Sejak insiden panas kemarin, membuat Athaya dan Levin semakin dekat. Tetapi mereka belum berani untuk tidur dalam satu kamar, terlebih mereka masih merenungkan perasaan masing-masing.
Athaya yang baru saja membuat cheese cake, segera saja mengemas dengan rapi untuk diantar ke kantor Levin. Entah kenapa ia ingin berkunjung ke sana. Apalagi ia sudah dapat izin dari Levin jika dirinya diperbolehkan ke kantor. Maka dari itu, ia menyiapkan bekal makan siang juga kue yang ia buat untuk di makan Levin dan sahabatnya, Sadam.
Kebetulan ia sudah mengenal Sadam saat melangsungkan pernikahan hari itu. Bahkan Sadam tahu apa permasalahan dari pernikahan antara dirinya dan Levin. Untuk itu ia dapat mengenal Sadam dan dia juga pria yang baik. Sampai sekarang, tidak ada orang kantor yang tahu tentang pernikahannya dengan Levin. Oh jangan lupa, sejak bersama Khalisa saja mereka tidak ada yang tahu. Sadam dan Levin sangat pintar menutupi semuanya dengan rapi, tanpa bocor hingga terpublikasi.
Athaya mengunci pintunya dan mulai memasuki mobil yang tadi sudah dipanaskan. Tak lupa menitipkan rumah pada satpam dan memberi kue yang ia buat tadi. Seusai itu, dirinya melenggang pergi meninggalkan kawasan rumah.
***
Ketika keluar dari mobil, Athaya sejenak mengamati gedung tinggi dengan aksen modern. Ia melihat keadaan sekitar yang sekiranya sibuk huru-hara membicarakan makan siang pada rekan-rekan kerja. Belum lagi ada suara perempuan yang menggosip bersama temannya. Athaya menghela nafas, saat tangannya mulai meraih dua kantong paper bag dari samping kemudinya. Seusai itu, dengan langkah penuh percaya diri, Athaya masuk ke dalam gedung tinggi tersebut.
Ia menyapa security yang bertugas di pintu masuk gedung. Security tersebut bertanya siapa dan untuk apa datang ke kantor itu. Ia menjelaskan dengan detail tujuannya ke kantor tersebut itu apa.
Hingga langkahnya menuju meja resepsionis. Security tadi juga sudah menjelaskan ke resepsionis siapa dan untuk apa tujuannya ke kantor.
"Mari, Bu, saya antar." Salah satu resepsionis bernama Marta Vaucoka itu, dengan suka rela mengantar Athaya menuju ruang CEO milik Levin. Athaya baru percaya, ketika Marta berbicara fakta tentang sosok Levin Staverd Vrog yang terkenal akan kejam, dingin, bahkan tidak segan untuk mengkick out jika terdapat masalah yang fatal. Tetapi ia akan menolelir jika itu memang perlu. Sekejam-kejamnya Levin, ia juga bertanggung jawab atas kerja para karyawannya sendiri. Levin juga disebut workaholic. Si penggila kerja tanpa peduli pada sekitar. Ia akan berbicara jika memang perlu, jika tidak tangan dan matanya akan fokus dengan kerjaan, seperti berkas dan laptop. Semua karyawannya sudah hafal dengan tabiat Levin. Para karyawan tidak berani mengusik Levin, karena berani mengusik maka sama saja mencari mati. Begitu pikir mereka. Maka dari itu, Levin disegani atau lebih tepatnya ditakuti di kantor.
"Terima kasih," ucap Athaya pada Marta. Resepsionis itu pun segera pamit kembali untuk meneruskan kerjaannya. Athaya melihat Sadam di meja kerjanya, dengan jari-jemari yang menari pada laptop dihadapannya. Matanya beralih pada ruangan berkaca dengan tulisan CEO di sana.
"Permisi." Sadam menghentikan ketikannya dan mendongak, karena ia merasa familiar dengan suara tersebut.
"Athaya? Ahh, gue tau, ni, pasti mau anterin bekal makan siang, kan?" Athaya mengangguk dan tersenyum, seraya menunjukkan dua kantong paper bag ke hadapan Sadam.
"Buat gue ada, gak?" tanya Sadam iseng. Sadam kira gurauannya hanya ditanggapi dengan suara kekehan saja, kenyataannya Athaya sudah mempersiapkan makanan tersebut untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebenaran Cinta (Terbit EBook)
Romance(Tersedia dalam bentuk eBook di Google Playstore dan Playbook, oleh penerbit Eternity Publishing) Athaya kesal dan marah, kala kakaknya yang kabur entah ke mana dan apa alasannya. Di hari penting seperti ini, bukannya menyelesaikan masalah justru k...