Chan terus murung dikamarnya karena setelah ucapan Marvel waktu itu dia sama sekali tidak melihat batang hidung pria itu. Entah kemana Marvel pergi, Chan masih berada dirumah pohonnya karena dia terlalu malas untuk pergi ke istana yang selalu ramai. Hal itu membuat Nana juga memilih tinggal dirumah itu karena dia khawatir dengan keadaan Chan, walaupun sebenarnya Chan sudah biasa tinggal disini sendiri. Namun saat ini keadaan hati Chan sedang tidak baik-baik saja karena itu Nana khawatir.
Jeno juga jarang berkunjung karena Nearon sedang melakukan pelatihan pada beberapa prajurit. Saat Nana dan Chan pergi ke Nearon berniat mencari Marvel namun disana pun mereka tidak melihat adanya Marvel. Sedangkan Jeno sibuk mengajar pada prajuritnya. Jeno sama sekali tidak mengetahui bahwa mereka sedang mencari keberadaan Marvel karena dirinya benar-benar sibuk.
Pintu diketuk beberapa kali, Nana yang sedang berada diruang tengah dengan cepat membuka pintunya. Dia kira Marvel ternyata itu Reri yang datang.
"Hai, apa kabarmu?" Ucap Reri tersenyum hangat. Nana membalas senyuman itu.
"Baik, ayo masuk saja." Nana menutup pintu lalu duduk disamping Reri. Reri menatap sekeliling rumah itu dia sudah lama tidak masuk ke dalam ternyata isinya masih sama.
"Dimana Chan?" Nana yang sedang membaca buku mengarahkan pandangannya pada kamar. Reri mengangguk mengerti. Nana teringat dengan kondisi Chan saat ini apakah dia harus menceritakan pada Reri juga? Karena Reri belum mengetahui hal itu. Tapi mereka sahabat harusnya saling bercerita bukan? Dia harus menceritakan ini.
Nana menutup bukunya lalu mulai mengajak Reri berbicara dan menceritakan mengenai Marvel yang menghilang. Dia masih tidak menceritakan tentang perjanjian dan Marvel yang berasal dari luar Entrinna. Hanya bercerita Chan dan Marvel sempat bertengkar lalu Marvel menghilang setelahnya.
"Marvel benar-benar tidak dapat ditemukan?" Nana menggeleng.
𖧧 ָ࣪ ˓˓ é𝗇𝘁࡛𝗋𝖎𝗻𝗇α ﹾ⸙
Hari-hari pun berlalu, Marvel masih belum menunjukkan dirinya. Chan sudah kembali ke istana karena tidak mungkin terus-terusan dia tinggal disana, tidak baik untuk seorang putri mahkota. Namun Chan tidak semurung sebelumnya, Chan mencoba menerima jika dia murung terus itu tidak baik untuk dirinya.
Seperti biasa Chan biasa menghabiskan waktu bersama Nana. Kali ini mereka akan pergi ke Nearon untuk menemui Jeno. Hanya untuk menengok saja yang sedang berlatih.
Saat sampai langkah Chan justru terhenti begitu juga Nana karena disana terdapat Marvel yang ternyata sedang membantu Jeno. Chan dan Nana hanya diam memperhatikan mereka dari kejauhan hingga akhirnya mereka istirahat. Setelahnya Nana dan Chan baru mendekat.
"Haii." Sapa Nana membuat kedua pria itu menoleh. Jeno tersenyum seperti biasanya, namun Marvel hanya tersenyum tipis bahkan dia hanya melirik sebentar.
"Apa kalian lakukan kemari? Disini sedang ada pelatihan berbahaya jika kalian kesini." Ujar Jeno.
"Kita merindukanmu Jeno, sudah lama kamu tidak bermain bersama kita." Sahut Chan. Jeno terkekeh sambil menggaruk tengkuknya.
"Aku minta maaf, nanti jika pelatihan ini sudah selesai aku akan kembali menghabiskan waktu bersama kalian." Nana dan Chan mengangguk bersamaan.
"Aku akan pergi dulu." Kata Marvel lalu melenggang pergi meninggalkan tempat itu. Tidak tahu saja Chan sudah menahan isakannya sedari tadi. Dia tidak menyangka Marvel akan secuek itu padanya.
Nana yang mengerti perasaan Chan akhirnya memilih untuk kembali pulang setelah berbincang sedikit dengan Jeno. Dan Jeno hanya mengangguk tanpa bertanya apapun seolah semua baik-baik saja. Mereka kembali ke rumah pohon sebelumnya. Chan kembali menangis saat sampai.
"Nana.." Lirih Chan dipelukan Nana. Dia jadi bingung harus bagaimana jika Chan seperti ini. Hanya bisa menepuk-nepuk punggung Chan.
"Chan, kita cerita pada Jeno saja ya? Aku yakin dia bisa bantu." Chan menggelengkan kepalanya.
"Tidak perlu, biar aku saja yang melakukan hal ini sendiri." Chan mengangkat kepalanya sambil mengusap jejak air mata dipipinya.
Nana mengecup pipi Chan membuat Chan terkejut. Chan memukul pundak Nana agar menjauh sedangkan Nana hanya tertawa.
"Sahabatku sangat menggemaskan sekali, lihatlah hidungmu memerah seharusnya Marvel jika ada disini akan tertawa melihat ini." Goda Nana. Chan hanya memutar bola matanya malas.
"Aku lelah, aku tidak tahu kisah cinta dalam hidupku akan serumit ini." Chan membaringkan tubuhnya diikuti Nana berbaring disampingnya.
Tak lama terdengar ketukan pintu dari luar. Chan segera bangkit untuk membukakan pintu. Dia benar-benar terkejut karena yang didepannya saat ini Marvel. Apakah ini mimpi? Dia tidak sedang bermimpi bukan?
"Ada apa?" Tanya Chan dengan nada yang biasa saja seolah tidak terkejut atau tidak tertarik dengan kedatangannya.
"Boleh aku masuk?" Akhirnya Chan mempersilahkan masuk dan duduk ditempat duduk yang biasanya dia duduki jika kemari.
Tak lama Nana keluar dari kamar, dia terkejut dengan kehadiran Marvel yang seenaknya duduk seolah tidak punya salah. Nana kembali ke kamar untuk mengambil bantal dan melemparkannya tepat diwajah Marvel. Chan terkejut menjauhkan Nana dari Marvel. Lalu Nana pergi kembali ke kamar dengan nafas gusar.
"Chan, paman John mencarimu. Pulanglah ke istana, aku kemari untuk menjemputmu." Ujar Marvel. Chan mengangguk seolah mengerti, ternyata hanya karena ayahnya.
"Aku akan memanggil Nana." Chan masuk ke dalam kamarnya dan memberitahu Nana tentang tujuan Marvel kemari. Setelahnya mereka keluar dari kamar. Nana menatap Marvel tajam.
"Bawa Chan dalam keadaan baik-baik saja, jika ada luka satu gorespun aku bawa kau ke sungai di Calcheth. Jika beku mungkin itu lebih baik untukmu." Ucap Nana lalu pergi dari sana.
"Kita pulang pakai teleportasi, kemarilah." Chan berjalan mendekat dan menggandeng Marvel. Sebenarnya sangat gugup karena sudah lama dia tidak sedekat ini dengan Marvel.
"Ayahh." Chan berlari memeluk John. Untung saja John langsung sigap jika tidak mereka akan terjatuh.
"Kau seperti anak kecil saja, ada apa?" Tanya John sambil mengusap lembut rambut Chan. Pertanyaan John membuat keningnya mengkerut.
"Bukankah aku yang harus bertanya seperti itu? Karena ayah yang memanggilku."
"Tidak, ayah tidak memanggilmu."
"Lalu?" Chan menoleh ke belakang ternyata Marvel sudah tidak ada. Chan melepas pelukan lalu berlari ke dalam kamarnya. John hanya terkekeh kecil melihat tingkah anak semata wayangnya. Dia tidak tahu saja kalau mereka sedang tidak baik-baik saja sekarang.
Saat Chan masuk ke kamarnya ternyata benar didalam ada Marvel yang berduduk santai diranjangnya sambil membaca buku.
"Mengapa kau berbohong?!!" Sentak Chan kesal. Marvel hanya menoleh sebelum berkata yang membuat Chan benar-benar kebingungan.
"Aku mengkhawatirkanmu, tidak baik jika kau terus tinggal dirumah pohonmu. Karena disana tidak ada yang menjagamu, lebih baik kau tinggal di istana saja."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ𖥻TBCVote, vote! Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓) ENTRINNA : Foreign Country | markhyuck
Fantasía˚₊· ➳ Marvel, seharusnya mati tenggelam tapi justru terbangun disebuah negeri asing. Dan bertemu dengan Chanesa-Putri mahkota yang menolongnya. Pertemuan antara Chanesa dan Marvel membuat adanya perjanjian diantara mereka. Chanesa dia dijodohkan ol...