Marvel berlari ke arah Chan saat melihat punggung Chan yang berjalan masuk ke dalam istana. Marvel menarik lengan Chan karena saat dirinya memanggil Chan sama sekali tidak menyahut. Dirinya terkejut saat melihat kedua mata Chan yang sembab, apa yang terjadi padanya? Chan hanya memandang Marvel datar tanpa berkata apapun.
"Apa yang terjadi padamu?" Tanya Marvel menatap Chan bingung. Chan menepis lengan Marvel lalu masuk ke dalam istana tanpa menjawab pertanyaan Marvel.
"Apa aku punya salah?" Gumam Marvel pada dirinya sendiri. Lalu berjalan masuk menyusul Chan untuk istirahat. Mungkin besok saja dia bertanya, karena Marvel sedang lelah saat ini sudah beberapa dia kesulitan istirahat dengan nyenyak.
Dugaan Marvel salah ternyata besoknya Chan tidak mau keluar kamar bahkan saat mereka berpapasan pun Chan tidak mengatakan apapun. Ini membuat banyak pertanyaan pada benak Marvel, apa yang telah dia lakukan?
Setelah beberapa hari berlalu, selama Chan mendiamkan dirinya Marvel selalu pergi ke Nearon. Dan selama ini itu Chan benar-benar tidak pernah berbicara apapun padanya. Hingga Marvel datang bersama Jeno dan Reri disana ada Chan dan Nana yang bersama entah membicarakan apa. Marvel merasa aneh kini bahkan Nana mendiamkan nya juga, mereka berdua hanya menyapa Jeno. Seakan Marvel dan Reri tidak ada diantara mereka.
"Kalian kenapa? Apakah aku melakukan kesalahan?" Tanya Reri bingung memandang Chan dan Nana bergantian.
"Dasar tidak tahu diri." Ucap Chan pelan namun masih terdengar oleh Marvel.
"Apa yang kau ucapkan Chanesa." Geram Marvel dengan sikap Chan yang tidak jelas menurutnya. Sekarang dirinya berkata seenaknya pada sahabat dia sendiri.
"Kalian benar-benar membuatku kecewa." Kini Nana yang bersuara menatap Marvel dan Chan bergantian. Lalu Nana menarik Chan pergi dari sana.
"Aku akan cari tahu." Sahut Jeno lalu mengejar keduanya. Reri sudah mengepalkan tangannya menahan isakannya. Marvel yang berada disampingnya langsung mendekap badan Reri sambil mengusap punggung nya.
"Tidak apa, semua akan kembali seperti semula. Kita akan cari tahu." Ucap Marvel menenangkan Reri.
𖧧 ָ࣪ ˓˓ é𝗇𝘁࡛𝗋𝖎𝗻𝗇α ﹾ⸙
Hari-hari Marvel habiskan untuk menemani Reri, karena tidak mungkin dia meninggalkan Reri sendiri saat teman-teman yang lain mendiamkan mereka tanpa menjelaskan apa kesalahan mereka berdua.
Hal itu tentu sering dilihat oleh Chan dan Nana. Chan menjadi mudah tersulut emosi karena merasa cemburu dengan kedekatan keduanya. Dia pikir Marvel akan menjelaskan padanya mengenai malam itu, ternyata Marvel bersikap seolah-olah tidak melakukan apapun.
"Aku pikir Marvel tidak mungkin melakukan hal itu." Ujar Jeno setelah mendengar cerita dari Chan mengenai malam itu.
"Lihatlah mereka sangat dekat Jeno! Sudah jelas mungkin saja itu benar-benar Marvel dan Reri." Ucap Nana melipat tangannya didada.
"Tidak, kalian salah. Aku sangat yakin Marvel bukan orang seperti itu, kalian selalu kekanak-kanakan. Dewasalah sedikit, dia bukan tuhan yang bisa menebak apa yang kalian mau. Jika memang kalian merasa Marvel melakukan, lebih langsung tanyakan pada orangnya. Kalianlah yang sebenarnya membuat kami kecewa." Jeno berucap lalu pergi meninggalkan mereka berdua, dari dulu keduanya memang selalu seperti kekanak-kanakan. Jika bertengkar saja Reri yang selalu melerai keduanya.
"Ada apa Jeno?" Tanya Reri saat melihat kedatangan Jeno dengan wajah yang memerah seperti menahan emosi.
Setelah duduk didekat Reri dan Marvel, Jeno menceritakan mengenai apa yang Chan ceritakan padanya. Saat mendengar Reri maupun Marvel terkejut, keduanya saling pandang. Berciuman? Apa yang Chan ucapkan? Bahkan mereka tidak pernah melakukan hal sejauh itu.
"Sepertinya ini salah paham, aku tidak bisa berteman lagi dengan mereka." Ucap Reri dengan raut sedih. Karena dirinya tidak mempunyai teman dekat selain mereka berdua.
"Ada seseorang yang merencanakan hal ini." Sahut Marvel, sontak Jeno dan Reri menoleh.
"Saat malam itu, aku tidak sengaja melihat Reri ada dua. Aku yakin ada seseorang yang menyamar sebagai aku dan Reri, mereka dibayar untuk melakukan hal ini. Sehingga terjadi kesalahpahaman." Terang Marvel menjelaskan hal itu.
Reri mengangguk mengerti jadi ini adalah alasan mengapa Marvel menatapnya bingung malam itu.
"Itu sangat masuk akal, kita harus mencari dalang pelakunya dengan kembali ke tempat itu kembali." Usul Jeno diangguki Marvel dan Reri. Tanpa basa-basi mereka bertiga langsung teleportasi menuju tempat yang sebelumnya mereka datangi.
Saat mereka berjalan disekitar tempat itu tidak ada tanda kehidupan, bahkan mereka tidak melihat rumah sebelum berjalan jauh. Karena ternyata setelah berjalan cukup jauh dari sana ada seorang pria yang menghitung beberapa koin emas dan uang kertas. Mereka bertiga bersembunyi untuk memperhatikan pria itu dari jauh.
Setelah tak lama mereka hampir bosan memperhatikan pria itu tiba-tiba seorang wanita keluar dari rumah itu yang membuat mereka bertiga saling pandang. Wanita itu sangat mirip dengan Reri, bahkan tinggi sepertinya sama. Reri pun merasa seperti melihat kembarannya sendiri padahal dirinya merasa tidak mempunyai kembaran.
"Berapa uang yang pria itu berikan?" Tanya wanita itu yang terdengar samar-samar oleh mereka bertiga.
"Tidak banyak namun cukup untuk kehidupan kita sehari-hari." Jawab pria itu.
"Tidak banyak apanya, itu koin sangat banyak sekali." Gumam Reri.
Saat melihat wanita itu menghitung koin koin emas itu sehingga membelakangi mereka bertiga. Dengan cepat mereka berjalan tanpa menimbulkan suara mendekat ke arah keduanya.
Pedang Marvel todongkan tepat disisi leher wanita itu begitu juga dengan Jeno. Jika pria dan wanita itu bergerak sedikit saja bisa membuat kedua lehernya putus apalagi melihat pedang keduanya yang sangat mengkilap dan tajam. Keduanya terdiam karena terkejut sambil meneguk salivanya mati-matian.
"Kita bawa mereka ke tempat para korban disembunyikan kemarin." Sahut Reri, lalu Marvel dan Jeno membawa dua orang itu ke tempat sebelumnya para korban disembunyikan. Jeno dan Marvel mengikat keduanya ditiang tinggi dengan posisi saling membelakangi.
"Siapa yang membayar kalian hah?!" Sentak Reri menatap keduanya tajam. Namun baik pria dan wanita tidak ada yang berniat menjawab keduanya hanya diam.
Marvel tersenyum miring saat keduanya hanya diam. Marvel mengambil pisau kecil, ingat bukan yang pernah dia pakai untuk memotong apel? Kini dia pakai untuk menggores perlahan leher pria itu. Hal itu membuat Jeno dan Reri terkejut karena Marvel bisa melakukan hal seperti itu.
"Semua manusia sama saja, harus diancam lebih dulu agar mau bicara." Jangan salah, Marvel dulu adalah seorang mantan mafia. Dia bisa melukai siapa saja yang berani melukai ibunya. Namun setelah kepergian ibunya, pesan ibunya terakhir adalah agar dia berhenti dari pekerjaannya.
Marvel menuruti hal itu namun ternyata itu diambil kesempatan oleh pesaingnya. Hingga akhirnya Marvel berhasil diculik dan sekarang disini justru dirinya berada.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ𖥻TBCVote dong vote untuk menghargai authornya hehee atau komen juga lebih baik, terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓) ENTRINNA : Foreign Country | markhyuck
Fantasía˚₊· ➳ Marvel, seharusnya mati tenggelam tapi justru terbangun disebuah negeri asing. Dan bertemu dengan Chanesa-Putri mahkota yang menolongnya. Pertemuan antara Chanesa dan Marvel membuat adanya perjanjian diantara mereka. Chanesa dia dijodohkan ol...