28

702 102 20
                                    

Dipelataran istana yang luas, pada bagian bagasi penyimpanan kendaraan, tampak dua orang dengan perbedaan tubuh mencolok berdiri dintara beberapa mobil. Mata besar beriris aqua menatap wajah sang submisif yang tengah berpikir keras.

"Bagaimana? Kau ingin naik yang mana?" Tanya Fort antusias, semalam ia memberitahu Saifah agar bagasi ditata dengan mobil paling mewah dan paling baru berada dibagian depan. Ia juga memerintahkan Saifah untuk mengurus kebersihan seluruh mobil karena hari ini ia akan berkencan dengan omeganya. Senyum bangga yang ia tampilkan memperlihatkan seberapa puas ia dengan hasil yang didapat, bahkan mobil lama pun terlihat mengkilap dari kejauhan.

"Yang Mulia" Cicit Peat pelan, tangannya menggerakkan kecil tangan Fort yang ia genggam, bibirnya menggigit bibir bawah bagian dalamnya, tingkah Peat menunjukkan ragu bercampur hati hati.

"Hm?"

"Apa kau- tak memiliki motor?" Peat menoleh, menatap Fort dengan mata anak anjing yang memohon.

-----

Deru mesin motor dipelataran istana terdengar sangat nyaring. Motor 1500 cc dengan warna merah tampak mengeluarkan polusi begitu banyak dari cerobong asapnya. Namun sang pengemudi tak menghiraukan dan terus menaikkan kecepatan motor yang ia kendarai.

Disisi bagasi pelataran, pria dengan mata rusa menatap kagum kearah pria yang tengah mencoba motor merah dihadapannya. Motor itu bergerak dengan ringan hingga meliuk bahkan miring dalam sudut tiga puluh derajat.

Putera Mahkota memang berbeda. Tak ada yang tak bisa ia lakukan. Bahkan dengan motor besar yang entah berapa lama berada didalam bagasi pun pria besar itu tampak sangat hebat mengendarainya.

Dalam sekejap motor besar berwarna merah tersebut berada dihadapannya, pria besar yang berada diatasnya kemudian turun tepat setelah mematikan mesin motor yang baru saja ia kendarai.

Seketika pipi Peat bersemu dengan jantung yang berdegup cepat. Sang Putera Mahkota terlihat sangat amat menawan sekaligus tampan ketika turun dari motor besar miliknya. Belum lagi helm full face yang ia kenakan terlepas dari kepalanya, membuat rambutnya sedikit terangkat dengan kepalanya yang bergoyang untuk menurunkan semua rambutnya kembali. Jangan lupa tangannya yang kini sudah menyisir rambut hitam itu kebelakang untuk merapikannya. Entah kenapa.. Semuanya begitu terasa sempurna dimata Peat.

Flip

"Apa aku setampan itu?" Jentikkan jemari didepan wajahnya berhasil membawa Peat kembali ke alam sadarnya. Membuat sang empu semakin tersipu karena ia tertangkap basah mengagumi pria didepannya. Kepala Peat semakin menunduk ketika matanya tanpa sengaja bertemu dengan mata Fort.

"Ekhem" Fort berdeham cukup keras, melihat Peat yang menunduk malu membuatnya juga merasa malu. Wajahnya berpaling kearah lain dengan kepalan tangan yang berada didepan bibirnya, matanya mengerjap cepat karena ia menjadi gugup tiba tiba.

Tebar pesona bukanlah hal baru bagi Fort, bahkan ia sudah sangat terbiasa dengan hal tersebut. Melakukan hal seperti ini biasanya akan membuat rasa percaya dirinya semakin naik dan bahkan kadang ia bisa menggoda para submisif yang tersipu karenanya.

Namun kali ini berbeda, setelah menggoda Peat dengan pertanyaannya, ia malah tersipu bahkan gugup setelahnya. Jantungnya ikut berdegup karena melihat Peat yang tersipu kearahnya.

Ada apa dengannya sebenarnya?

Apa jatuh cinta memang seperti ini?

"Yang Mulia.." Sebuah tangan kecil terlihat memegang ujung kemeja milik Fort, tangan tersebut menarik narik kecil ujung kemeja tersebut malu malu. Wajah Fort semakin memerah hanya dengan melihat tangan yang malu malu menarik ujung kemejanya.

Rare Species - FORTPEAT (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang