Tungkai panjang itu goyang, lemas hingga tak sanggup lagi berdiri. Tubuhnya jatuh terduduk diatas lantai dingin. Matanya yang berurai air mata melirik lampu merah menyala yang berada diatas sepasang pintu putih. Tangannya menarik rambutnya keatas cukup kuat, menunjukkan betapa frustasinya ia saat ini.
Baru sebentar ia merasa kembali hidup setelah berbulan bulan lamanya mati. Baru sebentar tangannya menggenggam erat tangan kecil itu. Baru sebentar ia mendekap tubuh ringkih itu. Baru sebentar, baru sebentar.
Hei, ia tau jika dirinya selama ini banyak melakukan kesalahan. Dunia malam, player dan seks bebas. Dirinya hanyalah manusia yang tergiur dengan adrenalin. Ia paham jika dirinya memang layak dihukum. Bahkan saat memiliki Peat disisinya ia masih bergumul diranjang orang lain.
Namun bolehkah ia mendapatkan kesempatan terakhir?
Ia ingin memperbaiki segalanya. Menyirami omega itu dengan cinta dan kasih sayangnya. Ia ingin membahagiakan Peat. Ia ingin mengobati setiap luka yang terbentuk ditiap sudut pria cantik itu.
Dan kini ia takut.
Ia takut jika Peat akan pergi meninggalkannya selamanya. Layaknya mimpi paling buruk, kepergian Peat akan menjadi titik terakhir dihidupnya. Fort tak akan pernah bisa hidup tanpa pria itu.
Layaknya candu, Peat sudah menjadi obat untuknya. Berbulan bulan ia hidup layaknya orang gila hanya karena kehilangan, dan kemudian ia kembali waras setelah bertemu obatnya. Namun ia tak bisa menjamin jika nyawanya akan selamat saat kehilangan Peat untuk selamanya.
Ia sangat membutuhkan Peat disisinya.
Kenangan buruk pun silih berganti melintasi kepala Fort. Kejahatan pertamanya yang membawa paksa Peat kedalam istana, kemudian ia hampir menanam benih pada omega itu ketika perasaan mereka masih asing satu sama lain. Fort ingat betapa kasarnya tiap kalimat yang ia lontarkan dihadapan Peat. Ia juga membiarkan pria cantik itu menunggunya diruang makan ketika ia berada diatas ranjang orang lain. Ia membiarkan Peat sendirian saat menghadapi Jom. Ia membiarkan Peat menanggung sakitnya jarum suntik dan obat obatan sendirian. Dan karena keteledorannya, ia juga berakhir diatas ranjang bersama orang lain untuk kali kedua.
Bajingan.
Hal terburuk yang ia lakukan ialah tak mempercayai omega itu. Ia menampar Peat hingga hidungnya mengeluarkan darah dan meninggalkannya sendirian ditaman bermain yang kosong. Bahkan ia membiarkan Peat ditarik keluar mansion dan hanya melihat bagaimana kotornya tubuh itu setelah dilempari berbagai telur dan tomat busuk.
Mengerikan.
Dibandingkan Jom dan ayahnya, bagi Fort mereka bukanlah apa apa, dirinyalah penjahat sebenarnya. Ialah penyumbang luka terbanyak. Peat sangat menderita karenanya.
Mata sembab itu kemudian menangkap lampu merah ruang operasi berubah menjadi hijau. Perasaan lega mengetahui operasi berjalan normal membuat Fort buru buru berdiri dari posisinya. Dengan segera pria besar itu berjalan kearah pintu yang masih tertutup.
Tak hanya Fort, beberapa orang yang sedari tadi berdiri diujung lorong pun bergegas berlari kearah pintu ruang operasi. Satu diantaranya kini terlihat merangkul bahu Fort dan melayangkan beberapa tepukan penguat disana.
"Semuanya akan baik baik saja" Bisikan disamping telinganya membuat Fort kembali menghela napas. Ia melirik kearah Boss sebentar dan melemparkan senyuman tipis. Setelah itu Fort kembali menatap kearah pintu operasi, menunggu kemunculan seseorang dari balik sana.
Tak lama, pintu itu terbuka dan menampakan seorang dokter lengkap dengan baju operasinya. Wajah lelah yang dipaksa memberi senyum pun terlihat. Prosedural. Menghindari terjadinya mental breakdown dari keluarga pasien.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rare Species - FORTPEAT (END)
FantasyWaktu terus berjalan dan zaman terus bertukar. Evolusi yang tak terelakan membuat sebagian kalangan dengan status istimewa mulai menipis, digantikan dengan jenis manusia yang hanya terdiri dari dua pilihan yakni laki laki dan wanita. Menyisakan seba...