19; Feeling Guilty

500 90 10
                                    

🌗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌗

Seharusnya Draco menjadi orang paling bersyukur di dunia karena memiliki Luna sebagai asistennya. Luna memang belum genap satu bulan bekerja menjadi asisten Draco dan belum banyak tahu tentang pekerjaan barunya. Namun, gadis itu tidak pernah mengeluh sedikit pun dan terlihat berani mengambil resiko.

Seperti dua jam yang lalu, di saat klien yang mereka temui tiba-tiba menolak bertemu karena Draco dan Luna karena terlambat datang. Draco yang saat itu hanya pasrah dan kesal memutuskan untuk segera pulang ke hotel tempat mereka menginap. Berbeda dengan Draco, Luna berusaha membujuk klien tersebut yang entah bagaimana caranya pada akhirnya mau bertemu dan membahas pekerjaan dengan Draco.

“Aku sangat mengenal ayahmu, Mr. Malfoy, dan tidak pernah beliau mengecewakanku dengan membuatku menunggu terlalu lama. Kau cukup beruntung memiliki asisten yang cekatan dan juga gigih. Asal kau tahu, alasan pada akhirnya aku mau menandatangani perjanjian kerja sama denganmu adalah karena Ms. Lovegood. Jaga dia baik-baik atau kalau kau menyia-nyiakannya, aku akan meminta Lucius secara pribadi untuk mengirimnya menjadi bawahanku di Irlandia.”

Draco hanya tertawa hambar ketika dirinya mengingat ucapan klien di Irlandia yang merupakan kenalan dari Lucius. Ia tidak habis pikir bagaimana bisa orang lain menganggap pekerjaan Luna baik di saat mereka semua tidak tahu kalau gadis itu tidak bisa diandalkan.

Antara tidak bisa diandalkan atau memang Draco yang tidak memberikan kesempatan bagi Luna untuk berkembang, tidak ada yang tahu. Termasuk dirinya sendiri.

Arah pandangan Draco saat ini tertuju pada jam di pergelangan tangan kirinya. Jarum jam menunjukkan pukul dua pagi, tetapi hingga saat ini Luna juga belum kembali ke kamar hotel tempat mereka berdua menginap. Ada rasa kesal dan sedikit perasaan aneh yang menghampiri Draco. Perasaan khawatir karena Luna tak kunjung kembali.

Jangan salah sangka, Draco bukan mengkhawatirkan Luna yang tak kunjung kembali. Ia tidak peduli dengan apa yang terjadi pada gadis itu. Yang ia pikirkan adalah berkas yang berkaitan dengan kontrak kerja sama semuanya ada di Luna. Ya, ia hanya mengkhawatirkan itu.

Bukankah tetap saja artinya ia mengkhawatirkan Luna? Batinnya berbicara yang dengan cepat langsung ia tepis saat itu juga.

Pintu kamar hotel tempat mereka berdua menginap tiba-tiba terbuka, menampakkan seorang gadis dengan rambut pirang yang terlihat sudah tidak rapi lagi perlahan masuk. Draco langsung bersikap santai dengan menyandarkan punggungnya di sofa kamar hotel. Menatap sinis ke arah Luna yang sangat terkejut melihat keberadaannya saat ini.

“Mr. Malfoy, kenapa—

“Kau tahu pukul berapa sekarang?” potong Draco cepat dengan suara cukup lantang yang membuat Luna terkejut. “Bagaimana bisa kau berkeliaran hingga pukul dua pagi di negara yang tidak pernah kau kunjungi sebelumnya!”

“Mr. Donnelly memintaku—

“Kau tidak mengenal siapa pun di Irlandia, Lovegood! Bagaimana bisa kau pergi bersama orang yang baru kau kenal beberapa jam yang lalu?”

“Aku hanya menemaninya—tidak. Maksudku aku hanya.”

Luna terlihat kebingungan ketika menjawab pertanyaan yang Draco ajukan, membuat sudut bibir Draco terangkat. Draco tersenyum meremehkan ke arah Luna yang membuat gadis itu lebih memilih diam, tidak melanjutkan ucapannya.

“Kau menemaninya minum, bukan? Oh aku tidak tahu kalau kau ternyata cukup murahan, Lovegood.”

Tatapan mata Luna yang semula tertunduk kini terangkat dan tertuju pada tatapan mata Draco. Draco bisa melihat perubahan sorot mata Luna yang kini terlihat kecewa. Tatapan mata gadis itu terlihat berkaca-kaca dan entah kenapa ada perasaan menyesal menghampiri Draco.

“Mr. Malfoy, aku pikir hari sudah sangat larut. Besok pagi akan ada kunjungan ke pabrik bersama Mr. Donnelly. Aku.. izin istirahat lebih dulu.”

Luna berjalan masuk ke dalam salah satu kamar yang akan ia tempati malam ini, meninggalkan Draco yang masih berdiri di tempatnya semula. Draco hanya bisa memandangi punggung Luna yang perlahan hilang dari balik pintu.

Ada apa sebenarnya. Apa perkataannya barusan menyakiti hati Luna? Bukankah memang benar Luna merupakan gadis murahan karena mau menemani minum orang yang baru ditemuinya. Ia tidak semurahan itu jika ia menolak, batin Draco kembali bersuara.

Tidak peduli dengan apa yang terjadi barusan, Draco memutuskan untuk masuk ke dalam kamar miliknya. Ia pun mencoba untuk memejamkan matanya agar bisa segera terlelap. Namun, rasa bersalah tiba-tiba menghampiri Draco membuat pemuda itu terjaga hingga pagi.

“Aku pikir aku memang sudah kelewatan, tetapi itu hal yang wajar, bukan? Lagi pula bagaimana bisa ia menemani minum seseorang yang baru dia temui.”

“Bodoh.”

“Haruskah aku meminta maaf padanya?”

Secepat mungkin Draco membersihkan dirinya dan bersiap untuk menemui Luna ketika jam di dinding menunjukkan pukul tujuh pagi. Ia segera keluar dari kamarnya dan menghampiri Luna yang terlihat sedang sibuk membantu petugas hotel menyiapkan sarapan.

“Lovegood,” panggil Draco pelan dan langsung mendapat balasan senyum hangat dari Luna. Seketika rasa bersalah pada gadis itu semakin besar menghampiri Draco.

“Selamat pagi, Mr. Malfoy,” sapa Luna yang kemudian berjalan mendekat ke arahnya dengan memberikan sebuah berkas. “Mr. Donnelly meminta agar tiba di kantornya pukul delapan pagi. Mengingat sekarang sudah pukul tujuh lewat, aku memesankan sarapan agar tidak banyak membuang waktu untuk sarapan di bawah,” jelasnya.

“Bisa kita bicara?” Tiba-tiba ucapan itu keluar begitu saja dari mulut Draco.

Luna terlihat bingung, tetapi dengan cepat menggelengkan kepalanya. “Aku rasa waktu yang kita punya tidak banyak. Sebaiknya segera sarapan agar kita tidak lagi terlambat. Aku izin kembali ke kamar karena masih ada yang harus aku kerjakan. Permisi.”

Marah. Hanya satu kata yang dapat Draco simpulkan dari tindakan Luna barusan. Gadis itu pasti sedang marah besar kepada Draco karena kata-kata kasarnya tadi malam. Draco tahu itu dan hal tersebut sedikit membuatnya merinding ketakutan.

Yang Draco tahu, ada dua jenis tipe seseorang saat sedang marah. Yang pertama mengungkapkan semua apa yang ada di pikiran, seperti Lucius ketika marah kepadanya. Lalu ada tipe kedua yang membuat Draco sangat takut. Tipikal seseorang yang marah dalam diam, seperti yang biasa Narcissa lakukan. Dan marahnya Narcissa dan Luna sangat mirip. Diam dan seolah tidak terjadi apa pun.

Sudah 30 menit waktu terbuang begitu saja dan tidak ada satu makanan pun yang Draco sentuh. Di pikirannya hanya terpikirkan tentang bagaimana ia bisa bicara dengan Luna dan meminta maaf atas ucapan kasarnya tadi malam. Hingga sampai seorang gadis yang memenuhi pikirannya tiba-tiba muncul di hadapannya saat ini.

“Mr. Malfoy, kenapa tidak ada satu makanan pun yang dimakan?”

“Aku tidak lapar,” jawab Draco cepat. “Bisa kita bicara sebentar? Ada yang ingin aku katakan padamu,” ucap Draco cepat dan kembali mendapat gelengan kepala dari Luna.

“Katakan padaku jika nantinya kau lapar, Mr. Malfoy. Aku akan segera membelikanmu camilan atau makanan berat bila perlu.” Luna terlihat memberi jalan kepada Draco. “Dan sebaiknya kita segera pergi ke kantor Mr. Donnelly karena ia tidak akan segan memutuskan kontrak jika kita kembali terlambat menemui beliau pagi ini.”

“Lovegood—

🌗

Reason to StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang