kau melarikan diri bukan? Seharusnya kamu membantu membereskan bekas peperangan itu." Ujar Gia yang dibalas senyuman dengan wajah seperti tidak mempunyai kesalahan.
"Aku terlalu malas untuk melakukan itu." Gia mendengus lalu memukul pelan kepalanya. Chan menyoraki Calvin membuat Calvin mendelik tidak suka ke arahnya.
"Apa kamu? Kamu juga tidak membantu bukan?" Tanya Calvin yang dijawab kekehan oleh Chan.
"Karena aku wanita, tidak terlalu diwajibkan dalam melakukan hal seperti itu. Kau pria, kau kuat seharusnya membantu memalukan sekali."
"Marvel juga tidak membantu." Setelah Calvin berucap kepalanya kembali dipukul yang kali ini pelakunya Chan. Bodoh sekali pria ini membandingkan dirinya dengan Marvel, padahal sudah jelas bahwa Marvel sedang terluka. Chan rasanya ingin menendang saja sampai ke ujung dunia.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ𖥻TBCHappy birthday haechanieee sayang, anak baik anak ganteng happy selalu ya. Makasih udah lahir didunia ini <3
Vote vote yaaa, see you!
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓) ENTRINNA : Foreign Country | markhyuck
Fantasía˚₊· ➳ Marvel, seharusnya mati tenggelam tapi justru terbangun disebuah negeri asing. Dan bertemu dengan Chanesa-Putri mahkota yang menolongnya. Pertemuan antara Chanesa dan Marvel membuat adanya perjanjian diantara mereka. Chanesa dia dijodohkan ol...