Rasa takjub ketika pintu rumah sederhana yang ia kunjungi itu terbuka, membuat Fort terdiam untuk beberapa detik. Sangat jelas didepannya terlihat kreatur yang begitu ia rindukan berbulan bulan lamanya. Dan lebih mengejutkannya lagi ia melihat jika omega yang berada diatas kursi roda itu memiliki perut yang cukup besar saat ini.
Apa ia akan menjadi seorang ayah?
Oh Tuhan! Ia sangat mencintai pria didepannya!
Senyum Fort semakin mengembang ketika suara halus dari bibir tipis Peat mengalun ditelinganya. Suara yang ia rindukan setiap malam akhirnya dapat ia dengarkan kembali.
Tak ingin menunggu lebih lama, alpha tersebut menjatuhkan barangnya dan berlari menuju Peat yang berada didepannya. Lengannya melilit tubuh omega itu cepat dan memeluknya dengan erat.
"Peat, aku datang sayang" Fort membenamkan wajahnya diceruk leher sang omega. Menyembunyikan wajahnya yang mulai basah karena air mata yang tak diundang mengucur begitu saja.
Fort sangat merindukan pemilik hatinya.
Tap
Tap
Fort kemudian merasakan beberapa tepukan dipunggungnya, Peat seolah mengisyaratkan agar Fort melepaskan pelukan yang bahkan belum 3 menit lamanya.
Tak ingin membuat omeganya marah. Fort segera melepaskan pelukannya sambil mengusap wajahnya kasar. Biar saja dirinya yang tau jika ia tengah menangis.
Dengan senyum lebar diwajahnya, Fort menurunkan tubuhnya hingga ia berlutut dengan satu kaki. Tangannya kemudian meraih tangan Peat yang bebas dan menggenggamnya.
Sudah lama sekali rasanya ia tak menatap mata cokelat terang dihadapannya. Mata yang sangat cantik bahkan melebihi cantiknya perhiasan diluar sana.
"Hei, apa kabar? Aku- sangat merindukanmu Peat" Fort mengangkat tangannya yang lain dan mengusap pipi putih omeganya, bibirnya mengulas senyum tipis yang sarat akan rindu.
Halus.
Kulit omeganya begitu halus hingga ia lupa kapan terakhir kali menyentuh benda sehalus ini. Tangan besar itu kemudian bergerak menyisir rambut Peat yang menjuntai, menyelipkannya kebelakang telinga agar lebih leluasa mengamati wajah cantik omeganya.
Hal lain yang baru Fort sadari. Rambut Peat benar benar sudah panjang. Rambut hitam legam itu sudah melewati bahu hingga membuat paras sang omega semakin berkali lipat cantiknya.
Iris aqua itu kembali mengamati mata cantik yang selalu menjadi bagian favoritnya sedari awal. Namun ada yang aneh, iris cokelat itu terlihat tenang, terlalu tenang bahkan ketika menerima tatapan seintens ini dari orang lain. Dan lagi iris cokelat itu tak menatap wajahnya, apalagi membalas tatapannya.
Iris itu terlihat kosong.
"Peat? Apa kau baik? Ini aku sayang, Fort" Merasa mulai khawatir, Fort kini menangkup kedua pipi Peat dan mendekatkan wajahnya. Iris aqua itu menatap Peat lekat, meneliti bagian mana yang salah dari omeganya.
Seketika mata Peat berkedip, mata itu tiba tiba terisi dan balas menatap matanya, membuat perasaan lega hadir hingga helaan napas terdengar dari Fort.
"Hai" Suara itu kembali terdengar, sudut bibir penuh itu kembali tertarik hingga membentuk senyum tipis yang menawan. Peat akhirnya berbicara padanya.
"Yang Mulia. Bisakah anda menunggu disini?" Peat kembali membuka suaranya sambil melepaskan tangkupan tangan Fort dipipinya.
"Ya tentu" Fort segera menjauhkan tubuhnya, membiarkan Peat bergerak kesisi lain dan menaruh guci biru yang sedari tadi berada dipangkuannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rare Species - FORTPEAT (END)
FantasíaWaktu terus berjalan dan zaman terus bertukar. Evolusi yang tak terelakan membuat sebagian kalangan dengan status istimewa mulai menipis, digantikan dengan jenis manusia yang hanya terdiri dari dua pilihan yakni laki laki dan wanita. Menyisakan seba...