‹ 0.51 𖣂.

553 44 2
                                    

"Bunda, bagaimana bunda bisa berada disini?" Tanya Marvel, kini mereka sedang berada di Nearon. Disana ada Marvel, Chan, Jeno dan Tara. Sedangkan Jeff sedang membujuk John bersama Yuta.

"Tentu sama sepertimu, saat dulu bunda bunuh diri melompat ke laut. Namun justru terbawa ke negeri ini dan bertemu dengan ayah Jeno." Jelas Tara sambil mengusap Marvel, karena dia benar-benar begitu merindukan putranya.

"Wah, sekarang Jeno mempunyai kakak bukan?!" Chan tertawa sambil melirik Jeno.

"Memangnya Marvel lebih tua dariku??" Tanya Jeno menatap bundanya. Tara mengangguk.

"Nanti aku akan menjadi kakak iparmu. Jadi kau harus menghormatiku." Ledek Chan membuat Jeno menatapnya malas.

"Bagaimana bisa aku mempunyai kakak ipar sepertinya?" Marvel terkekeh.

"Aku ternyata mempunyai seorang adik." Marvel berjalan hendak memeluk Jeno. Jeno sempat menahannya membuat Marvel bingung namun keduanya justru setelahnya ketawa dan berpelukan. Tak lama Jeff datang masuk, dia terkekeh saat melihat Marvel dan Jeno yang sedang berpelukan.

"Marvel." Panggil Jeff, dengan segera Marvel melepas pelukannya.

"Iya ayah?" Marvel terkekeh saat memanggil Jeff ayah begitu juga Jeff yang terkekeh karena Marvel memanggilnya ayah.

"Kamu jangan sedih mengenai Chan, ayah sudah membujuknya semoga saja dia tersentuh dan berhenti untuk menjodohkan Chan." Ujar Jeff.

"Baik, terimakasih." Marvel berjalan untuk kembali memeluk bundanya. Jeno memilih untuk memeluk Tara disisi lain.

"Anak-anak kesayangan bunda." Tara mengecup pucuk kepala Marvel dan Jeno bergantian. Namun tiba-tiba kepalanya terasa begitu pusing kembali, Jeff yang melihat Tara memegangi kepalanya mendekati Tara.

"Bundamu belum benar-benar pulih, ayah akan membawanya istirahat dulu." Marvel dan Jeno melepas pelukannya dan mengangguk. Jeff menggendong Tara membawanya kembali ke kamar.

"Ayo kita bertemu dengan teman yang lain." Sahut Chan mengajak keduanya. Marvel tersenyum lalu menggendong Chan dan membawanya keluar membuat Chan terkejut saat dirinya tiba-tiba digendong seperti koala. Marvel sesekali mencuri curi ciuman dibibir plum Chan.

"Hei! Kalian sangat tidak sopan sekali bermesraan dihadapan orang yang tidak memiliki pasangan." Ucap Celine setelah mereka bertiga sampai. Marvel menurunkan Chan dan merangkul pinggangnya.

"Kalian cari pasangan saja kalau begitu." Jawab Marvel santai.

"Sombongnya, jika saja kita tidak menolongmu kau tidak akan bersama kembali dengan Chan." Delik Reri pada Marvel. Marvel tertawa.

"Terimakasih telah menolongku, berkat kalian semua pernikahan ini menjadi batal." Ujar Chan menatap satu persatu temannya.

"Aku sebagai teman Alden yang sudah mengenalnya cukup lama aku benar-benar minta maaf, aku tidak menyangka dirinya akan melakukan senekat itu." Sahut Reri yang dapat gelengan dari Nana.

"Tidak, kamu tidak perlu minta maaf. Itu perbuatan Alden kamu juga sudah membantu jadi tidak perlu minta maaf. Aku sebelumnya yang minta maaf karena sempat salah paham padamu." Reri tersenyum lalu keduanya berpelukan.

Nana dan Reri terkejut saat Chan ikut bergabung berpelukan yang disusul oleh Celine, Yura dan Gia. Sedangkan Marvel hanya menatap mereka sambil tersenyum begitu pula dengan Jeno dan Calvin. Marvel merasa begitu senang dengan hari ini, karena pernikahan Chan gagal. Lalu dirinya tidak perlu kembali dan terakhir dia bisa bertemu dengan bundanya kembali.

John masuk ke dalam kamarnya, dia mengambil foto kecil yang sudah lama dia simpan. Dalam foto itu terdapat keluarga kecilnya, Chan dirinya dan istrinya. John mengusap foto itu sambil menatap foto istrinya.

"Kamu tidak bisa lagi mengandung karena manusia manusia dari luar Entrinna, kini putrimu lah yang mencintai salah keturunan mereka. Apakah aku harus memaafkan mereka?"

"Sepertinya aku harus merelakan putriku kali ini." John tersenyum tipis lalu merebahkan dirinya setelah menyimpan kembali foto itu.

Malam ini Chan hanya memandangi makanan dihadapannya, dulu dia makan bersama Marvel. Sekarang Marvel sudah tinggal di Nearon. Chan senang tapi sekaligus dia sedih karena tidak mempunyai teman. Pandangannya menoleh saat melihat ayahnya yang baru datang sehingga kecanggungan melanda diantara mereka.

Saat keduanya sibuk menikmati makanan, Chan hendak membuka suara namun John lebih dulu memanggilnya.

"Chan."

"Ayah minta maaf jika keputusan ayah sebelumnya membuat kamu keberatan." Lanjut John berucap membuat Chan terkejut.

"Ayah-"

"Chan, saat itu ayah hanya takut terjadi sesuatu kepadamu. Ayah takut kejadian dulu terulang kembali, kamu satu-satunya keluarga untuk ayah. Ayah mohon, maafkan ayah. Kali ini ayah akan menghargai setiap keputusan kamu kedepannya." Ujar John membuat Chan terharu. Chan berdiri dan berjalan untuk memeluk John. John dengan senang hati membalas pelukan itu sambil mengusap sayang kepala putrinya.

"Maafkan ayah Chan."

𖧧 ָ࣪ ˓˓ é𝗇𝘁࡛𝗋𝖎𝗻‌𝗇α ﹾ⸙

Jeno begitu antusias mengajak Marvel mengelilingi istana Nearon. Untuk saat ini Marvel akan tinggal dikamar Jeno lebih dulu karena kamar untuknya harus disiapkan agar lebih rapih oleh maid. Jeno mengajak Marvel ke dalam kamarnya yang ternyata sangat besar melebihi kamar milik Chan.

"Terimakasih Jen." Ucap Marvel diangguki Jeno. Marvel duduk diranjang yang disusul Jeno disampingnya. Marvel merangkul pundak Jeno.

"Kau seperti anak kecil." Ujar Marvel membuat Jeno membulatkan matanya.

"Jangan karena kau sekarang kakakku, bisa memanggilku sesukamu." Jawab Jeno yang membuat Marvel terkekeh.

"Bagaimana perasaanmu?" Lanjut Jeno berucap. Marvel berdiri berjalan ke arah jendela sambil menatap bintang malam.

"Mungkin baik, aku masih tidak mempercayainya bundaku masih hidup." Ujar Marvel, Jeno tersenyum berjalan dan berdiri disampingnya lalu menepuk pundak Marvel.

Paginya besok, keadaan kembali membaik. Nana, Chan, Marvel dan Jeno sedang bercerita ditaman. Namun untuk Reri entah kemana mereka belum melihatnya sama sekali.

Reri memandangi seseorang yang terduduk lemas dibalik jeruji besi itu. Menghela nafas kasar untuk kesekian kalinya, masih tidak percaya bahwa Alden adalah pelaku dari semuanya.

"Pergilah Reri, aku sama sekali tidak ingin melihat wajahmu." Ucap Alden dengan nada sedikit ketus. Sakit? Tentu Reri sakit mendengarnya, akhirnya dia terpaksa pergi dari sana.

Apa hal yang Chan punya dan dia tidak punya? Bagaimana bisa Alden mencintai Chan sampai melakukan hal-hal yang berlebihan? Tidakkah dia meliriknya sekali saja. Kedekatannya dengan Alden tidak membuat Alden menjadi mempunyai rasa padanya, justru Alden menyukai Chan yang nyatanya mereka sama sekali tidak pernah komunikasi.

Reri terduduk di bangku taman setelah teleportasi kembali ke Hyurle. Menatap kosong kedepan, taman-taman yang indah suasana yang terang dan kicauan burung-burung sama sekali tidak membuat suasana hatinya menjadi bagus. Akhirnya dia memilih masuk ke dalam istana untuk kembali ke kamarnya mengurung dirinya sementara.

Memejamkan matanya mencoba untuk memilih tidur walaupun ini masih siang daripada harus memikirkan hal-hal yang tidak penting. Dia harap besok akan menjadi hari yang lebih baik untuknya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ𖥻TBC

(✓) ENTRINNA : Foreign Country | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang