11. Bentuk Perhatian

13.1K 1K 0
                                    

Siang hari, Athaya disibukkan dengan membantu acara di kafe. Hari ini akan ada guest star yang akan mau tampil di kafe miliknya. Anak-anak dance, penyanyi solo, dan juga band. Mereka ia panggil untuk mengisi acara ulang tahun adik sepupunya yang bernama Syakila. Yang kebetulan ini acara spesial dia, yaitu sweet seventeen.

Acara akan di laksanakan pada malam hari pukul 08:00. Bahkan Syakila sudah stay sejak tadi pagi di kafe. Ya, Athaya's Cafè hari ini benar-benar dibooking khusus acara ulang tahun Syakila.

***

"Hari ini bener-bener cape banget. Dari pagi buta udah nyiapin segala macemnya sampe malem. Besok kalian libur aja, deh, ya. Pasti cape banget, kan? Theo juga udah tiga hari ini lembur terus."

"Ya elah, ini emang udah kerjaan gue, Ta. Gue lembur juga kasihan sift malem kemarin gak ada cowoknya. Si panjul libur, kan."

"Panji, Bang. Ngadi-ngadi banget ganti nama gue." Theo hanya terkekeh atas ucapan Panji.

"Pokoknya gak apa-apa besok kalian libur dulu, dan kita bersihin semuanya sampe clear. Habis itu untuk uang bonus aku kasih lusa, ya, kan masuk semua tuh udah gak ada yang libur." Mereka semua mengangguk atas intrupsi dari Athaya.

"Makanan yang masih utuh dan kering boleh dibawa pulang, ya. Mubazir kalo kebuang gitu aja. Kalo gak mau dibawa, bagi-bagiin ke pedagang kaki lima, atau juga tetangga."

Sehabis memberi intrupsi seperti itu. Athaya dan seluruh karyawannya membereskan bekas acara yang masih cukup berantakan. Mereka saling bekerja sama dengan telaten juga cepat.

Tepat pukul 00:10, Athaya dan Theo baru keluar dari kafe. Karyawan yang lain sudah pulang sejak lima belas menit yang lalu.

"Yo, makasih banyak, loh. Gue ngerepotin lo terus, sumpah."

"Ya elah, Ta, lo kaya sama siapa aja. Gue juga kerja kali disini, wajar lah gue bantu--bantu di kafe ini."

"Ta, kayanya ada yang nungguin lo, tuh!" Athaya mengalihkan atensinya ke arah yang Theo tunjukkan. Di sana terdapat Levin yang bersandar di samping mobil, dengan kedua tangan yang berada di saku celananya.

"Cowok lo, Ta?" Athaya tersenyum sebagai jawaban. Ia bingung harus berkata apa pada Theo. Karena Theo dan semua karyawannya tidak ada yang tahu, bahwa dirinya telah menikah dengan kekasih Khalisa--- kakaknya. Tepatnya menikah karena terpaksa.

Levin melangkah mendekati Athaya yang masih canggung, karena Theo tidak tahu-menahu soal hubungannya dengan Levin.

"Ehem." Levin berdehem saat berdiri tepat di samping Athaya. Menghentikan percakapan mereka berdua.

"Udah selesai, kan? Ayo kita pulang! Malam-malam gini cuaca makin dingin, jangan terlalu lama di luar." Levin memberikan jaketnya pada Athaya, lalu memasangkannya ke tubuh milik istrinya itu.

"Ya elah, Ta, kenapa gak bilang kalo lo udah ada cowok? Sobat gue ternyata udah dewasa, ya."

"Yo, ish." Theo tertawa karena telah menggoda Athaya. Kemudian dirinya izin pamit duluan, karena hari juga semakin larut. Sampai akhirnya Theo melenggang pergi bersama motornya, meninggalkan Levin dan Athaya yang masih berdiri di depan kafe.

"Kok kamu bisa di sini? Saya gak minta kamu ke sini, loh."

Levin mendesah kecewa saat Athaya berbicara begitu. Memangnya setidak penting itukah dirinya?

"Kamu istri saya, Ta. Apa kata orang kalo kamu pulang selarut ini tanpa ada yang khawatirin? Saya berasa tidak bertanggung jawab atas kamu sebagai suami kalo gitu. Toh, wajar, kan, khawatir sama istri sendiri? Lagi pula, saya tadi sekalian kasih hadiah buat Syakila."

Kebenaran Cinta (Terbit EBook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang