21; Sunday Morning Part 1

585 87 3
                                    

🌗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌗

Minggu pagi merupakan hari yang paling tidak disukai oleh Draco. Biarpun dirinya sangat lelah dan sibuk, tetapi di hari Minggu ia tetap harus bangun pagi karena tidak ada sejarahnya keluarga Malfoy bangun siang. Sebab itulah dirinya mau tidak mau turun ke ruang makan untuk sarapan bersama kedua orang tuanya seperti biasa.

“Aku dengar Donnelly sempat tidak mau menandatangani kontrak kerja sama. Apa yang sebenarnya terjadi?” Pertanyaan Lucius yang menjadi sapaan pertama di Minggu pagi.

Rasa mual mendadak menghampiri Draco. Bagaimana tidak, hari Minggu adalah satu-satunya hari di mana ia bisa beristirahat dari semua hal yang berkaitan dengan pekerjaannya. Namun, pertanyaan yang diajukan Lucius barusan langsung menghancurkan hari Minggunya yang seharusnya berjalan dengan tenang.

“Lucius, biarkan Draco beristirahat di hari Minggu!” tegur Narcissa yang sedang menyiapkan sarapan untuk Draco. “Abaikan ayahmu, Draco. Hari Minggu waktunya kau beristirahat,” ucap Narcissa sembari menepuk pelan pundak Draco.

“Cissy, aku hanya bertanya apa yang terjadi ketika Draco di Irlandia, bukan memintanya untuk mempresentasikan hasil pekerjaanya,” respon Lucius yang menjawab ucapan Narcissa. Mata Lucius kini beralih ke Draco, meminta penjelasan putra satu-satunya itu. “Jadi, apa yang terjadi di Irlandia? Donnelly mengatakan alasan ia mau menandatangani kontrak kerja sama karena Lovegood berusaha membujuknya. Benarkah begitu?”

Draco yang tengah minum pun segera meletakkan gelasnya kembali. Embusan napasnya terasa berat dengan tatapan matanya yang terlihat sangat lesu ketika membalas tatapan wajah Lucius. Draco tahu jika Lucius tak akan pernah berhenti bertanya jika tidak mendapatkan jawaban yang ia mau.

“Bukankah Donnelly sudah memberitahu? Untuk apa masih harus bertanya kepadaku?” jawab Draco dengan suara yang terdengar sangat malas.

“Jangan membalikkan pertanyaan, Draco.” 

Teguran Lucius terdengar menyeramkan. Diliriknya Narcissa yang terlihat pasrah dan menganggukkan kepalanya pelan ke arah Draco, mengisyaratkan sebaiknya ia mengikuti apa yang diinginkan Lucius.

“Kami terlambat tiba di Irlandia saat itu, membuat Donnelly enggan menandatangani kontrak kerja sama.”

Lucius ingin menjawab ucapan Draco, tetapi dengan cepat Draco melanjutkan ucapannya. Tidak memberi Lucius kesempatan untuk menyanggah apa yang Draco katakan.

“Aku tahu itu memang kesalahanku karena terlambat datang dan membuat semuanya kacau, tapi tidak bisakah dia memberikanku kesempatan untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi? Donnelly sangat egois karena membuat janji beberapa jam sebelum waktu janji tiba. Aku tidak bisa dengan sembarang terbang ke Irlandia tanpa membawa informasi apa pun dari Blaise dan Pucey, dan Donnelly masih menyalahkanku karena datang terlambat.”

Lagi. Lucius terlihat ingin menyela ucapan Draco, tetapi pemuda itu dengan cepat melanjutkan ucapannya. “Aku tidak peduli jika dirinya tidak mau menandatangani kontrak kerja sama itu. Masih banyak negara lain di Eropa dan bukan aku yang rugi jika Irlandia tidak masuk dalam list,” lanjut Draco dan memberikan izin untuk Lucius menyanggah semua yang ia katakan.

“Bagaimana cara Lovegood menangani hal itu sampai Donnelly mau menandatangani kontrak kerja sama?”

Draco cukup terkejut dengan pertanyaan Lucius yang tiba-tiba setelah jeda waktu cukup lama dari ucapannya tadi. Di pikiran Draco, Lucius akan marah ataupun menghardiknya dengan kata-kata yang cukup kasar karena perbuatannya. Ia tahu jika Lucius pasti akan marah dengan jalan pikiran Draco yang tidak mempedulikan kontrak kerja sama di Irlandia, tetapi Lucius tidak membahas hal itu.

Ada sedikit rasa kecewa yang mendatangi Draco karena Lucius lebih tertarik dengan bagaimana Luna bekerja. Lucius lebih tertarik dengan bagaimana cara Luna membujuk Donnelly untuk menandatangani kontrak kerja sama daripada bagaimana rencana Draco dalam mengembangkan usaha di Irlandia. Ia akui bahwa ia kesal dan sedikit cemburu pada Luna saat ini.

“Aku tidak tahu karena itu bukan urusanku,” jawabnya asal karena ia memang tidak peduli.

“Bagaimana bisa kau berpikiran jika itu bukan urusanmu! Kau bosnya, Draco. Oh kau sungguh membuatku sakit kepala,” jawab Lucius yang terlihat frustrasi sembari memijat kepalanya. “Pertahankan Lovegood, Draco. Jika kau tidak ingin melanjutkan kontraknya, segera beri kabar kepadaku,” lanjut Lucius yang terlihat sangat serius dengan ucapannya.

“Kenapa?” Pertanyaan itu meluncur dengan mudahnya dari mulut Draco, membuat Lucius membalas tatapan Draco yang terlihat sangat kesal. “Kenapa harus mempertahankan dirinya dan bukan Granger.”

“Karena aku ingin memisahkan kau dan Hermione Weasley!”

Kilatan tajam di mata Lucius dan nada tingginya membuat Draco terlihat bergetar. Rasa amarah di dalam diri Draco membuat dirinya bergetar ketika mengetahui Lucius ingin memisahkan ia dan Hermione. Hermione tidak ada salah apa pun, begitu juga dengan dirinya. Lalu kenapa Lucius sangat ingin memisahkan ia dan Hermione padahal di antara mereka tidak ada hubungan apa pun.

“Dengar, Draco. Aku menyukai Mrs. Weasley karena dia cerdas dan ia cukup berkontribusi dalam memajukan perusahaan kita. Draco, tapi aku tidak bisa mempertahankannya karena kau mencintainya. Aku tidak bisa membiarkan itu karena Mrs. Weasley adalah wanita yang sudah menikah!”

“Lucius.” Terlihat Narcissa menyentuh punggung tangan Lucius untuk meredam emosi dari kepala keluarga Malfoy. Tatapan mata Narcissa terpaku pada kepala Draco yang tertunduk. “Lebih baik kau beristirahat, Draco. Nikmati hari Minggu untuk beristirahat.”

“Kenapa?”

Narcissa mendadak bingung dengan pertanyaan Draco barusan. “Kenapa? Karena kau sudah bekerja terlalu keras dan sekarang saatnya beristirahat, Draco,” respon Narcissa cepat.

“Kenapa ingin memisahkanku dengan Granger, Father? Seperti yang kau katakan bahwa ia sudah menikah, lalu kenapa kau harus memisahkanku dengannya di saat kau sendiri tahu bahwa aku tidak akan melakukan apa pun padanya.” Mata Draco terlihat bergetar membuat Narcissa segera meraih telapak tangan pemuda itu dan menggenggamnya hangat. “Kau tahu jika aku mencintainya dan aku hanya ingin melihatnya dari dekat. Itu saja, hanya itu, Father,” ucap Draco dengan suara bergetar dan seperti tidak ada harapan dalam ucapannya.

“Draco, sadarlah!” bentak Lucius yang tidak bisa dikontrolnya.

“Hentikan, Lucius.” Narcissa segera bangkit dari duduknya dan membantu Draco berdiri. “Draco, sebaiknya kau kembali ke dalam kamar atau pergilah bertemu dengan teman-temanmu. Lupakan apa pun yang terjadi barusan,” perintah Narcissa yang diikuti oleh Draco.

“Cissy biarkan aku memberikan pelajaran untuknya!”

Draco bisa mendengar teriakan Lucius, tetapi ia tetap berjalan menjauhi ruang makan, meninggalkan kedua orang tuanya yang saat ini terlibat adu argumen karena dirinya. Ia tidak peduli akan hal itu, ia sudah terbiasa melihat kedua orang tuanya beradu argumen. Yang ada di pikirannya saat ini hanya Hermione. Hanya itu.

Draco kesal karena tidak ada seorang pun yang dapat mengerti dirinya. Tidak ada seorang pun yang dapat memahaminya bahwa ia tidak berniat merusak rumah tangga Ronald Weasley. Ia hanya ingin melihat Hermione dari dekat, memastikan bahwa wanita itu terlihat bahagia dan bisa makan dengan baik. Hanya itu.

“Aku bahkan tidak pernah berharap lebih dari itu karena aku sudah tahu akan akhirnya.”

🌗

Reason to StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang