Pagi hari pukul 08:20, Athaya sibuk dengan kegiatan menyiram tanaman pada halaman depan. Sehabis olahraga bersama Levin, ia memutuskan untuk membersihkan teras juga halaman, sekaligus melihat tanaman-tanaman yang semakin hari semakin tumbuh dengan baik.
Levin sudah membersihkan diri, dengan setelan santai. Yakni celana pendek hitam dengan atasan kaos biru tua berlengan pendek.
"Ta, udah selesai?" tanya Levin yang keluar dari pintu utama menuju teras.
"Bentar lagi, Vin, tanggung." Athaya menjawab tanpa menoleh. Ia begitu fokus dengan tanaman-tanaman hijau di sana.
Beberapa menit kemudian, Athaya menyelesaikan pekerjaannya dan tersenyum dengan hasil tangannya.
"Kamu mau ngopi?"
"Gak ngerepotin?"
"Aku butuh jawaban, bukan pertanyaan."
"Iya-iya sayangku Athaya. Aku mau kopi. Minta tolong buatin aku kopi, ya." Athaya terkekeh dan mengecup pipi kiri Levin. Kemudian berlalu dari sana menuju dapur. Levin salah tingkah dibuatnya, apalagi Pak Sarto telah melihat kegiatan mereka berdua. Semakin gugup lah Levin dengan semua itu. Akhirnya ia memilih masuk ke dalam, agar tak melihat wajah Pak Sarto yang sengaja ingin meledeknya.
Athaya memberikan kopi untuk Levin, dan ia juga memberikan camilan pisang goreng krispi padanya. Itu sangat pas sekali di makan pagi-pagi seperti ini.
"Makasih sayang." Levin mengucap itu dengan senyum lebarnya.
"Vin, ish, malu." Athaya menampar lengan Levin dan berlalu ke kamarnya. Ia ingin membersihkan diri sekaligus bersembunyi dari kesalahtingkahan yang disebabkan oleh Levin.
***
Hari ini adalah hari baiknya Levin. Tidak ada pekerjaan yang membuatnya menyelesaikan hari itu juga, tak ada pertemuan bisnis yang mengharuskan dirinya hadir di kantor, atau bertemu klien apapun. Hari ini ia meminta libur, karena ingin banyak waktu lagi bersama Athaya. Sejak kencan kemarin, dirinya merasa rindu kembali kebersamaannya bersama Athaya. Untuk itu ia meliburkan diri dan mengerahkan pekerjaannya pada sekretaris tercinta, yakni Sadam Reksa. Karena sahabat sekaligus sekretarinya itu menyanggupi, sehingga ia bisa santai dan punya banyak waktu di rumah seharian.
Levin dan Athaya, kini tengah berada di ruang keluarga. Athaya yang duduk di karpet berbulu, dengan Levin yang tiduran di pahanya. Sehingga Athaya dapat memainkan rambut halus milik Levin. Mereka benar-benar quality time berdua.
Layar televisi kini menayangkan film kartun si kembar tanpa rambut. Entah kenapa Athaya memilih tayangan itu dibandingkan acara lain atau sebuah film. Levin si, tidak begitu fokus dengan tayangannya. Ia menikmati tangan lembut Athaya yang berada di atas kepalanya. Juga dengan tangan yang satunya lagi ia kalungkan ke leher dan menggenggamnya dengan erat. Seperti takut akan pergi atau hilang.
"Ta, perasaan kamu ke aku tuh gimana? Udah full atau masih setengah?" tanya Levin dengan random.
"Awalnya, masih setengah. Tapi setelah kamu ngeyakinin aku, perasan aku ke kamu jadi full, no setengah-setengah." Athaya menjawab dengan lugas sambil menjawil hidung mancung milik Levin. Mereka saling menatap satu sama lain. Atmosfer disekelilingnya terasa berbeda. Desiran hangat menerpa tubuh mereka berdua. Deru nafas yang bersahutan terdengar kencang, bahkan suara layar televisi seperti teredam begitu saja.
Entah dorongan dari mana, Athaya berinisiatif untuk maju lebih dulu. Ia mengecup kening Levin dengan lembut, sang empu hanya menikmati kegiatan istrinya itu.
"Makasih, Vin, kamu orang pertama yang membuatku merasakan apa itu cinta. Rasa ini begitu nyata dan tidak ingin tergugah. Selama dua bulan ini, kamu mampu membuatku jatuh hingga aku merasakan kenyamanan yang luar biasa." Pengungkapan Athaya membuat Levin tersenyum dengan tangan yang terus menggenggam tangan Athaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebenaran Cinta (Terbit EBook)
Romance(Tersedia dalam bentuk eBook di Google Playstore dan Playbook, oleh penerbit Eternity Publishing) Athaya kesal dan marah, kala kakaknya yang kabur entah ke mana dan apa alasannya. Di hari penting seperti ini, bukannya menyelesaikan masalah justru k...