Kesibukan di kafe membuat Athaya kalang kabut menyesuaikan pekerjaannya membantu para karyawan. Ia juga merambat menjadi koki, barista, atau juga pelayan.
Pada sabtu ini, kafe ramai sejak siang hari tiba. Belum lagi yang memesan delivery online, sampai-sampai Theo kelelahan harus mengatur antara kerjaan di dalam dan pesanan.
Kalau kondisi seperti ini, mereka menjadi kalang kabut saking ramainya. Mengatur meja yang terisi untuk dikosongkan, agar yang baru datang bisa mengisinya kembali.
Semuanya penuh dari lantai satu, di dalam maupun di luar ruangan, bahkan di lantai dua juga penuh. Mungkin karena ada promosi dari selebgram terkenal minggu lalu, sehingga kafenya menjadi rekomendasi untuk para pengikutnya. Bahkan beberapa kali Athaya kedapatan customer, yang bilang bahwa mereka melihat kafe ini dari selebgram tersebut. Karena kalau ia promosi dari instagramnya sendiri, tidak sebanyak itu pengikutnya. Maka dari itu, ia sangat berterima kasih pada selebgram tersebut atas kunjungannya dalam mempromosikan kafenya ini.
***
Langkah kaki yang terus berulang-ulang, bergema di lantai rumah yang sepi akan penghuninya. Karena sang pemilik rumah, sedang sibuk bekerja.
Satpam rumah yang berjaga, sejak tadi tak bisa menyembunyikan kegusarannya. Bahkan ia sempat terkejut atas kedatangan tamu ke rumah majikannya. Kenapa harus datang? Kenapa baru sekarang dia kembali? Begitu pikir satpam tersebut.
"Pak, kalau saya ke dalam, bisa?"
"Maaf, Non, saya gak bisa membiarkan Non masuk. Bapak tidak menerima tamu siapapun selain yang berhubungan dengan keluarga. Terlebih saat ini bapak masih di kantor, saya tidak bisa seenak jidat membukanya. Lagi pula, rumah juga dikunci sama ibu."
Tamu itu mengernyit bingung, kala satpam rumah berbicara ibu padanya. Ibu siapa yang dia maksud?
"Ibu? Maksudnya siapa, ya, Pak? Orang tua Levin, tante Bella?" Satpam tersebut menggelengkan kepala dengan cepat.
"Istri dari pak Levin, Non."
"Istri?"
Tin tin!
Satpam yang terkejut dengan suara klakson mobil milik majikannya, segera membuka gerbang dan mempersilahkan untuk masuk.
Mobil tersebut terparkir di halaman depan rumah, depan garasi. Ia tidak langsung memasukkannya, matanya penuh sorot tajam pada tamu yang berkunjung ke rumah Levin.
"Athaya?" Kaget orang itu kebingungan.
"Ke mana aja? Selama ini ngilang, dateng-dateng langsung ke sini. Maksudnya apa?" tanya Athaya seraya membuka kunci pintu rumah.
"Ngobrol di dalem, gue gak mau ada yang lihat kita ribut." Athaya masuk diikuti oleh kakaknya, Khalisa, yang memandang kaget pada setiap sudut ruangan rumah Levin.
Ya, Khalisa. Terkejut bukan?
Dia yang memutuskan untuk pergi saat pernikahan berlangsung, kini dia kembali dengan penuh tanda tanya.Athaya mendudukkan dirinya ke single sofa, sementara Khalisa duduk di sofa panjang yang berada di sampingnya.
"Jelasin, Ta! Apa maksud dari semua ini?" Athaya mendengkus seraya menyandarkan tubuhnya pada sofa. Ia menatap kakaknya yang tidak tahu diri menanyakan hal itu.
"Sebelum lo dapat penjelasan dari gue, lo harus jelasin dulu dengan tujuan lo apa dan ke mana aja lo selama ini!"
Khalisa mengigit bibir bawahnya. Athaya tahu gelagat kakaknya jikalau gugup dan bingung. Itu sudah menjadi kebiasannya sejak dulu.
"Kalo lo gak mau jelasin, gue si gak masalah. Tapi jangan harap gue bisa terbuka sama lo, dan nerima lo buat injak rumah ini."
Khalisa terkejut dengan ucapan Athaya. Segitu salahkah ia di matanya?
"Apa kesalahan gue sefatal itu, Ta? Kenapa lo seolah-olah yang punya rumah ini?"
Athaya mendecih kala mendengar jawaban Khalisa yang membuatnya muak. Drama sekali kakaknya itu. "Lo gak introspeksi diri? Lo punya otak gak, si? Dengan pertanyaan lo yang gak masuk akal gitu, bikin gue muak sama lo, Kak. Kaya bocah tau, gak!"
"Jelasin, Ta! Gue butuh penjelasan dari lo. Kenapa lo ada di rumah Levin, kenapa barang-barang yang waktu itu gak ada dan sekarang malah diganti, terus tadi satpam bilang kalo Levin udah punya istri. Siapa istri Levin, Ta? Gue gak ngerti dengan semuanya."
"Gue gak akan mau ngomong apa-apa, sebelum lo jelasin kenapa lo kabur, di mana saat lo kabur saat itu, dan apa tujuan lo balik lagi ke sini. Oh, ya, satu lagi ... mama, papa, tahu lo udah balik?"
Athaya melihat Khalisa yang diam tanpa menjawab apa-apa. Dia yang diam dan menunduk sambil memainkan ponsel yang berada digenggamannya. Ia tahu kalau Khalisa sulit untuk menjelaskan semua itu. Tapi ia tidak mau jika mengasihani Khalisa dengan tindakan yang kurang ajar selama ini. Apa dia tidak berpikir kalau tindakannya itu sangat fatal? Kenapa coba pakai bertanya lagi dengan pertanyaan yang seharusnya dia tahu jawabannya apa.
***
Athaya menyibukkan diri di dapur, guna menyiapkan makan untuk Levin nanti. Sejenak pikirannya kelabu, soal Khalisa yang kembali dan apa tujuannya ke rumah Levin. Kenapa gak langsung pulang ke rumah menemui mama dan papa? Mereka berhak tahu, bahwa Khalisa sudah kembali dengan keadaan yang baik-baik saja. Tidak ada luka atau apapun itu yang tercetak di tubuhnya.
Khalisa berdandan layaknya seorang wanita dewasa pada umumnya. Dengan pakaian yang biasanya dia kenakan, dress warna biru tua selutut, berlengan pendek. Tak lupa rambut panjangnya di catok dan menimbulkan gelombang di sana. On make up, dengan sentuhan bibir berwarna merah maroon. Belum lagi high heels berwarna senada dengan dress namun lebih berkilat. Satu lagi, tas branded yang berada di tangannya dengan merek terkenal Chanel. Itu sudah cukup menunjukkan bahwa dia baik-baik saja bukan?
Ia tadi sengaja mengusir Khalisa, karena tak ada alasan apapun untuknya tetap di rumah ini. Lagi pula, dia tidak berbicara apapun pada pertanyaannya yang tadi. Sesulit itukah untuk menjawab?
Seusai menata wadah serta lauk-pauk di meja makan. Athaya melihat jam dinding yang ada di dapur, kini tengah menunjukkan pukul 05:20 sore. Tetapi Levin belum menunjukkan batang hidungnya. Guna mengusir kegundahannya, ia melangkah menuju karpet berbulu dan menonton siaran berita di televisi. Itu cukup baik, dibandingkan harus melamun seperti orang kebingungan menunggu suaminya pulang.
________
18-03-2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebenaran Cinta (Terbit EBook)
Romance(Tersedia dalam bentuk eBook di Google Playstore dan Playbook, oleh penerbit Eternity Publishing) Athaya kesal dan marah, kala kakaknya yang kabur entah ke mana dan apa alasannya. Di hari penting seperti ini, bukannya menyelesaikan masalah justru k...