9. Perasaan Aneh

14.1K 1K 1
                                    

Sepanjang jalan menuju kantor, mata tajam Levin tak pernah berubah. Mata itu penuh intimidasi dan menghunus. Seolah sedang murka.

Karyawan di sana bergidik ngeri saat melihat raut keruh milik Levin. Tatapan tajam nan dingin itu mampu membuat mereka tak bisa berkutik. Mereka bertanya-tanya dalam hati, siapa yang membuatnya kesal seperti ini? Padahal bos mereka baru saja menikah, yang di mana seharusnya menikmati waktu liburannya. Tapi, seperti ada hama yang mengganggu hingga mengusiknya sampai datang ke kantor.

Levin mendudukkan bokongnya di kursi kerjanya. Ia menitah Sadam untuk memanggil orang yang bersangkutan akan kekesalannya pagi ini.

Saat orang itu sudah berdiri dihadapan Levin dengan Sadam yang wanti-wanti di meja kerjanya, Levin langsung melempar laporan proyek dua bulan lalu yang salah ke hadapan orang tersebut.

"KAMU BISA KERJA GAK, SI? Ini sudah kedua kalinya kamu membuat kesalahan dalam proyek saya yang satu ini. Laporan yang kamu kasih, bisa memundurkan pekerja yang membangun nantinya. Kamu mau tanggung jawab atas itu semua, HAH? Laporan keuangan juga ada yang salah. Saya sudah wanti-wanti kalau soal keuangan, Calla. Saya pikir kamu bisa memperbaiki setiap kesalahan kamu, tapi apa kenyataannya? Nol."

Levin beralih menatap telepon dan langsung menghubungkan dengan seseorang. Ia tidak habis pikir dengan karyawannya itu. Baru saja ia rehat dari masalah kemarin, tapi kini sudah ada yang mengganggunya kembali.

Tok tok tok

"Masuk!"

"Ada apa, Pak?" Fandi yang bertanggung jawab atas laporan keuangan perusahaan, bertanya pada Levin yang masih menatap Calla dengan sebal.

"Apa kamu salah dalam memberi laporan keuangan?"

Fandi mengerutkan dahinya. Sudah berapa tahun dirinya kerja di perusahaan ini, tapi belum pernah ia melakukan kesalahan fatal seperti itu.

"Saya memberi laporan keuangan pada Calla, sesuai dengan laporan keuangan perusahaan, Pak. Saya pikir itu tidak ada masalah, karena saya juga selalu melaporkan keuangan itu pada bapak dengan catatan bersih dan benar. Tapi untuk laporan bulan ini dalam proyek pembangunan vila di Bandung, saya memang belum kirim ke Bapak. Tapi semua aman, tidak ada kesalahan sama sekali."

"Dengar Calla? Tidak ada catatan yang salah dalam laporan keuangan yang dikirim Fandi. Lalu, kenapa kamu membuat kesalahan? Salah dalam satu angka saja, bisa berakibat fatal. Ngerti!" Calla mengangguk dan menjawabnya dengan pelan. Ia benar-benar menyesal telah melakukan kesalahan kembali. Amukan bosnya itu mampu membuatnya menciut. Bahkan telapak tangannya itu sampai berkeringat, hingga sesekali ia lap ke rok hitam yang ia pakai.

***

Sadam memasuki ruangan Levin saat jam istirahat tiba. Ia melihat Levin yang sedang membereskan berkas-berkas di meja kerjanya.

"Makan dulu, Vin, biar otak lo fresh. Mau pesen online atau suruh pak Yana?" Levin menggeleng cepat menjawab pertanyaan Sadam. Ia menunjukkan paper bag berisi beberapa kotak makanan yang disiapkan oleh Athaya.

"Wah, gue sampe lupa kalo sobat gue ini udah nikah. Athaya nyiapin apaan, tuh? Sabi kali gue join." Levin terkekeh akan perkataan Sadam. Ya, sahabatnya itu sudah tahu bahwa yang menikah dengannya itu Athaya, yakni adik dari Khalisa. Ia juga tahu bahwa kekasih Levin dulu Khalisa. Levin tak pernah membawa siapapun ke kantor yang tidak berhubungan dengan kerjanya, termasuk Khalisa. Jadi mereka semua tidak tahu, wujud kekasih Levin dahulu dengan Athaya, yang kini telah menyandang sebagai istri Levin.

Namun, karena Sadam sering bersama Levin. Baik di tempat kerja maupun di luar, jadi dia selalu berkesempatan bertemu dengan Khalisa.

Kebenaran Cinta (Terbit EBook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang