Beberapa hari belakangan ini Marvel rajin berlatih pedang di depan halaman rumah. Sebelumnya Chan memasang sebuah pelindung disekitar halaman rumah itu agar makhluk Marlon tidak melihat. Dan Marvel tenang untuk berlatih, kemampuan nya sangat cepat maju.
Biasanya jika bosan Chan akan menemani Marvel berlatih, karena menurutnya melihat Marvel berlatih pedang dimatanya sangat keren. Padahal seharusnya hal itu hal yang biasa saja.
Seperti saat ini Chan yang terus memperhatikan Marvel yang berlatih karena sangat bosan hingga membuatnya tertidur dengan posisi terduduk. Marvel yang baru saja selesai latihan tersenyum tipis saat melihat keadaan Chan yang sampai tertidur.
Marvel mengangkat bridal style dan membawanya masuk ke dalam untuk ditidurkan di atas ranjang. Sempat ia memandang sekejap bagaimana ketika Chan tertidur, terlihat begitu damai dan tenang. Jika setiap pagi mendapatkan pemandangan seperti ini Marvel yakin hari-harinya pasti akan baik.
Marvel keluar kamar setelah memindahkan Chan, ia terduduk dibangku sambil memperhatikan pedangnya. Marvel merasa seperti mimpi bisa memegang pedang seperti ini tidak pernah dia pikirkan akan terjebak disini. Marvel memutar mutar pedang itu.
"Sedang apa kau?"
Marvel terkejut saat menoleh ternyata Jeno. Sejak kapan Jeno berada disini?
Jeno mendekat dan duduk disamping Marvel.
"Kemana Chan?" Tanya Jeno sambil celingukan kesana kemari."Sedang tidur." jawab Marvel, lalu menyimpan pedang itu dibawah.
"Apa yang kamu lakukan kemari?" Lanjut Marvel bertanya
"Aku hanya ingin melihat peningkatan kamu saja, bagaimana buku yang aku berikan kemarin?"
Marvel mengambil salah satu buku dihadapannya dan memberikan pada Jeno."Terimakasih, sudah ku pelajari dan beberapa trik aku sudah coba." Ucapnya, Jeno tersenyum singkat dan menerima buku yang diberikan Marvel.
"Bagus kalau begitu, ngomong-ngomong apakah kau pernah bermain pedang sebelumnya?" Marvel menggeleng.
"Tentu saja tidak, di dunia manusia tidak menggunakan benda ini untuk bertarung."
"Tapi ketika melihat caramu bermain seperti sudah pandai bermain pedang." Marvel terkekeh kecil.
"Sepertinya itu hanya kebetulan saja."
Setelah ucapan Marvel tiba-tiba pintu terbuka, membuat keduanya menoleh melihat ke arah pintu. Ternyata ada Nana yang masuk, kira mereka siapa.
"Aku kira kau siapa." Ucap Jeno, Nana hanya terkekeh lalu berjalan mendekati keduanya.
"Aku tadi sempat salah rumah, aku pikir rumah Chan. Jadi saat kemari aku pelan-pelan takut salah lagi hehe." Kata Nana.
"Kau selalu membuat kesalahan seperti itu." Jeno menggeleng gelengkan kepalanya.
Nana tidak menjawab lagi ucapan Jeno ia melihat sekeliling rumah Chan. Dia ingin duduk tapi hanya ada dua tempat duduk yang disiapkan, sebenarnya ada juga di dapur tapi Nana malas membawanya. Pandangannya berhenti dipaha Jeno, tanpa rasa takut Nana langsung duduk begitu saja dipangkuan Jeno. Namun Jeno sama sekali tidak terkejut, justru Marvel yang terkejut saat melihat itu.
"Apakah kalian berpacaran?" Tanya Marvel, Nana menggeleng.
"Tidak, tapi untuk kami ini sudah terbiasa." Jawab Nana santai lalu menyandarkan punggungnya pada dada Jeno.
"Tapi jangan seperti ini di depan orang-orang Na." Ujar Jeno.
"Aku tidak peduli, aku hanya ingin duduk badanku pegal tadi berlari karena salah rumah itu." Jawab Nana dan tak lama ia tertidur dipangkuan Jeno. Jeno dan Marvel saling pandang, secepat itu tertidur?
"Menurutmu apakah Nana mencintaiku?" Tanya Jeno sambil memperhatikan wajah Nana yang tertidur.
"Mungkin saja entahlah aku tidak bisa menebak perasaan orang. Apakah kamu mencintainya?" Tanya balik Marvel. Jeno hanya tersenyum tipis.
"Aku takut dia hanya menganggapku sahabat nya saja seperti yang lain."
"Aku rasa tidak, sepertinya Nana ada rasa untukmu."
"Aku harap begitu."
Chan membuka kelopak matanya, dia merasakan ada tangan melingkar diperutnya. Chan terkejut saat baru sadar ada Marvel yang tertidur disampingnya.
"AAAAAAA!" Teriak Chan membuat Marvel kaget dan terjatuh dari ranjang. Untung saja ranjang itu tidak tinggi jadi tidak terlalu menyakitkan untuk pantatnya.
"Kenapa teriak Chan?" Tanya Marvel dengan setengah kesadarannya sambil mengusap bokongnya karena terjatuh.
"Kenapa kau bisa ada disini?"
"Bukankah aku menang tidur disini? Kamu tidur sangat lama Chan, ini sudah larut malam. Tadinya aku mau membangunkan mu tapi melihat kau tidur pulas aku tak tega dan memilih tidur disampingmu." Jelas Marvel
Chan jadi merasa tidak enak, tapi tetap saja rasanya aneh tidur bersamanya.
"Mengapa tidur ditempat duduk depan saja?" Marvel menguap dan kembali naik ke ranjang untuk tertidur kembali.
"Disana ada Jeno dan Nana yang tertidur." Ucapnya lalu terlelap kembali.
Jeno? Nana? Sejak kapan mereka ada disini? Chan bangkit turun dari ranjang untuk keluar. Dan benar saja ada Jeno dan Nana yang tertidur berpelukan. Chan bersedekap dada melihatnya, dua sahabatnya selalu bersikap seperti dua kekasih. Padahal keduanya tidak ada hubungan, Chan heran sebenarnya apa benar tidak ada hubungan?
Chan merasakan perutnya berbunyi karena lapar, dia berjalan ke dapur untuk memasak sesuatu. Entah Chan yang memang lapar atau bagaimana dia justru memasak banyak makanan sangat sulit untuk dimakan satu orang.
Saat Chan berbalik akan menyimpan masakan terakhirnya dimeja dia dikejutkan dengan ketiga makhluk dengan penampakan wajah khas bangun tidurnya.
"Astaga, kalian mengagetkan ku!" Ucap Chan lalu menyimpan makanan itu dimeja.
"Mengapa kalian bangun?" Lanjut Chan setelah menaruh makanan-makanan tersebut.
"Aku terbangun karena masakanmu sangat harum Chan." Jawab Marvel diangguki Nana
"Benar, aku juga seperti itu."
"Kalau aku terbangun karena Nana bangun." Ucap Jeno yang masih mengantuk.
"Yasudah ayo makan, kebetulan aku memasak banyak makanan." Ajak Chan tentu diangguki ketiganya.
"Kebetulan juga aku sangat lapar." Ujar Jeno tersenyum sampai matanya menyipit. Setelah melihat makanan tersebut sepertinya rasa kantuknya hilang.
"Selamat makan." Ucap mereka bersamaan.
Saat mereka sedang menikmati makanan, tiba-tiba Nana berucap yang membuat ketiganya menoleh.
"Aku sangat heran dengan Reri. Bukankah sangat aneh jika terus menerus berlatih panah? Dia tidak bisa meluangkan waktu untuk sahabatnya kah? Aku sangat kesal sekali dengannya." Celetuk Nana.
"Mungkin dia memang ingin handal berpanah." Jawab Jeno.
"Setidaknya luangkan sebentar, apakah dia tidak merindukan kita? Aku merasa dia memang seperti menjauhi saja."
"Jangan berpikir yang tidak-tidak terhadap sahabatmu sendiri." Sahut Marvel.
"Iya, lebih baik kita lanjutkan rencana kita saja. Oh ya yang tahu asal Marvel aku harap hanya kita bertiga saja. Karena Reri yang sudah jarang bersama lagi aku jadi merasa jauh dengannya." Ujar Chan
"Aku juga, tapi jika Reri ingin tahu bagaimana?" tanya Nana pada Chan
"Kita katakan saja dari negeri jauh." Ucap Chan diangguki Nana dan Jeno.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ𖥻TBCAyo komen dong komen sebanyak-banyaknya, menghargai penulis. Vote juga! Biar rame.
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓) ENTRINNA : Foreign Country | markhyuck
Fantasía˚₊· ➳ Marvel, seharusnya mati tenggelam tapi justru terbangun disebuah negeri asing. Dan bertemu dengan Chanesa-Putri mahkota yang menolongnya. Pertemuan antara Chanesa dan Marvel membuat adanya perjanjian diantara mereka. Chanesa dia dijodohkan ol...