Sekarang arash berada dirumah ibunya, rumah yang menyisakan begitu banyak kenangan, rumah yang belum bisa ia tinggalkan, entah karena ia belum siap atau karena ia belum bisa memaafkan dirinya sendiri.
"Bu rumah ini terasa begitu sepi dan terasa berbeda tanpa kehadiran ibu" ucapnya seperti berbicara kepada nasya.
"Maafin arash karena waktu itu arash ninggalin ibu dan marah sama ibu, andaikan saja arash tidak seegois itu mungkin ibu masih berada disini dirumah ini"
Tanpa dia sadari air matanya mengalir ketika ia mengingat semua yang terjadi. Ia belum benar-benar bisa memaafkan dirinya sendiri.
_____________________________________Daren benar-benar khawatir dengan keadaan arash, bagaimanapun arash adalah adiknya, ia sangat takut ayahnya akan berbuat sesuatu yang akan menyakiti arash.
"Ya tuhan bagaimana keadaan arash sekarang? Kenapa kamu senekat ini sih rash, semoga dad tidak melakukan sesuatu yang akan membuatmu terluka" ucap Daren
"Aamiin" ucap Anna
Daren terkejut ketika mendengar seseorang menjawab ucapannya. Ia menoleh dimana suara itu berasal.
"Anna...?" Ucapnya
"Saya juga mengkhawatirkan tuan muda young master, apalagi tuan Abimana pergi dalam keadaan marah seperti itu" terang Anna
"Ya kau benar, semoga arash baik-baik saja" ucap Daren.
______________________________________Abimana telah sampai dirumah Nasya, dia segera masuk dan menemukan arash yang tengah terlelap dikamarnya.
"Aku tidak tahu perasaan apa yang aku rasakan padamu, aku tidak membencimu, hanya saja setiap kali aku melihatmu, itu membuatku teringat padanya, wanita yang sangat aku cintai sekaligus aku benci". ucap Abimana yang terus menatap wajah tenang yang arash yang tengah terlelap.
"Martin bawa dia ke mobil" titah Abimana
"Baik tuan"
Martin mendekati arash hendak menggendongnya. Namun arash terbangun karena merasa tidurnya terganggu, ia begitu terkejut ketika melihat siapa yang berdiri disana.
"Ayah..." Ucapnya terkejut
Abimana menatap tajam kepada arash.
"Bagaimana bisa ayah disini" tanya arash
"Perlukah aku menjawab pertanyaan bodohmu itu? Ucap Abimana.
"Apa yang ayah lakukan disini" tanya arash kembali
"Menurut mu"ucap Abimana
"Kamu mau jalan sendiri kemobil, atau kamu ingin aku memberikan sedikit pertunjukan dulu?" Sambung Abimana
"Maksud ayah?" Arash tidak mengerti apa yang Abimana maksudkan.
"Aku perna mengatakan padamu arash, aku tidak ingin menyakitimu dan tidak akan melakukan itu, tetapi bukan berarti aku tidak bisa melakukan itu pada orang, jika memang itu adalah satu-satunya cara untuk membuatmu mengikuti keinginanku" ucap Abimana
Arash masih berusaha untuk memahami ucapan Abimana, ia menatap bingung kepada ayahnya. Abimana yang melihat arash terlihat bingung melanjutkan ucapan kembali
"Aku sebenarnya tidak ingin melakukan sesuatu yang akan membuat bersedih dan merasa tersakiti, tapi kamu memaksaku untuk melakukannya, ini bukanlah sesuatu yang sulit arash, tapi kau mempersulitnya, aku hanya ingin kau tinggal bersamaku, menghargai ku sebagai ayahmu dan mengikuti semua aturan yang aku buat untukmu"
"Arash..." Ucapan arash terhenti karena abimana memotongnya.
"Kamu pergi dari rumah tanpa memberitahukan pada siapa pun, bahkan tanpa izin dariku, apakah itu hal yang benar?" Tanya Abimana

KAMU SEDANG MEMBACA
sandaran hati
Randommenceritakan tentang kehidupan seorang remaja penuh suka, duka dan perjuangan, serta keadaan yang memaksanya untuk menjadi dewasa intinya baca aja deh, semoga kalian suka