Arash kembali kamar mewah yang diberikan ayahnya, ia akui ayahnya benar, ia memang merasa sangat lelah.
"Kenapa sikap ayah berubah-ubah, kadang dia bisa sangat keras, bahkan tak segan untuk mengancam, tapi disaat yang lain ... Ayah bisa sangat lembut dan perhatian, sebenarnya ada apa sama ayah?" Monolognya
"Sebaiknya sekarang aku mandi, sholat dan tidur, aku rasa aku butuh itu" putusnya
______________________________________Malam berganti pagi, Abimana sudah ada di meja makan bersama Daren dan arash menikmati sarapan sebelum mereka mulai untuk beraktivitas.
"Ayah..." Ucap arash memecah keheningan diantara mereka.
Abimana mengalihkan pandangannya kepada arash saat mendengar dirinya dipanggil.
"Arash mau meminta izin untuk sekolah, karena sejak ibu dirawat arash enggak perna masuk, boleh kan?" Tanya arash.
Abimana diam seperti memikirkan permintaan arash.
"Bagaimana? boleh kan yah?" Tanya arash lagi menatap Abimana penuh harap.
"Boleh ... tapi mulai besok, kamu akan bersekolah disekolah milikku, karena aku yakin, kamu akan lebih baik disana" ucap abimana tanpa menatap arash.
"Tapi....?" Arash cukup terkejut dengan jawaban yang diberikan Abimana.
"Arash dengarkan ayah" potong Abimana dan melihat kepada arash seraya melanjutkan ucapannya "sekolahmu itu sangat jauh dari rumah, lagi pula sekolah ini adalah salah satu sekolah terbaik di Indonesia, aku yakin ... kamu akan menyukainya dan aku hanya ingin yang terbaik untukmu" ucapnya lembut
"Tapi arash sudah merasa nyaman di sekolah arash yang sekarang, menurut arash sekolah dimana saja itu sama aja" ucap arash lembut
"Ayah tidak ingin berdebat denganmu, keputusanku sudah bulat dan ayah tidak akan merubahnya dengan alasan apapun" ucap Abimana.
"Arash mohon yah, arash enggak mau pindah sekolah, karena tidak ada alasan yang membuat arash harus melakukan itu" pinta arash.
"Apa ayah harus selalu mengancammu untuk segala sesuatu, bukankah aku yang memiliki hak untuk mengatur hidup mu, apa kau lupa peraturan yang aku berikan" ucap abimana dengan suara keras. Ia mulai kesal karena arash yang terus membantahnya.
"Tapi apa harus, sampai sekolah arash pun, ayah yang harus mengaturnya? Tanya arash kepada Abimana.
"Tentu saja, jangankan tentang sekolahmm ... aku bahkan bisa saja membuatmu memakai pakaian apa yang aku inginkan, karena kau adalah milikku, hidupmupun milikku, apa kau lupa dengan itu?" Ucap Abimana
Arash menatap Abimana heran, ia tidak habis pikir bagaimana bisa hal sekecil ini menjadi begitu rumit.
Daren yang berada disana mulai bosan mendengar perdebatan Abimana dan arash yang sama keras kepalanya.
"Dad please ini hanya soal sekolah, kenapa harus menjadi sebesar ini, aku setuju dengan arash, sekolah dimana saja itu sama saja" ucap daren
Abimana memutuskan untuk mengabaikan ucapan Daren, ia tetap focus kepada arash. Ia menatap tajam arash lalu berkata.
"Baiklah, ayah beri kamu dua pilihan, sekolah ditempat yang aku tentukan atau homeschooling" Abimana menjeda ucapannya.
Ia bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan menuju arash yang duduk tepat disampingnya Daren. Begitu ia sampai disebelah arash, Abimana menurunkan tubuhnya agar sejajar dengan arash yang tengah duduk dan berkata.
"Tetapi jika kau milih homeschooling, aku pastikan kamu tidak akan pernah bisa melangkahkan kakimu keluar dari rumah ini ... walaupun itu hanya untuk satu langkah saja."

KAMU SEDANG MEMBACA
sandaran hati
Randommenceritakan tentang kehidupan seorang remaja penuh suka, duka dan perjuangan, serta keadaan yang memaksanya untuk menjadi dewasa intinya baca aja deh, semoga kalian suka