Bab. 31

187 23 2
                                    

"argh .... " Teriak Anton saat merasakan sakit di perutnya dan tubuhnya terdorong kebelakang akibat  tendangan arash yang mendarat tepat diperutnya.

"Arash..." Teriak Xander penuh amarah.

Nafas arash memburu karena emosinya benar-benar terpancing bahkan ia menatap tajam dan penuh rasa marah ke arah Xander.

"Apa yang kau lakukan ?" Tanya Xander penuh penekanan dan emosi.

"Arash yang seharusnya bertanya, apa yang uncle lakukan?"

"Kau berani sudah berani melawanku? Apa kau tidak takut pada akibatnya?" Ucap Xander.

"Berhenti mengancam arash dengan menggunakan orang - orang didekat arash" bentak arash.

"Kau tau aku...."

"Arash Tau...arash tau kalau uncle tidak perna bermain - main dengan ucapan uncle...tolong berhenti... Tolong uncle" ucap arash lelah, ia menghela nafas sejenak lalu kembali berkata.

"Arash bisa saja melawan dan membela diri sendiri bahkan bersikap keras kepala, tapi arash masih memiliki pikiran dan hati untuk tidak membiarkan orang-orang disekitar arash celaka, jadi uncle tidak perlu takut kalau arash akan pergi, arash tau batasan dari sikap arash... Dimana arash harus patuh dan kapan arash harus tunduk pada keinginan uncle, arash tau itu" ucap arash lelah dan kembali menarik nafas dalam.

Xander masih memberinya tatapan tajam dan membunuh saat melihatnya berdiri tepat di depan Mario dan melindunginya dari cambukan Anton.

"Uncle arash mohon..."

"Kembali kemari arash..." Ucap Xander pelan dan tajam memotong ucapan arash.

"Engak ... Sampai uncle berjanji untuk berhenti menyakiti om Rio..." Ucap arash dan membantah perintah Xander yang memberinya tatapan membunuh.

"ARASHI PUTRA sekali lagi aku katakan kemarilah dan menyingkir dari sana...atau..."

"Atau uncle akan menyakitiku dan membunuh ustadz Arifin dan kak Annisa seperti yang uncle katakan tadi..." Potong arash seraya membalas tatapan Xander.

Xander terkekeh mendengar ucapan arash dan berjalan mendekatinya seraya berkata.

"Anakku berani melawan dan melindungi orang lain didepanku, disaat kau tau bahwa aku sangat tidak menyukai hal itu .... Sungguh sangat luar biasa..."

"Uncle yang membuat arash melakukannya, arash merasa jika ini sudah melewati batas, hanya karena arash tidak menerima makanan yang uncle bawa dan menolak kamar ini...?" Ucap arash lalu menarik nafas lelah dan kembali berkata.

"Arash minta maaf untuk itu... tapi Uncle harus tau...arash tidak bermaksud untuk menolak tinggal dikamar ini, arash hanya merasa tidak nyaman karena kamar ini terlalu mewah untuk arash... Arash lebih suka dengan sesuatu sederhana...."

Arash kembali menghela nafas sejenak. Ia menatap Xander sejenak dan kembali berkata

"Tapi saat uncle menyebut nama ustadz Arifin dan ka Annisa, arash bermaksud untuk menuruti keinginan uncle, Tapi kenapa... Kenapa uncle harus memukul om Rio juga dan itu didepan mata arash..." Ujar arash.

"Untuk membuat mu yakin..." Jawab Xander.

"Arash tau hal itu... Arash tau ... Arash tau maksud uncle... Tolong berhenti memukul dan menyiksanya om rio... Jika uncle akan menahannya... tahan saja dia, tapi berhentilah menyiksanya...tolong uncle..." Mohon arash.

"Kenapa aku harus melakukannya bahkan disaat aku melihat kau melawanku karenanya..." Ucap Xander.

Arash kembali menarik nafas lelah saat melihat anak buah Xander yang lainnya datang dan Anton yang tengah menatapnya dingin.

sandaran hatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang