bab 5. first meet

314 35 9
                                        

"astagfirullah"

Arash begitu terkejut ketika menyadari ada mobil yang melaju kencang ke arahnya, ia segera membelokan arah sepedanya, hingga menabrak pembatas jalan dan membuatnya terjatuh.

Begitu pula dengan Abimana yang mengalami keterkejutan yang sama, ketika sebuah sepeda muncul secara tiba-tiba dan terjatuh. Dengan cepat ia menginjak pedal rem dan turun untuk melihat keadaan si pengendara.

Arash terduduk diatas trotoar sambil meringis saat merasakan sakit dikaki dan tangannya akibat ia terjatuh tadi. Segera mendongak ketika mendengar suara berat yang menanyakan keadaannya.

"Kamu tidak apa - apa?"

Ia melihat berdiri seorang laki-laki dengan setelan jas rapi. Dan entah mengapa ia merasakan desiran aneh dihatinya saat matanya beradu dengan mata laki-laki itu.

"Alhamdulillah hanya luka kecil, bagaimana dengan om?"

"Seperti yang kau lihat, aku baik - baik saja, apa kamu bisa berdiri ?"

Abimana kembali menanyakan keadaan anak muda didepannya. ada kekhawatiran yang muncul secara tiba-tiba karena melihatnya masih terduduk diam disana.

Arash hanya mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan abimana, ia mencoba untuk berdiri sambil melihat kearah sepedanya yang tergeletak tak berdaya dalam keadaan rusak.

"Ya Allah sepeda gue, astagfirullah bagaimana ini...?" Keluhnya nyaris tak dengar.

Ocehan kecil arash itu masih bisa didengar Abimana dengan jelas, ia mengambil dompet dari saku dan mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan untuk diberikan kepada arash.

"Ambillah ini..." Ucapnya

Arash menatap binggung ke Abimana yang memberinya uang.

"Untuk mengobati luka dan memperbaiki sepedamu itu"

Arash menggelengkan kepalanya sebagai tanda menolak pemberian Abimana.

"Ini adalah bentuk pertanggungjawaban ku, aku tidak mau kamu berpikir, kalau aku tidak bertanggung jawab". Ucap Abimana menyakinkan arash agar menerima pemberiannya.

Arash menarik menarik nafas sejenak lalu tersenyum.

"Terimakasih atas niat baik om, om tidak perlu repot melakukan ini, lagipula ini cuma luka kecil dan soal sepeda saya, insha Allah saya bisa memperbaikinya sendiri."

Abimana sedikit terkejut dengan penolakan arash, ia sangat tidak suka ditolak karena itu akan melukai harga dirinya.

"Aku tau itu luka kecil, setidaknya kamu bisa menggunakan uang ini untuk membeli sepeda baru, jadi kamu tidak perlu repot-repot memperbaiki sepeda itu, ambil lah".

Apa yang dilakukan Abimana itu membuat arash merasa sedikit kesal, jika Abimana tidak Suka ditolak maka arash sangat tidak suka dipaksa.

"Om mohon maaf, saya tidak bisa menerima uang om, apa yang om lakukan tadi dengan Om turun dan melihat keadaan saya itu sudah lebih dari cukup, dan untuk pertanggungjawaban, saya tidak akan perna meminta itu, karena saya tahu, saya juga bersalah dalam hal ini. Sekali lagi maafkan saya, permisi."

Arash segera mengambil sepeda dan memutuskan pergi meninggalkan Abimana, ia tidak ingin berada disana lebih lama, karena ia tahu itu akan membuat moodnya lebih hancur.

Sementara Abimana hanya bisa terdiam ketika arash berlalu dari hadapannya, ada rasa tidak rela ketika anak itu pergi , sehingga ia terus menatap kearah arash yang berjalan tertatih dan menjauh.

Suara klakson mobil membuatnya tersadar dari lamunannya.

"Apa yang terjadi denganku ? Dan perasaan apa ini?"

sandaran hatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang