09; Sick and Tired

505 82 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🌗


“Huh.”

Entah yang ke berapa kalinya hari ini Draco mengembuskan napasnya kasar karena perbuatan Luna. Luna menyadari hal itu, karena pada dasarnya Luna adalah seorang pengamat yang peka terhadap sekitar. Namun, dirinya hanya bisa diam karena tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

“Mau kau bawa ke mana berkas itu?” tanya Draco yang melihat Luna mencoba untuk mengeluarkan kotak berisi berkas yang mereka bawa dari dalam mobil.

“Bukankah harus dibawa ke atas?”

Luna bertanya dengan polosnya kepada Draco. Memang benar berkas-berkas yang mereka bawa dari pabrik harus dibawa ke ruangan Draco, tetapi hal tersebut sangat tidak memungkinkan, mengingat kotak tersebut cukup berat dan Luna masih belum bisa berjalan normal.

“Kau bisa menggunakan sihir.”

Draco menjawab singkat dan mengeluarkan tongkat sihir dari balik mantel yang ia kenakan. Diarahkannya tongkat sihir tersebut ke arah kotak yang berisi berkas yang mereka bawa. Setelah merapalkan sebuah mantra, kotak tersebut mengecil dan cukup ringan untuk dibawa oleh Luna.

“Oh benar,” gumam Luna yang menyadari kebodohannya dan segera membawa kotak tersebut. “Harusnya aku lakukan itu sejak di pabrik tadi,” lanjut Luna berbicara sendiri, tetapi masih bisa didengar oleh Draco.

“Kau yakin seorang Ravenclaw, Lovegood?” Draco terlihat tersenyum, tetapi senyum meremehkan dan entah kenapa Luna tidak menyukai senyum itu. “Di pabrik bukan hanya ada penyihir, tetapi banyak para muggle yang bekerja di sana.”

“Ah.”

Entah apa yang Luna pikirkan hari ini. Ia seolah tidak bisa menyadari segala sesuatu dengan cepat seperti biasanya. Pikirannya cukup terganggu sejak istirahat makan siang tadi. Mungkin efek dirinya kurang asupan karbohidrat hari ini membuat dirinya kurang fokus.

“Ingat, Lovegood. Aku bisa dengan mudah mencari asisten pengganti Granger. Tidakkah kau paham alasanku menerimamu bekerja di kantorku? Karena kau seorang Ravenclaw dan kau seharusnya membuktikan bahwa kau adalah seorang Ravenclaw sejati,” ucap Draco yang kemudian meninggalkan Luna seorang diri.

“Benar, aku seorang Ravenclaw. Dan aku tidak boleh membuat nama Ravenclaw menjadi buruk.”

Butuh waktu dua puluh menit untuk Luna sampai ke ruangannya. Kakinya yang semakin membengkak menjadi alasan utama dirinya memakan banyak waktu. Dirinya berpapasan dengan Hermione di depan ruang kerja mereka yang mana Hermione hendak pulang kerja.

“Oh, Luna. Ku pikir kau langsung pulang ke rumah,” ucap Hermione dengan senyuman manisnya menyambut kedatangan Luna. “Kau ingin pulang bersama? Aku ingin ke Diagon Alley dan bertemu dengan Ron dan Harry di sana. Kau mau ikut?”

Luna menggelengkan kepalanya pelan. “Aku akan pulang lewat saluran floo. Dan oh Hermione, sepertinya tidak mungkin jika aku bertemu dengan Ron dan Harry sekarang. Bukankah kau merahasiakan pekerjaanku dari mereka?” tanya Luna yang entah kenapa merasa sedikit khawatir.

“Kau benar, kenapa aku bisa melupakan itu! Ya sudah, kalau begitu aku pulang duluan. Sampai jumpa besok pagi, Luna.”

“Sampai jumpa besok, Hermione. Hati-hati di jalan,” pesan Luna yang hanya dibalas lambaian tangan oleh Hermione.

Setelah kepergian Hermione, Luna buru-buru masuk dan mendudukkan dirinya di kursi. Disentuhnya pelan pergelangan kakinya yang sudah bengkak. Entah butuh berapa lama kakinya bisa kembali seperti semula jika tidak ia obati.

“Lovegood.”

Luna terkejut ketika mendengar Draco memanggilnya dan membuat dirinya tanpa sengaja menghentakkan kakinya. Rasa sakit akibat hentakan kakinya sendiri membuat Luna meringis dan begitu menyadari tindakan konyolnya, ia berusaha berdiri dan fokus kepada Draco yang sedang memperhatikannya.

“Ada yang bisa ku bantu, Mr. Malfoy?” tanya Luna mencoba bersikap normal, melupakan rasa nyeri di kakinya.

“Berkas tadi, berikan padaku.”

Luna dengan cepat mengayunkan tongkat sihir miliknya ke kotak yang ia bawa. Seketika kotak yang ia bawa tadi sedikit membesar dan dengan cekatan Luna mengeluarkan tiga bundel berkas dari dalam kotak tersebut.

“Aku hanya akan memeriksa berkas yang ini.” Draco mengambil tumpukan berkas yang dibungkus map coklat. “Kau bisa mencocokkan pekerjaan yang ku kerjakan malam ini dengan berkas ini besok pagi,” lanjutnya sembari menunjuk ke tiga bundel berkas tebal di hadapan Luna.

Luna mengangguk paham dengan perintah dari Draco. “Kau akan bekerja lembur malam ini, Mr. Malfoy?”

“Ya dan sebaiknya kau segera ke St. Mungo atau kau tidak bisa berjalan besok pagi,” ucap Draco yang kemudian pergi meninggalkannya.

Luna segera mendudukkan badannya kembali ketika dilihatnya Draco sudah masuk ke dalam ruangannya sendiri. Seandainya Luna memiliki simpanan uang, tentu saja ia akan ke St. Mungo tanpa saran dari Draco. Dirinya hanya bisa mengobati kakinya dengan sihirnya sendiri atau mengompresnya menggunakan air hangat nanti.

Luna turun ke lantai lima kantor milik Draco yang mana digunakan sebagai kantin kantor. Ada satu perapian di sana yang sengaja dibuat untuk para pekerja dan perapian satunya lagi terdapat di ruang pribadi milik Draco. Luna mengetahui hal ini dari Hermione tentu saja dan segera ia mendekat ke perapian tersebut dan melemparkan bubuk floo.

Luna langsung merebahkan tubuhnya di sofa yang sudah tidak lagi layak digunakan. Rumahnya yang semula baik-baik saja sekarang sudah hancur berantakan dikarenakan para Death Eaters yang datang untuk menyerang Harry, Ron dan Hermione sewaktu mendatangi ayahnya dahulu. Sedangkan Luna dan ayahnya tidak sanggup memperbaiki rumah tersebut, dikarenakan uang yang ayahnya simpan habis digunakan untuk biaya pengobatan sang ayah.

“Aw!” Luna refleks memejamkan matanya ketika melemparkan mantra penyembuhan di kakinya. “Sepertinya tidak berhasil.”

Menyadari mantra yang ia gunakan tidak dapat menyembuhkan kakinya, Luna hanya bisa mengompres pergelangan kakinya yang bengkak menggunakan handuk yang sudah direndam air hangat. Setidaknya bengkak di kakinya akan berkurang ketika dirinya bangun esok pagi.

Luna harap begitu.

🌗

Reason to StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang