1. Awal Mula

19.4K 1.1K 0
                                    

Ketukan sepatu dan huru-hara terdengar di ruangan cukup besar dengan banyak kursi dan meja di dalamnya. Mereka disibukkan dengan pekerjaan melayani para tamu yang memesan makanan serta minuman di sebuah kafe dengan nama, Athaya's cafè.

Tempat ini tidak hanya menyediakan makanan ringan, tapi makanan berat seperti restoran pun ada.

Sang pemilik kafe tersebut, tengah melayani di bagian barista dengan satu karyawan laki-laki. Pengunjung malam ini sungguh ramai. Bahkan para karyawan hampir keteter dengan melayani para customer.

"Mbak, dessert mocca habis. Mau dibuat atau kita pending aja."

"Pending aja. Bilang aja sama mereka lagi habis, soalnya kita keteter, kan, kalo harus buat dulu?"

"Iya, si. Ya udah kalo gitu, makasih, Mbak." Rita, karyawan sekaligus bertugas sebagai kasir pun akhirnya kembali ke tempatnya.

Mereka pun disibukkan kembali dengan kegiatan masing-masing. Sampai beberapa menit kemudian baru bisa bernafas lega. Karena tempat sudah penuh dan para customer sedang menikmati segala hidangannya.

"Akhirnya bisa nafas." Seru Theo, karyawan yang berdiri di stand barista bersama sang pemilik kafe.

"Kok rame banget, ya? Padahal gak ada promosi besar-besaran, loh."

"Karena ini menjelang weekend kali, Ta. Apalagi ini malam minggu. Tuh liat, banyak anak-anak muda. Yang pasangan atau kumpul bareng temen-temennya."

"Iya juga, si. Bersyukur banget kalo lagi rame begini."

"Lo gak ke ruangan?" tanya Theo kembali.

"Nanti aja, deh. Takut lo keteter lagi. Oh iya, minum dulu sana. Kalo laper makan."

"Nih udah minum abis berapa gelas gue dari tadi. Makan mah gampang, nanti aja."

"Sip, kalo gitu."

***

Gadis berusia 25 tahun, kini sedang menikmati suasana pesta bersama para teman-temannya. Mereka berada di sebuah kelab malam dengan musik yang berdentum keras. Pesta ulang tahun yang diadakan oleh temannya itu tak main-main. Bukan membooking sebuah restoran, kafe, atau hotel, melainkan kelab malam.

Lagi pula, kalau pesta dengan tema ala-ala anak remaja itu sudah biasa. Karena umur mereka sudah legal untuk masuk ke dalam club tersebut, jadi sekalian saja membuat acara di sana. Begitu pemikiran temannya itu. Banyak yang datang ke pesta ini dari teman-teman kantor, bahkan sanak saudara yang seumuran pun ikut serta menghadiri.

"Sa, jangan sampe kobam lo, ya. Minum red wine aja udah clear. Lagi pula lo udah abis dua gelas, gue gak mau lo teler abis dari pesta ini."

"I want a vodka."

"No, Sa. Jangan gila, deh."

"Ish, rese lo, ah."

"Heh, dengerin gue, ya. Lo kalo sampe mabuk bisa abis sama bokap, lo. Jangan aneh-aneh pokoknya. Kita nikmatin pestanya aja, bukan malah mabuk gak jelas. Ngerti!"

Gadis tersebut hanya mendengkus dengan ucapan sahabatnya itu. Dia hanya ingin menikmati waktu malam ini dengan bermabuk ria. Tapi malah terganggu. Akhirnya ia memilih untuk membuka ponsel dan membuka salah satu akun sosial media miliknya.

"Wait, dia ada di sini?"

"Who's he?"

"Agnan."

"Really? Kenapa dia bisa di sini?"

"Gue juga gak tahu, Mel. Mungkin dia punya temen yang mengharuskan hadir di pesta ini."

Kebenaran Cinta (Terbit EBook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang