45

727 106 13
                                    

Mata yang berair dengan mulut yang menguap lebar. Atasan kaos putih dengan leher yang sedikit keriting. Celana abu abu pendek diatas lutut. Bibirnya menghela napas dan melirik malas sang ibu yang duduk dikursi penumpang disampingnya.

Hari ini ia libur dan berencana tidur hingga siang. Kegiatan penuh anak kantor seperti dirinya benar benar menguras tenaga. Belum lagi departemen sumber daya yang harus terus menerus berhadapan dengan komputer dan segala kecanggihan. Matanya lelah dan ingin rehat penuh selama weekend.

Namun sang ibu mendesaknya untuk bangun. Wanita paruh baya itu ingin membeli banyak barang dan keperluan bulanan dapur. Peat tak tahu apakah sebelumnya kepala sang ibu terbentur sesuatu atau ibunya dirasuki hal gaib, pasalnya sang ibu tak pernah melakukan hal semacam ini. Kebutuhan rumah selalu dikerjakan oleh asisten rumah tangga. Selain memasak rasanya ibu tak pernah melakukan hal lain.

Namun apa boleh buat. Melihat wajah cerah sang ibu saat mengajaknya membuat Peat urung melanjutkan tidur. Kapan lagi ia berkencan dengan sang ibu bukan?

Setelah memarkirkan mobilnya dibasement mall yang mereka datangi, sang ibu segera menyeret Peat kesana kemari. Banyak barang yang dibeli, ada sofa, lemari, ranjang, tirai, hiasan dinding dan yang lain. Sedikit mencurigakan memang, apa mereka memiliki rumah baru yang membutuhkan furniture sebanyak ini?

Dan kali ini mereka sampai di supermarket. Dengan troli kosong, ia dan sang ibu mulai mengitari supermarket tersebut dengan mata yang menjelajah.

"Ibu, apa kita punya rumah baru?" Rasa penasaran yang Peat tahan sedari tadi akhirnya ia ajukan. Dan juga suasana supermarket yang cukup sepi pagi ini membuat Peat lebih nyaman dibandingkan bertanya ditoko furniture sebelumnya.

"Tidak. Kenapa sayang?" Ujar sang ibu, tangannya kemudian meraih sayur mayur yang berada dalam boks pendingin disebelah kanan.

"Ibu membeli banyak furniture. Kupikir kita akan punya rumah baru"

"Oh itu. Ibu hanya berpikir untuk mengganti dekorasi rumah. Semalam ibu melihat sebuah video interior, desain interiornya sangat cantik, jadi ibu ingin mencobanya pada rumah kita." Peat menganggukan kepalanya, mengerti dengan ucapan ibunya.

"Sayang"

"Eum?"

"Bagaimana hubunganmu dengan Jane?"

Pria cantik itu menghela napas. Bibirnya mencebik kecil mengingat beberapa hari yang lalu saat ia mengatakan ingin memiliki hubungan serius dengan wanita cantik itu. Namun seperti yang sudah sudah. Ia ditolak. Gadis itu masih menginginkan hidup bebas dan bercumbu dengan pekerjaannya.

Hei umur Peat sudah 27 dan ia ingin membina rumah tangga dengan seorang pasangan. Ia ingin memiliki rumah kecil dan beberapa anak yang memenuhi rumah. Sangat sederhana namun sulit untuk didapat.

"Masih belum ya?" Karena tak mendengar tanggapan dari sang putera, sang ibu kembali bertanya dengan nada memastikan, seperti paham dengan gelagat yang puteranya berikan.

"Apa kau tak mau membuka peluang untuk pria sayang?" Lagi pertanyaan sang ibu hanya dibalas dengan diam.

Peat mengerti jika dirinya cukup spesial. Ia memiliki gender sekunder sebagai seorang omega dan bisa mengandung. Namun ide dirinya yang berposisi sebagai submisif membuat Peat mundur. Dirinya belum siap. Karakternya yang cukup keras membuat Peat cenderung mendominasi.

"Oh god! Kepalaku pusing, percakapan kita terlalu berat bu" Mendengar sang anak yang menghindari menjawab pertanyaannya membuat sang ibu menggeleng kecil dengan senyuman tipis. Selalu seperti ini setiap kali membahas masalah hubungannya.

Rare Species - FORTPEAT (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang