24. Kegiatan

11.5K 725 0
                                    

Di bawah temaram lampu, dengan suasana sejuk dan langit yang gelap. Terdapat sepasang manusia, yang kini tengah berdiam diri duduk di gazebo halaman belakang rumah mereka. Mereka menyaksikan kolam dengan air yang tenang. Terdengar suara gesekan daun yang tertiup angin, serta binatang jangkrik yang membunyikan suaranya cukup nyaring. Mampu menambah suasana mereka yang hanya diam menjadi sedikit ramai.

Tangan keduanya saling bertaut tanpa ingin terpisahkan. Tubuh mereka juga dibaluti selimut mocca yang diambil dari kamar bawah. Tak lupa dengan minuman cokelat dan kopi panas pada dua cangkir yang berjajar. Mereka sangat menikmati suasana malam ini.

"Cantik."

Athaya tersenyum dan mengangguk atas responnya.

"Iya."

"Aku bakalan betah lihatnya lama-lama bahkan setiap detikpun."

Athaya mengernyit kala ucapan Levin begitu ganjil. Mereka sedang menatap air kolam dan langit. Lantas, kenapa Levin bilang betah memandangnya lama bahkan setiap detik? Itu hal yang aneh.

"Kamu ngaco, deh."

"Aku gak ngaco."

"Ya itu ngaco. Masa lihat kolam sama langit sampe segitunya, aneh, ni."

Levin terkekeh dengan perkataan Athaya. "Bukan itu yang aku lihat sayangnya aku Athaya."

"Terus, apa emangnya?"

"Kamu."

"Hah?"

"Kamu, Ta. Kamu yang aku lihat dari tadi. Kamu yang bikin aku betah mandang kamu lama-lama, setiap hari bahkan kalo perlu tiap detik. Kamu cantik." Athaya tersipu dengan ucapan Levin. Pipinya merona saat pujian itu meluncur dengan indahnya. Ribuan kupu-kupu menggelitiki perutnya. Rasa bahagia bercampur haru, ketika Levin mengucapkan kalimat tersebut dengan tulus. Pancaran mata itu tak ada suatu kebohongan, justru penuh memuja.

"Makasih, Vin." Hanya itu yang keluar dari mulut Athaya. Mulutnya seakan kelu untuk mengeluarkan banyak kalimat. Ia tidak tahu harus seperti apa jawaban yang ia keluarkan lagi. Untuk itu, hanya kata terima kasih saja yang meluncur.

Malam menjadi saksi, untuk mereka yang kini tengah tenggelam dengan hati yang penuh rasa.

***

Pagi hari, Levin sudah disibukkan dengan banyaknya kerjaan di kantor. Bahkan ia berangkat lebih pagi dari biasanya. Pekerjaan kali ini berhubungan dengan proyek pembangunan villa yang baru setengahnya berjalan. Ia sampai harus crosscheck pemberkasan bersama dengan Sadam. Raut yang datar juga dingin, kombinasi pas untuk diri Levin saat fokus bekerja.

"Permisi, Pak. Saya ingin memberitahukan bahwa ada meeting jam sebelas pagi. Nanti jam dua siang akan ada pertemuan bisnis di luar kantor, tepatnya di Hotel Yei Vands. Untuk berkasnya, sudah saya siapkan semuanya, Pak." Levin mengangguk sambil meletakkan berkas yang digenggamnya ke meja.

Netranya memandang Sadam dengan intens. Sekretaris sekaligus sahabatnya itu, kalau sudah berhubungan dengan pekerjaan pasti akan menjadi orang yang profesional. Ia akan menjalani kewajibannya sebagai sekretaris, tidak ada nama persahabatan jika menyangkut urusan kantor.

"Baik. Thanks, Dam. Tolong panggil Pioni, bawa berkas yang baru saja dia kirim ke e-mail. Saya akan menandatangani berkas itu."

"Baik, Pak. Kalau gitu saya permisi."

Jika dalam mode serius, mereka akan berbicara dengan bahasa yang formal. Bahkan raut yang ada pada mereka benar-benar seperti bos dan karyawan. Namun, dibalik itu semua, mereka hanyalah sepasang sahabat yang tak terpisahkan. Sejak memasuki zaman putih-biru, hingga menempuh di universitas yang sama. Bagai perangko yang sulit terpisahkan.

Sadam awalnya bukan bekerja di perusahan VMC (Vrog's a Mighty Corporation) milik ayah Levin. Dia dulu bekerja di perusahaan market, dengan posisi supervisor. Dengan sikap yang jujur dan keuletannya dalam bekerja, ia diangkat menjadi manager di perusahaan tersebut. Selama kurang lebih dua tahun setengah berada di perusahaan market tersebut, akhirnya Sadam memilih untuk berhenti. Karena saat itu ia merasa terkekang dengan segala aturan perusahaan, bisa dibilang agak toxic. Padahal ia termasuk orang yang profesional. Setelah dua minggu pasca berhenti dari pekerjaannya, Sadam langsung ditawari oleh Levin pekerjaan, di perushaan VMC dengan posisi sekretaris. Karena memang mereka sudah cukup lama saling mengenal, akhirnya Sadam menerima tawaran itu. Karena ia tidak mau jika harus menganggur lama. Pun, Sadam tentu bersyukur dengan posisinya sekarang ini.

Menjadi seorang sekretaris, itu memang tidak mudah. Sadam merangkap sebagai asisten pribadinya juga, segala kebutuhan yang menyangkut Levin dan kantor itu tanggung jawabnya. Bahkan hal pribadi sekalipun. Karena sedikit banyak ia tahu tentang Levin bahkan kisah percintaannya. Mereka seringkali curhat ketika waktu senggang, meski itu masih berada dalam kantor. Sikap Levin pada karyawan lain sangat berbeda dengan Sadam. Tidak ada kata canggung atau apapun itu, karena mereka sudah tahu tabiat masing-masing.

Tidak terasa, hari semakin siang. Bahkan saat ini sudah menunjukkan waktu 13:00. Matahari begitu menyorot dengan terik, bahkan yang saat ini sedang di jalan dan membawa kendarannya masing-masing pun sampai mengernyit hingga menyipit. Benar-benar silau.

"Dam, mereka janji temu pas jam dua, kan?"

"Yoi, mereka juga paling lagi siap-siap di sana. Masih ada waktu banyak. Toh, sebelum mulai kita bakalan makan dulu. Makan siang tadi ketunda gara-gara mepet ngurusin berkas buat di kantor cabang. Gue pikir di sana udah kelar, pas crosscheck ternyata emang belom kelar semua. Perut gue isi air sama roti doang ini, belom ada nasi sama sekali. Orang kaya kita kalo belom makan nasi, ya, gak afdol. Ya, gak?" Levin terkekeh dengan ucapan Sadam. Ia setuju atas serentetan kalimat yang keluar dari mulut Sadam. Sahabatnya satu itu memang kalau sudah lapar ceriwisnya bukan main.

***

Hotel Yei Vand. Tertera sebuah tulisan di sebuah pintu masuk gedung hotel tersebut. Terdiri dari dua puluh lantai, dengan fasilitas memadai, juga pilihan desain yang bagus. Belum lagi makanannya yang terkenal dengan cita rasa yang lezat. Hal itu mampu membuat nama hotel tersebut semakin besar.

Sadam dan Levin keluar dari mobil setelah memarkirkannya dengan baik. Mereka berjalan dan langsung disambut oleh pegawai hotel. Seusai mengatakan atas nama Levin dari perusahaan VMC, akhirnya pegawai tersebut langsung menitah Levin dan Sadam segera masuk dan mengarahkannya ke suatu tempat.

Ketika sampai ke tempat tersebut, Levin dan Sadam tak lupa mengucapkan kata terima kasih pada pegawai tersebut.

Di sana juga sudah ada pelayan yang menyambut dengan menyediakan makanan untuk Levin dan Sadam, di meja bundar. Klien mereka dalam pertemuan bisnis kali ini, yakni pemilik hotel tersebut, belum menampakkan batang hidungnya. Lantaran mereka akan datang tepat di jam dua siang. Masih ada waktu tiga puluh menit untuk Levin dan Sadam menikmati makanan tersebut.

Mereka menyantapnya dengan sukarela. Toh, mereka juga sudah dipersilahkan, jadi untuk apa ragu dalam memakannya.

Seusai menyantap makanan dan kembali menjadi meja yang bersih tanpa ada piring dan gelas. Klien mereka tiba dengan sekretaris juga asisten pribadinya, membawa berkas-berkas yang akan mereka rundingkan untuk pertemuan kali ini.

Selama kurang lebih satu jam perundingan. Mereka akhirnya deal untuk bekerja sama dalam suatu proyek. Kali ini kerja samanya tidak main-main. Dua perusahaan terkenal dan besar menjadi satu. Apa tidak saling menguntungkan? Tentu saja hal itu menguntungkan kedua belah pihak. Mereka merundingkan itu hingga ke akar-akarnya. Karena niat mereka benar-benar murni bekerja sama tanpa adanya main curang.

________

30-03-2023

Kebenaran Cinta (Terbit EBook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang