Siang hari, di kediaman Levin.
Athaya tengah sibuk merapikan barang-barangnya yang masih tersimpan di kamar bawah. Ia akan membawanya menuju lantai atas, tepatnya di kamar Levin yang juga kamar miliknya.
Hanya tinggal sisa-sisanya saja yang ia bawa. Karena sejak kemarin ia sudah memindahkannya sebagian.
Athaya yang sibuk, kini merasa kelelahan. Ia mencari sesuatu di lemari pendingin, ingin mengisi yang segar-segar ke dalam mulutnya.
Sejenak ia merasakan sejuknya angin dari kulkas. Padahal rumahnya ini ber-AC, tapi tetap saja merasakan hawa dingin dari kulkas itu sesuatu yang menyegarkan.
Tangan Athaya meraih buah semangka yang sudah dipotong kotak-kotak di wadah box putih. Juga meraih satu botol minuman berwarna orange, yang hanya melihatnya saja sudah merasakan kesegarannya.
"Aahh, gila ini nikmat banget." Athaya berujar, seraya memasukan satu potong semangka ke dalam mulutnya menggunakan garpu. Ia juga menyesap minuman itu hingga tersisa setengah.
"Ini kenapa gue kaya habis lari coba. Berasa gitu capenya." Athaya terus bermonolog sendiri atas kegiatannya. Ia merasa segar akan semua yang dinikmatinya sekarang. Mungkin juga efek cuaca yang memang begitu panas, hingga mampu membuatnya terlihat sehabis lari marathon.
***
Athaya melangkah keluar rumah, guna membuang sampah ke dalam tong besar yang tersedia di depan rumahnya.
Baru saja langkahnya ingin masuk kembali seusai membuang sampah, suara seseorang memanggil namanya hingga membuatnya berhenti melangkah.
Athaya memutar bola matanya malas. Apalagi sekarang?
"Ngapain kamu disitu? Mau cosplay jadi patung penunggu rumah, iya?" ucapan Athaya begitu menohok.
"Kalo saya pikir-pikir, kayanya ada yang gak beres sama rumah tanggamu dengan Levin. Iya, kan?"
Athaya mendengkus dengan orang yang ada di depannya saat ini.
"Heh tetangga kurang belaian. Kamu gak usah ikut campur sama masalah saya. Pake ngomong sembarangan lagi. Tolong dijaga, ya, itu mulut!"
"Athaya, Athaya. Saya tahu, kamu pasti menikah dengan mas Levin karena ada sesuatu. Saya ngawasin kalian dari rumah selama ini, dan jangan lupakan orang yang saat itu berdebat dengan saya. Apa kamu ini termasuk orang ketiga dihubungannya mereka?"
Hell, no! Boro-boro hubungan ketiga, justru dirinya yang terjebak dalam pernikahan itu. Athaya lagi-lagi mendengkus mendengar penuturan dari tetangga seberang rumahnya. Si Okta yang sok tahu dan haus belaian. Sebal juga mendengar dia memanggil nama suaminya dengan sebutan mas.
"Jangan panggil suami saya pake sebutan mas segala, ya. Gak usah lancang dan cukup tahu diri jadi orang. Dengar baik-baik, ya, Okta. Saya bukan orang ketiga dihubungan mereka. Justru saya lah yang terjebak di sini. Orang yang pernah berdebat denganmu, kabur saat hari pernikahan itu tiba. Intinya, saya tidak salah di sini. Satu lagi ... pernikahan kami memang awalnya bukan hal yang baik, tapi kami telah menerima perasaan kami dan kami saling mencintai. Cukup mengorek hal pribadi kami, Okta. Jangan terlalu kepo sama hidup orang. Levin itu udah punya saya, kamu juga harus tahu itu. Jaga batasan kamu. Jangan jadi perempuan rendahan di mata laki-laki, begitupun di mata saya. Karena jujur, saya malu dengan kelakuanmu yang seperti penggoda."
Kalimat yang dikeluarkan oleh Athaya begitu menohok. Okta kalah telak dengan Athaya yang dilihat dari mana saja sudah jelas lebih baik. Dari cara dia berkata dan juga mengendalikan emosi saja sudah tahu, bahwa Athaya bukan orang yang sembarangan. Athaya lebih pintar darinya dan juga cukup dewasa, dengan tindakannya yang tenang dalam menghadapi orang sepertinya.
Seharusnya memang Okta tidak ikut campur dari awal. Athaya tidak akan membiarkan siapapun mengusik hidupnya dengan seenak jidat. Sejak dulu memang ia seperti itu. Jadi jangan heran, jika sekarang Okta habis dibantai oleh perkataannya yang menohok. Kalau tidak bertindak cepat, orang seperti Okta akan semena-mena. Dia akan semakin tidak tahu diri dengan posisinya. Sudah tahu Levin telah beristri, masih saja digoda. Belum lagi sok ingin ikut campur masalah rumah tangganya. Memangnya dia siapa? Orang baru saja lagaknya seperti sudah kenal lama. Sangat memalukan.
Sehabis mendengar serentetan kalimat yang mampu membuat pasokan udara terasa terhimpit, Okta pergi meninggalkan Athaya yang tersenyum bangga. Perempuan macam Okta memang harus dibasmi dengan cepat.
***
Kebiasaan Athaya ketika sedang kesal ialah misuh-misuh sendiri. Bahkan ia tengah mencuci wadah di dapur saja sambil terus berceloteh.
Athaya seperti itu jelas karena perlakuan Okta tadi. Perkataan yang keluar dari mulut Okta mampu membuatnya kesal bukan main. Bisa-bisanya dia berbicara sembarangan seperti itu.
Seusai menyelesaikan mencuci wadah. Athaya beristirahat menuju sofa dengan ponsel digenggamannya. Di sana terdapat notifikasi pesan dari Levin.
My Hubby
Ta, lagi apa?
Kamu udah makan?
Jangan cape-cape ya Ta. Aku tau pasti kamu nyari kesibukan di kafe.
Ta, kangen :(
Pengen peluk kamu, pengen cium kamu. Di sini adanya guling Ta, tidurnya jadi gak nyaman hehe
Aku kenapa jadi bucin banget ya Ta. Aneh gak si kalo denger omongan aku langsung kaya gini. Pasti aneh banget si hahaha
Sampai ketemu nanti ya Ta, aku masih ada kerjaan.
See u my wife ❤Athaya tersenyum lebar karena pesan yang diketik oleh Levin. Bahkan ia sampai memegang pipinya karena tiba-tiba saja memanas. Ia jadi salah tingkah sendiri.
Tangannya mulai mengetikkan sesuatu untuk Levin, guna membalas pesannya.
Athaya
Aku juga kangen tau :(
Gak ada kamu sepi.
Semangat kerjanya My Hubby ❤Seusai mengetik pesan, Athaya kembali ke kamar dengan hati yang gembira. Rasanya ia akan tidur nyenyak hari ini, karena mendapatkan pesan yang menenangkan hatinya. Belum lagi kekesalannya berangsur hilang karena Levin. Jadi ia merasa lebih baik daripada sebelumnya.
________
03-04-2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebenaran Cinta (Terbit EBook)
Romance(Tersedia dalam bentuk eBook di Google Playstore dan Playbook, oleh penerbit Eternity Publishing) Athaya kesal dan marah, kala kakaknya yang kabur entah ke mana dan apa alasannya. Di hari penting seperti ini, bukannya menyelesaikan masalah justru k...