"Damn it!"
Bugh
Bugh
Bugh
Erangan kesal yang diiringi suara pukulan pada samsak memenuhi ruang gym yang kini digunakan Fort. Bertubi tubi pukulan dengan umpatan selalu terdengar, mencoba melampiaskan rasa marahnya pada omega yang tak tahu diri.
Mata besar itu menatap tajam kearah samsak. Rahangnya mengeras, urat dipelipisnya makin lama terlihat semakin jelas.
Kembali secepat mungkin kekamar dengan niat ingin mengambil jatah dari omega yang tengah heat, namun ia malah disuguhkan dengan ocehan tak berguna dari mulut tipis itu.
Apa? Kabur?
Orang tua kanker?
Bullshit!!!
Semenjak ia mengetahui jika Peat adalah fated pairnya, Fort sudah mengumpulkan banyak informasi mengenai pria cantik itu. Orangtuanya tak ada. Meninggal sejak umurnya 18 tahun. Latar belakang omega itu sudah berada ditangannya. Jadi pria kecil itu tak akan bisa mengelabuinya.
Cih! Terlalu congkak pria kecil itu dengan dirinya. Beraninya menghina keluarga kerajaan.
Seberapa hebat dirinya? Hanya seorang anak dari tengkulak. Tak tau malu dan tak tau diri. Seharusnya ia bersyukur terpilih menjadi bagian dari penerus tahta. Jika saja pria itu bukan kehendak Moon Goddes, Fort juga tak akan sudi memperistrinya. Meskipun dari luar ia tampak sempurna, jika hatinya sehitam itu sama saja dengan nihil.
Bugh
Dengan pukulan terakhir yang ia layangkan, Fort menarik kuda kudanya untuk kembali berdiri tegak. Semua emosinya cukup terlampiaskan dengan segala jenis olahraga yang ia lakukan.
Setelah napasnya teratur, Fort segera meraih handuk kecil yang tersampir disalah satu tiang penggantung. Menyekanya keseluruh tubuh yang mengkilap karena keringat. Kakinya kemudian berjalan menuju kamar mandi, ia akan membersihkan tubuhnya sebelum kembali berkerja.
-----
Langit cerah berangsur mendung. Udara panas yang timbul sebagai tanda hujan akan turun tak membuat Peat beranjak meninggalkan tepian waduk. Tangan putih itu tampak mengambil kerikil sekenanya, melemparkannya satu persatu ketengah waduk untuk meringankan pikirannya.
Pagi ini ia dipaksa menghadiri pertemuan dengan para petinggi wilayah termasuk Raja dan Ratu, tentu saja sendiri tanpa Fort. Membahas semua aktivitas serta pelatihan yang harus ia lakukan sebelum hari penobatan. Bahkan ia diwajibkan memeriksa kesehatannya setiap hari. Mereka bilang karena Peat adalah kasus pertama diluar bangsawan yang memiliki gender kedua. Jadi sebelum benar benar dijadikan Omega Agung, segala kemungkinam buruk harus disingkirkan.
Mata rusa itu menatap kosong kearah waduk. Kedua kakinya terlipat kearah dada dengan kedua tangan yang terlipat bertumpu diatasnya.
Hidupnya terasa menyedihkan dan malang.
Menjadi pendamping dari salah satu anggota keluarga yang membunuh orang tuanya benar benar mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Tak hanya sampai disitu, ia pun diperlakukan layaknya manusia menjijikan karena bukan dari kalangan bangsawan.
Dia bukan manusia bodoh yang tak mengerti dengan arti tatapan hina dan merendahkan dari semua orang. Satu satunya orang yang menatap Peat layaknya manusia hanyalah Ratu. Oh, tidak. Bukan, sepertinya itu hanya tatapan kasihan karena merasa tak enak hati dengan tatapan yang dilayangkan orang lain padanya.
Desahan terdengar dari Peat. Hidup bahagianya berubah hanya dalam semalam.
Jika memang tak satupun dari mereka menginginkan kehadirannya, kenapa ia tak dibuang? Peat pikir itu lebih baik dibandingkan harus terpenjara dengan gelar sebagai calon Omega Agung. Sungguh, Peat bahkan tak berniat atau menginginkan gelar itu sedikitpun. Peat hanya menginginkan hidup sederhna dengan anak dan istrinya layaknya pria diluar sana.
![](https://img.wattpad.com/cover/326123722-288-k722681.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rare Species - FORTPEAT (END)
FantasyWaktu terus berjalan dan zaman terus bertukar. Evolusi yang tak terelakan membuat sebagian kalangan dengan status istimewa mulai menipis, digantikan dengan jenis manusia yang hanya terdiri dari dua pilihan yakni laki laki dan wanita. Menyisakan seba...