Athaya merasa heran, barang-barang yang biasa ada di ruang tamu sekarang sudah bersih. Digantikan dengan barang estetis dan terkesan sederhana.
Jujur saja ia suka dengan suasana baru seperti ini. Tapi kenapa Levin menggantikannya dengan semua itu?
Apa karena ia selalu tidak suka jika melihat barang-barang tersebut? Apa Levin sangat memerhatikannya?Athaya menggelengkan kepala tanda tidak peduli. Ia harus membereskan rumah saat ini. Tadi ia melihat Levin sedang berada di ruang gym, tepatnya didekat kolam renang. Dan ia harus menyelesaikan pekerjaan ini, sebelum Levin menganggunya kembali.
Seusai membereskan rumah, yakni membersihkan debu, menyapu, mengepel, dan mencuci wadah bekas semalam. Kini saatnya Athaya mencuci pakaian yang sudah cukup banyak. Sudah tiga hari ini ia tidak mencuci pakaiannya sendiri, yang akhirnya menumpuk di keranjang cucian.
Athaya mengeluarkan keranjangnya menuju halaman belakang, tepatnya di dekat kamar mandi khusus sehabis renang. Terdapat letak mesin cuci, sekaligus tempat khusus untuk mencuci pakaian. Cukup luas juga untuk ukuran mencuci.
Sebenarnya, desain dari rumah ini sangat bagus. Athaya pun bisa leluasa kesana dan kemari tanpa ruangan yang sempit. Bahkan halaman depan dan belakang sama bagusnya. Tanaman hijau terpatri di sana dengan indah. Bagaimana ia tidak betah dengan tempat ini?
Athaya menyalakan mesin dengan baju yang tergiling di dalamnya. Ia menunggu sambil duduk di kursi dekat kolam renang. Ia melamun sambil menyesap jus alpukat buatannya sendiri.
Dari ruang gym berlapis kaca, Levin memerhatikan Athaya sedari ia membawa cucian sampai ia melamun dengan jus di tangannya. Ia merasa bersalah karena menyeret Athaya ke dalam pernikahan ini. Tapi mau bagaimana lagi? Ia tidak mau jika semuanya berjalan dengan gagal. Ia tahu dirinya memang licik, dan kalau tidak begitu dirinya akan merasakan malu yang luar biasa. Terlebih pebisnis seperti papanya, mau di taruh di mana mukanya kalau sampai pernikahan itu gagal? Dan jauh di lubuk hatinya, ia juga sudah merasa nyaman dengan Athaya yang sekarang telah menjadi istri sahnya.
Levin beruntung, tidak banyak orang yang tahu tentang Khalisa, yang saat itu menjadi kekasihnya. Sedari awal ia tidak ingin jika Khalisa terlalu terpublikasi, bahkan Sadam sangat tahu hal itu.
Tapi sekarang, ia merasa tidak begitu memikirkan seorang Khalisa. Karena ketika melihat Athaya, justru mampu membuatnya semangat menjalani hari-harinya.
***
Athaya telah menghabiskan jusnya, lalu kakinya melangkah untuk melihat cucian yang masih berada di mesin cuci.
Setelah beberapa menit kemudian. Pria dengan kaos hitam berlengan pendek, juga celana pendek hitam, menjulang tinggi berdiri tepat didekat mesin. Athaya yang melihat itu susah payah menelan salivanya. Otot bisepnya sangat menggoda, belum lagi sisa keringat yang mengalir di bagian lehernya menambah kesan sexy.
"Ngapain kamu di situ?" Athaya bertanya seraya mengambil cuciannya yang telah selesai ke dalam ember, karena ia akan menjemurnya sehabis ini. Sebenarnya Athaya sedang menutupi kegugupannya. Tak bisa dipungkiri, bahwa Levin sangat tampan. Ia tidak menyangkal untuk hal yang satu itu.
"Cuma merhatiin kamu aja, kayanya dari tadi kamu melamun. Apa ada masalah? Seperti kerjaan?"
"Gak ada masalah apa-apa." Athaya menjawabnya dengan cepat. Ia ingin menghindari Levin yang mampu membuatnya ambyar. Kenapa dia begitu menggoda?
Levin memerhatikan Athaya yang seperti menghindarinya. Apa masalah itu ada pada dirinya?
Athaya melangkah menuju jemuran dekat dengan gazebo, tepatnya di belakang posisi gazebo. Lalu dirinya mulai menjemur pakaiannya satu persatu. Dan Levin, mengikutinya sejak tadi. Hal itu mampu membuat Athaya semakin gugup. Niatnya menghindar, tapi malah dihampiri oleh sang empu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebenaran Cinta (Terbit EBook)
Romance(Tersedia dalam bentuk eBook di Google Playstore dan Playbook, oleh penerbit Eternity Publishing) Athaya kesal dan marah, kala kakaknya yang kabur entah ke mana dan apa alasannya. Di hari penting seperti ini, bukannya menyelesaikan masalah justru k...