Arash sedang berada ruang rawat nasya, ia hanya menatap ke arah Nasya yang masih setia menutup mata.
"Bu maafin arash karena sudah ninggalin ibu dan marah sama ibu, arash benar-benar menyesal Bu, maafkan arash"
"Rash...."
Arash menoleh ke arash suara yang memanggilnya, ustad Arifin telah berdiri disampingnya.
"Jangan terlalu larut dalam kesedihan dan rasa bersalah itu tidak baik, sebaiknya kamu berdoa untuk ibu kamu." Nasehat ustad Arifin
"Insha Allah pak ustad." Ucap Arash pelan
Arash mengehela nafas sejenak lalu berkata.
"Pak ustad apa yang harus saya lakukan sekarang? Gimana caranya saya bisa menemukan kakak saya dan membawanya kemari, jangankan alamat, nama ayah saya saja, saya enggak tahu."
"Apa ibu mu tidak perna memberitahumu?" Tanya ustadz arifin
"Tadi saya benar-benar emosi, jadi saya pergi ninggalin ibu gitu aja, tanpa mau dengerin penjelasan ibu yang lain, saya benar menyesal pak ustad" jawab Arash
"berhenti menyalahkan dirimu sendiri, beristighfarlah ... Karena dengan kamu tetap tenang, kamu akan bisa menemukan solusi dari setiap masalah." Ucap ustadz arifin menasehati Arash yang terus menyalahkan dirinya sendiri.
Arash hanya diam dan menganggukan kepalanya mendengar ucapan ustad Arifin, begitupun dengan Sandi dan Raihan yang berada disana, mereka tidak berani bertanya karena takut hal itu akan membuat perasaan arash semakin kacau.
"Pak ustad..."
Ustad Arifin segera menoleh ketika namanya disebut.
"Apa sebaiknya saya pulang dan mencoba mencari informasi tentang ayah, siapa tahu ibu masih nyimpan sesuatu tentang ayah dirumah?"
"Yah ... kamu benar, tidak ada salahnya mencoba " ucap ustad Arifin
"Kalau saya mendapatkan informasi itu, saya bisa menemui mereka malam ini juga"
"sebaiknya besok saja rash, ini sudah terlalu malam" ujar ustad Arifin meminta arash untuk memikirnya lagi, melihat waktu yang sudah mendekati tengah malam.
"Enggak pak ustad lebih cepat lebih baik." Ucap arash yang sangat yakin dengan keputusannya itu.
"Baik lah, aku akan mengantarkan mu dan meminta Anisa kemari, untuk menjaga ibumu selama kamu pergi"
"Enggak usah pak ustad, kasihan ka Annisa, seperti yang pak ustad bilang ... Ini sudah malam ... arash bisa minta tolong perawat disini buat jagain ibu sebentar."
Arash menarik nafasnya sejenak dan meneruskan ucapannya
"Sebaiknya pak ustad, Raihan dan sandi pulang dan istirahat, kalian pasti capek."
"Rash kita enggak capek kok, kita bisa jagain Bu nasya supaya Lo bisa tenang" ucap sandi untuk menyakinkan arash.
"Enggak usah san, kasian adek lu, enggak ada nemenin, bokap lu kan kerja malam dan lu Rai balik gih nyokap lu pasti nyariin."
"Tapi..."
Belum sempat Raihan menyelesaikan ucapannya, arash langsung memotong.
"Udah balik aja, gue enggak apa-apa dan soal ibu ... lu berdua enggak usah khawatir, ada suster yang jagain."
"Lu yakin ???" ucap raihan
Arash mengangguk untuk menyakinkan kedua sahabatnya itu.
"Ya sudah kalau begitu kita ikut pulang sama pak ustad" ucap raihan sekaligus mewakili sandi

KAMU SEDANG MEMBACA
sandaran hati
Acakmenceritakan tentang kehidupan seorang remaja penuh suka, duka dan perjuangan, serta keadaan yang memaksanya untuk menjadi dewasa intinya baca aja deh, semoga kalian suka