Falling ~ 26

468 70 3
                                    

"Sejak kapan kamu merokok ?" Hanabi menyentak rokok yang sudah di sulut oleh Jungkook dan tengah hampir di sesapnya. Namun baru saja menempel di bibir akan tetapi tembakau tidak berdosa itupun sudah tergeletak tidak berdaya di bawah sepatu heals milik Hanabi.

"Bukan urusanmu" Sungut Jungkook. Jelas ia sedang kesal saat ini, dan kesalnya lagi Jungkook tidak bisa meluapkannya.

Hanabi tersenyum remeh sembari menatap langit gelap bertabur bintang dan cahaya bulan yang tidak penuh di atas sana.

"Apa yang membuatmu menyukainya ?" Tanyanya sembari menatap lekat wajah tampan Jungkook, menatap tajam pada netra hitam Jungkook, menelisiknya berharap Hanabi bisa menebak jawaban itu sendiri.

Jungkook membalas tatap dan tersenyum ke arah Hanabi. "Hanya suka saja, tidak ada alasan. Karena.... kupikir memang seperti itulah penjabaran tentang menyukai seseorang"

Hanabi menunduk, memainkan sepatu heals nya random dan lalu tersenyum hambar tertuju pada dirinya sendiri. Dia saja mungkin tidak akan bisa menjawab setenang Jungkook andai pertanyaan yang sama dilontarkan padanya.

Lalu Hanabi mendongak kembali. "Sejauh mana hubunganmu dengannya ?"

"Berhenti mengintrogasiku, aku bukan buronan dan juga kamu, siapa kamu ! Hahhh !" Geram Jungkook. Ia seperti sedang di hakimi disini, ketika ketidakadilan sendiri tengah datang mengoyak jiwa kriminal Jungkook. Bagaimana tidak kriminal ?! Ketika Jungkook berambisi untuk sesuatu yang seharusnya tidak pantas untuk Jungkook raih, apalagi jika sampai Jungkook miliki.

Hanabi tertawa lepas kala Jungkook sudah mulai tersulut sumbu emosinya. Inilah Jungkook yang Hanabi kenal, seseorang yang pemarah dan tidak mengenal apa itu kata sabar. Seseorang yang pernah menjadi temannya ketika di smp dahulu sebelum akhirnya Hanabi harus pindah kembali ke negara kelahirannya, jepang.

"Semoga berhasil teman" Hanabi menepuk pudak Jungkook. "Kau benar-benar keren" Lalu tersenyum. "Mengibarkan bendera perang dengan Irene Eonni"

Jungkook mengabaikan semua ucapan omong kosong dari Hanabi. Hanabi tidaklah lebih dari teman lama yang datang dan saling bertukar cerita. Dan siapa yang akan menyangka juga jika orientasi seks Hanabi sama menyimpangnya dengan Jungkook.

Terkejut ?

Tentu iya. Hanabi yang cantik molek dan terkenal sebagai penggoda para pria remaja dan dewasa. Bahkan tidak jarang Hanabi mengekspos dirinya dengan sangat fulgar di madsos. Dan Jungkook pikir semua itu Hanabi tujukan untuk menarik perhatian para lawan jenis, mengingat tanggapan baik yang Hanabi berikan di setiap kolom komentar pada beberapa akun sosmadnya. Namun siapa yang sangka jika real bersanding terbalik dengan virtual.

"Tahan emosi mu kawan... tunggu sampai pesta ini usai. Jangan berbuat onar atau akan ku potong penismu" Hanabi kembali cekikikan tidak jelas.

Astaga ya Tuhan, Jungkook lebih muak dan jengah berada bersama Hanabi ketimbang berada di dalam pesta pernikahan kakak perempuannya bersama dengan kekasihnya. Hanabi itu perempuan gila dan Jungkook pun tidak bisa menahan untuk tidak menyentil dahinya, membuat sang empu meringis dan berakhir dengan saling lampar pukul main-main, tanpa mereka sadari jika ada seseorang yang sedari tadi terus mengawasi mereka berdua dari bawah balkon tepat dekat kolam renang.

"Tempatmu memang seharusnya disana Jungkook"

Sementara itu obrolan Jungkook dan teman lama itupun terus saja mengalir tanpa membutuhkan alur. Semua cerita random tercurahkan secara beruntun dari Jungkook dan juga Hanabi. Bahkan posisi apa mereka di dunia tabu pada mereka masing-masing pun juga turut di bahas di sini.

"Kapan-kapan bawa kakak iparmu itu, ohhh upsssttt... maksutku kekasihmu itu ke jepang" Hanabi terkekeh lucu sembari membungkam mulutnya dengan telapak tangannya sendiri, sadar jika mata Jungkook sudah sempat memicing sebab ucapan Hanabi tentang kakak ipar barusan. Dan Jungkook pun hanya bisa mendengus sembari membuang senyumannya sadar jika ia sedang dijahili oleh Hanabi.

Terlintas sejenak tentang sebutan kakak ipar. Benar. Sekarang Taehyung sudah menjadi kakak iparnya, dan entah apa yang merasuki dirinya pada malam ini, dimana pesta belum benar-benar usai, tapi agaknya Jungkook sudah tidak tahan untuk tidak mendekat agar lebih lekat pada sosok kakak ipar yang sudah dalam beberapa hari terakhir ini seolah susah untuk ia gapai. Jungkook teringat bahwa ia belum mengucapkan selamat atas pernikahan dua orang yang paling Jungkook sayang. Setelah Ibunya meninggal, sebenarnya hanya ada Irene lah keluarganya yang benar-benar nyata. Dan jujur.... samasekali Jungkook tidak pernah berpikir untuk sampai akan merusak ikatan persaudaraanya dengan Irene.

Namun mau apa dikata, pikiran Jungkook sudah terlalu kacau untuk tidak memikirkan bagaimana bisa memiliki Taehyung seutuhnya.

Jungkook bukannya tidak tahu kalau sejak tadi Taehyung mengawasinya dari bawah balkon, ketika dirinya sedang asik mengobrol dengan Hanabi. Hanya saja.... Jungkook memang sedikit sengaja untuk membuat Taehyung kesal. Dan... itu berhasil.

Taehyung membelalakan matanya kala satu gelas kecil bear yang ia genggam disentak dengan tiba-tiba oleh seseorang yang entah darimana datangnya. Niat hati menghilangkan penat, Taehyung malah berakhir semakin sesak.

"Maaf Hyung... aku haus" Jungkook langsung meminumnya dalam satu tegukan seraya menyunggingkan senyuman devilnya dibalik gelas kecil itu. Onyx hitam pekatnya membidik kembali seoalah siap untuk menguliti kakak iparnya yang kini sedang menatapnya tanpa kedip.

Jungkook meletakkan gelas kosong itu di meja, mengulurkan tangannya dan reflek di sambut oleh Taehyung. Ucapan selamat sudah menempuh hidup baru dan semoga menjadi keluarga yang bahagiapun bergema mengerikan di indera rungu Taehyung.

Tubuhnya seketika merinding dan kepalanya mendadak berdenyut pening.

Taehyung tahu Jungkook tidak sungguh-sungguh mengucapkan itu semua, tapi tetap saja rasa sakit di hati Taehyung sungguh nyata dan tidak bisa di elakkan.

Sudah cukup puluhan bahkan ratusan jika terhitung dari ucapan selamat via online. Banyak yang sudah mendoakannya untuk hidup bahagia bersama dengan istrinya Irene. Namun ketika ucapan itu datang dari mulut Jungkook, kenapa Taehyung seakan tak rela dan tidak terima dengan ucapan doa itu.

"Apa kau yakin dengan ucapanmu itu Jungkook ?"

Jabatan tangan mereka belumlah lepas, dan gurat tenang Jungkook seketika memudar ketika suara berat dari Taehyung kembali merampas sisi warasnya. Seakan melambai menggoda imannya. Mengingatkan betapa basah dan resahnya Taehyung ketika mendesah dengan suara berat itu di bawah gempuran afeksinya.

Jungkook berseringai dan memutar netranya acak. Mencoba menarik nafasnya dan menghenbuskannya dengan berat. Berharap ia masih bisa mengontrol emosinya disini lebih lama lagi, agar tidak terjadi khilaf yang di sengaja.

"Aku lebih ingin hidup bahagia bersamamu, bahkan ketika tidak ada satupun orang yang akan sudi memberikan reatu dan doanya"

Cukup !

Kesabaran Jungkook hanyalah setipis tisu, dan iman Jungkook juga tak lebih kuat dari satu batang lidi dari bagian paling ujung sapu. Begitu sangat tipis dan juga rapuh.







Bersambung_____

Pati, 14 maret 2023

Falling [[ KookV ]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang