Aku ingin memiliki istri cantik
Aku ingin memiliki dua orang anak
Aku tak menginginkan tahta untuk diriku
Theme kehilanganmu. Dia mencarimu
Sepanjang perjalanan pulang, kalimat itu selalu berputar dikepala Fort. Entah kenapa rasanya ia tak suka mendengar hal itu terlontar dari Peat.
Ini juga bukan kehendaknya.
Membawa Peat ke kerajaan adalah suatu keharusan baginya. Meskipun cara yang ia gunakan salah karena memiliki unsur paksaan, tetap saja Peat harus menetap dikerajaan menjadi pendamping tahtanya.
"Yang Mulia" Tangan Fort bergerak pelan karena tangan Peat yang mengguncang genggaman mereka. Membuat Fort kini malah menatap tautan tangan mereka.
Apa dia merebut paksa kebahagiaan pria yang ia genggam sekarang? Bukankah tahta adalah keinginan yang dimiliki semua orang? Kenapa Peat mengatakan tidak ingin? Lalu apa gunanya ia menyisir seluruh wilayah kemarin? Bukankah dia meminta libur untuk mengenali wilayah yang akan menjadi kuasanya?
Cih, atau dia hanya bersandiwara didepan temannya tadi agar tidak dicap tamak? Oh, mengerikan!
"Kau sungguh pandai bersandiwara Peat"
Tap
Langkah beriringan tersebut berhenti seketika saat pernyataan dari Fort mencapai gendang telinga Peat. Tangannya pun sedikit menarik Fort untuk ikut berhenti dan melihat kearahnya.
"Apa maksudmu?"
Tungkai panjang milik Fort pun berputar dan melangkah mendekati Peat, wajahnya pun ia turunkan agar sejajar dengan wajah pria cantik itu.
"Lepaslah topengmu Peat. Aku tahu kau hanya berpura pura tak terlihat menginginkan tahta. Pintar sekali calon Omega Agung menipu rakyat-" Jemari panjang itupun terangkat dan mulai menyusuri sisi wajah cantik sang omega.
"-jangan terlalu sering berbohong, itu tidak baik cantik"
Plakk
Peat menepis kuat tangan yang berada disisi wajahnya. Wajahnya tampak masam dengan napas yang memburu. Matanya panas, tapi sekuat tenaga ia berusaha untuk tak menangis. Dia bukan pria cengeng yang memohon belas kasihan.
"Kau. Tidak. Tau. Apa-apa. Tentangku" Peat menekankan seluruh perkataannya diiringi dengan telunjuknya yang menekan nekan bahu Fort.
Alpha dan tinggi hatinya. Menyebalkan!
Peat mendorong tubuh Fort kesamping, melemparkan tatapan tajamnya sebelum berjalan melewati pria itu. Kepalan tangannya yang bergetar Peat masukan kedalam saku celananya, tak mau terlihat lemah oleh Fort maupun pejalan kaki yang lewat.
Sekali lagi. Ia direndahkan oleh kaum lain.
-----
Setelah berjam jam lamanya mengitari daerah yang tak Fort ketahui, pria besar itu kembali ke hotel dengan langkah berat. Sungguh ia sangat enggan bertemu dengan Peat. Rasanya ia ingin kembali ke wilayah inti dan menghabiskan malam bersama beberapa submisif.
Fort tak menyukai sikap dan perkataan Peat padanya malam ini. Peat membuat Fort tak berkutik sama sekali dengan jawabannya. Fort merasa kehilangan harga dirinya saat itu.
Tungkai panjang itupun berhenti didepan pintu kamar hotel yang mereka tempati. Fort menghembuskan napasnya perlahan dan melirik pintu kamar lain yang berada dikiri kanan kamarnya.
Apa ia harus menyewa kamar lain malam ini? Ah, tidak. Itu akan terlihat seperti pengecut.
Fort sekali lagi memantapkan hatinya dan meraih gagang pintu tersebut setelah memasukan kartu yang ada ditangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rare Species - FORTPEAT (END)
FantasyWaktu terus berjalan dan zaman terus bertukar. Evolusi yang tak terelakan membuat sebagian kalangan dengan status istimewa mulai menipis, digantikan dengan jenis manusia yang hanya terdiri dari dua pilihan yakni laki laki dan wanita. Menyisakan seba...