"tuan muda kenapa anda melamun" ucap Mario saat melihat arash yang hanya duduk diam di ruang TV.
"Arash bosan om" arash menjeda ucapannya sejenak lalu berkata.
"dirumah ini semuanya ada, tidak ada yang perlu arash cari, disini juga ada banyak orang, tapi tetap saja terasa sepi ... karena tidak satupun dari mereka yang bisa diajak bicara, jangankan menegur mengangkat kepala didepan arash saja mereka enggak berani".
Mario hanya tersenyum mendengar keluhan tuannya itu, ia mengerti perasaan arash yang belum terbiasa dengan keadaan dirumah itu.
"Tentu saja mereka tidak akan berani mengajak mu berbicara tuan muda, karena memang itu peraturan yang dibuat tuan abimana, mereka hanya boleh melakukan tugas mereka saja, tidak boleh ikut masuk kedalam kehidupan keluarga tuan Abimana" ucap Mario
"Peraturan yang aneh" ucap arash
"Kau hanya belum terbiasa tuan muda" balas Mario
"Om Rio ... arash kangen sama sandi dan Rayn, om mau enggak nganterin arash ke kampung berkah buat ketemu mereka?" Tanya arash
Mario menarik nafas sejenak sebelum menjawab pertanyaan arash, ia merasa kasian dengan tuan mudanya itu, tetapi dia juga takut dengan ancaman abimana.
"Saya bisa saja mengantarkan tuan muda kesana, tapi demi kebaikanmu sebaiknya kita tetap dirumah" jawab Mario
"ayolah om... arash yakin om pasti tau jam berapa ayah kembali kerumah, jadi kita bisa pulang sebelum ayah ada dirumah, arash mohon" pinta arash
"Maafkan aku tuan muda, aku sangat mengenal tuan abimana, kita tidak akan bisa berbuat curang darinya, aku tidak takut dengan hukuman yang akan diberikan padaku, tapi ini demi kebaikanmu sendiri, karena aku yakin tuan Abimana tidak akan melepaskanmu begitu saja" terang mario.
Melihat wajah arash yang kembali murung, Mario merasa iba.
"Bagaimana jika kita ke halaman belakang saja, kau bisa melepaskan rasa bosanmu dengan bermain basket, berenang atau apa saja yang kau inginkan?" Saran Mario
Arash menatap Mario dan berpikir sejenak, ia rasa saran dari Mario lumayan menarik.
"Baiklah" ucap arash dengan sedikit tersenyum.
"Mari" ucap Mario
Arash mengangguk dan mengikuti langkah Mario yang berjalan lebih dahulu.
______________________________________Abimana terlihat masih bergelut dengan dokumen yang ada dihadapannya, namun ia berhenti sejenak ketika mendengar suara notifikasi pesan dari handphonenya. Ia terlihat sedikit terkejut setelah melihat pesan tersebut. Ia beranjak dari kursinya dan mengambil jas ia letakan di belakang kursinya dan berjalan keluar dari ruang kerjanya.
"Bella atur kembali semua jadwalku yang tersisa hari ini, aku harus kembali ke mansion" titahnya kepada sekretaris pribadinya.
"Baik tuan" ucap bela
"Martin Kita ke mansion" ucapnya
Martin Hanya mengangguk dan mengikuti langkah abimana yang berjalan didepannya.
______________________________________Arash takjub melihat apa yang ada dihadapannya, semua yang diinginkan anak muda seusianya ada disana, kolam renang, lapangan basket, lapangan futsal hingga arena menembak.
"Masya Allah" hanya kata itu yang terucap dari bibirnya.
Mario hanya tersenyum melihat senyuman yang tercipta dari bibir tuan mudanya itu.
"Om Rio arash mau mencoba untuk latihan menembak, boleh kan?" Ucap arash.
"Ah ... Kita sebaiknya izin dulu pada tuan, tuan muda" saran Mario.
KAMU SEDANG MEMBACA
sandaran hati
Randommenceritakan tentang kehidupan seorang remaja penuh suka, duka dan perjuangan, serta keadaan yang memaksanya untuk menjadi dewasa intinya baca aja deh, semoga kalian suka