Sudah empat hari setelah Peat ditangkap dan dibawa pergi. Kekosongan yang ditinggalkan membuat Fort cukup frustasi. Ia tak menyangka Peat akan memberikan kehampaan sebesar ini saat mereka berpisah.
Malam semakin larut dan sudah menunjukkan lewat pukul 12 malam, namun sang Putera Mahkota masih saja betah untuk duduk dikamar kosong, kamar yang biasanya diisi oleh sang omega. Tubuhnya bersandar pada dinding dengan sehelai baju yang berada dalam genggaman. Matanya menatap nanar pada sehelai baju piyama berwarna biru muda ditangannya.
"Hah... Aku merindukanmu"
Tangan besar yang terisi baju itu perlahan terangkat dan menutupi wajah Fort. Pria dengan mata besar itu menghirup aroma feromon yang tertinggal disana. Satu satunya aroma yang membuatnya sangat nyaman, bahkan dari ribuan feromon yang pernah ia cium, jasmine milik Peat selalu menjadi aroma terfavorit. Harum dan tak menyengat, ada aroma manis dan getir pahit didalamnya. Intinya Fort sangat menyukai aroma feromon milik Peat.
'Judy, apa kau masih mogok bicara padaku? Temani aku, ini berat' Fort mengeluh dibalik piyama Peat, tubuhnya perlahan merosot hingga terbaring miring diatas lantai.
Satu menit, dua menit.
Tak ada tanggapan dari dalam sana.
Sejak percakapan terakhir mereka sebelum penangkapan Peat, mereka belum berbicara kembali satu sama lain. Fort merasakan jika Judy marah besar dan bahkan benci padanya.
Ia akui dirinya salah.
Tamparannya hari itu seharusnya tidak terjadi.
Siapa yang akan senang jika belahan jiwanya dipukul hingga berdarah? Tak ada.
Apalagi Judy.
Mereka berdua mencari Peat bertahun tahun lamanya. Menggunakan segala cara dan rencana hanya untuk membawa sang mate pada mereka, bahkan mereka menyebrangi lautan hanya untuk mencari sang omega diberbagai pelosok wilayah. Segala upaya dikerahkan, namun karena egonya pria cantik itu terluka.
'Judy, apa dulu seharusnya kita tak mencari Peat? Sepertinya hidupnya lebih nyaman sebelum bertemu kita' tangan besar itu beralih memeluk baju Peat, matanya menatap lurus kearah pintu yang terbuka dan langsung menampakkan pintu kamar miliknya.
'Apa seharusnya kita membiarkannya? Tapi ia pasti akan mati karena aku tetap harus menikahi omega lain-
-tapi apa itu lebih baik? Bahkan aku tak perlu merasakan hampa dan rindu seberat ini karena tak mengenalnya-
-cih, lagi lagi aku egois bukan? Hanya memikirkan diriku sendiri tanpa tau ia akan melalui penyiksaan jika hal tersebut benar benar terjadi'
Fort menghembuskan napasnya kasar. Hatinya terasa semakin berat dan lelah. bayangan wajah Peat silih berganti mengisi pikirannya. Wajah merajuknya, wajah tersenyumnya, wajah dinginnya, wajah marahnya dan bahkan wajah lelah yang Peat perlihatkan terakhir kali padanya pun tak lepas dari pikirannya.
Ini benar benar menyiksa.
Jauh dalam hatinya ia ingin mempercayai Peat, namun omega itu terlalu banyak menyimpan rahasia darinya sehingga Fort sering kali mengurungkan niatnya untuk berada disisi Peat.
Hingga kali ini ia dengan sengaja menunda proses penangkapan Black MK agar dapat fokus untuk menyelidiki kebenaran dari kasus Peat. Fort ingin membuktikan sendiri dengan tangannya mengenai kebenaran dari kasus Peat yang dianggap dalang dari penculikan malam itu.
Empat hari sudah ia bekerja keras bersama pasukan khusus kemiliteran. Namun sedikitnya bukti yang mereka peroleh membuat semua yang mereka lakukan menemukan jalan buntu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rare Species - FORTPEAT (END)
FantasyWaktu terus berjalan dan zaman terus bertukar. Evolusi yang tak terelakan membuat sebagian kalangan dengan status istimewa mulai menipis, digantikan dengan jenis manusia yang hanya terdiri dari dua pilihan yakni laki laki dan wanita. Menyisakan seba...