11; Ravenclaw

543 89 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🌗

Rapat dadakan yang diminta Draco berhasil ditutup sempurna oleh Luna. Sekali lagi, Draco tidak pernah menyangka jika Luna dapat sangat diandalkan. Gadis itu bahkan tidak pernah sekalipun melakukan presentasi, terlebih dadakan tanpa adanya latihan sebelumnya. Draco juga tidak percaya bahwa dirinya mempercayakan Luna untuk melakukan presentasi. Dirinya memilih Luna untuk melakukannya karena ia merasa Luna yang lebih paham dengan laporan buatannya, sedangkan Draco hanya mendengarkan dan sesekali menambahkan informasi saat rapat berlangsung.

Dugaan Draco memang benar jika ada yang tidak beres dengan perusahaannya. Barang yang diproses tidak sesuai dengan barang yang dikirimkan. Namun, dirinya belum bisa memastikan di mana letak kesalahannya, mengingat semua data yang sedang dikerjakan oleh tim Blaise belum sepenuhnya selesai diperiksa.

Ravenclaw, huh?

Blaise berjalan mendekat ke arah Draco dengan senyum menjengkelkan di wajahnya. Draco tidak membalas dan mengalihkan pandangannya ke arah Luna yang tengah menjelaskan sesuatu ke gadis lain yang masih berada di ruangan tersebut. Draco mengenali gadis itu dan matanya kembali teralih ke arah Blaise yang kini duduk tidak jauh darinya.

“Seingatku, aku tidak pernah menerima informasi bahwa akan ada karyawan baru di perusahaan.” Mata Draco cukup tajam ketika menatap ke arah Blaise. “Dan seorang Ravenclaw?”

Blaise terlihat kesal ketika Draco membalikkan pertanyaannya. “Jelaskan padaku dahulu bagaimana Lovegood bisa menjadi asistenmu, Draco?”

“Siapa pun yang menjadi asistenku itu bukan urusanmu, Blaise, tetapi siapa pun yang menjadi asistenmu itu adalah urusanku karena ini perusahaanku!”

Ucapan Draco barusan membuat dua orang gadis yang sedang berdiskusi kini menatap ke arahnya. Draco pun memutuskan untuk mengusir kedua gadis itu dari ruang rapat ketika dirinya tak sengaja melihat jarum jam yang menunjukkan pukul dua siang.

“Kalian berdua bisa istirahat makan siang sekarang.” Mata Draco kemudian fokus ke arah Luna yang kini juga sedang melihat ke arahnya. “Lovegood, sekitar 30 menit lagi temui di ruanganku yang ada di sebelah.”

Luna dan seorang gadis yang Draco tahu dulunya murid dari asrama Ravenclaw pun memilih keluar dari ruang rapat. Draco cukup lega setidaknya Luna mengenal seseorang di sini, sehingga dirinya tidak perlu repot-repot menjelaskan banyak hal. Dirinya juga tidak perlu menemani Luna untuk makan siang bersama.

Fokus Draco kini kembali kepada Blaise. “Jelaskan padaku sejak kapan si Ravenclaw itu menjadi asistenmu?”

“Padma Patil,” jawab Blaise. “Aku tidak tahu kalau kau bahkan tahu dia dari Ravenclaw.”

Draco lagi-lagi menatap Blaise dengan tatapan kesal. “Blaise!”

Ah, dia baru mulai bekerja dua hari yang lalu dan sebenarnya baru ingin ku beritahu padamu hari ini. Kau tahu Draco, walau baru dua hari ia bekerja, tetapi pekerjaannya cukup baik. Awalnya aku ingin memberinya masa training. Bagaimana menurutmu?” Blaise menjelaskan sedikit dan diakhiri dengan meminta saran pada Draco, karena bagaimana pun juga, Draco lah yang berhak menentukan apakah ia akan mempekerjakannya atau tidak.

“Kau kesulitan bekerja seorang diri?”

Pertanyaan Draco membuat Blaise dengan cepat menganggukkan kepalanya. Sebenarnya Draco sempat memikirkan untuk merekrut seorang asisten untuk Blaise, mengingat pemuda itu terkadang harus bolak-balik ke dunia sihir. Jika Blaise sedang di dunia sihir, pekerjaan di cabang muggle akan terbengkalai.

“Kalau begitu kirimkan data lengkapnya kepadaku. Kau bisa lanjut mempekerjakannya atau memberinya masa training terlebih dahulu, tetapi jika menurutmu dia menyusahkanmu, segera beritahu supaya aku bisa langsung memecatnya.”

“Semudah itu?” Blaise terlihat tidak percaya dengan ucapan Draco. “Kau tidak ingin mewawancarainya dahulu?”

“Dia asistenmu bukan asistenku,” jawab Draco yang kembali kesal pada Blaise.

“Baiklah kalau begitu. Lalu, bagaimana Lovegood bisa menjadi asistenmu? Menggantikan Weasley? Yang benar saja!”

“Ku rasa tidak perlu menjelaskannya karena itu bukan urusanmu.”

“Memang bukan urusanku, tapi maksudnya kau yakin mempekerjakannya? Kau tahu betul bagaimana seleramu ketika memilih Weasley menjadi asistenmu. Kau yakin Lovegood tidak menyusahkanmu nantinya?” Blaise masih teguh pada pemikirannya.

“Kau tahu betul dia seorang Ravenclaw, bukan? Aku tidak perlu menjelaskannya kepadamu alasan itu karena asistenmu sendiri seorang Ravenclaw. Presentasi dan laporan tadi adalah bukti dari pekerjaannya selama satu minggu ini.” Blaise menatap tidak percaya pada apa yang Draco ucapkan barusan. “Aku lapar. Bisa kita makan siang sekarang?” ucap Draco yang lebih dulu melangkah meninggalkan Blaise dengan pikiran tidak pentingnya itu.

Draco tidak pernah terbiasa untuk makan di kantin perusahaannya sendiri. Ia lebih memilih makan di luar walau waktu berharganya akan terbuang cukup banyak. Dirinya tidak peduli, toh saat ini ia tidak punya pekerjaan yang cukup penting.

Draco memberikan waktu 30 menit untuk Luna istirahat makan siang, sedangkan dirinya menghabiskan waktu sekitar 1 jam lebih hanya untuk makan siang. Ia kembali ke kantor pukul 3 lebih dan segera masuk ke ruangannya untuk mulai bekerja kembali.

“Kau mengerjakan data yang ku berikan tadi pagi? Bukankah aku memintamu untuk mengerjakan laporan hasil rapat tadi.” Draco cukup emosi hari ini, mungkin karena ia kurang beristirahat.

“Aku sudah menyelesaikannya, Mr. Malfoy. Ku pikir akan lebih baik aku melanjutkan pekerjaan yang sebelumnya kau minta selagi menunggu perintahmu selanjutnya,” jawab Luna yang datang mendekat dengan membawa beberapa map.

Merasa tidak enak hati telah menuduh yang tidak-tidak, Draco mengambil map tersebut dan kemballi menyuruh Luna untuk melanjutkan pekerjaannya. Tidak ada pekerjaan baru yang bisa Luna kerjakan mengingat tim Blaise belum mengirimkan hasil pekerjaan mereka.

Entah yang ke berapa kalinya Draco merasa takjub dengan pekerjaan yang Luna kerjakan. Gadis itu mengerjakan pekerjaannya dengan sangat baik dan bisa dengan cepat memahami sesuatu. Ia tidak habis pikir kenapa hidup Luna tidak beruntung, padahal ia bisa mendapatkan pekerjaan di perusahaan lain dengan baik.

Draco yang duduk di meja kerjanya memperhatikan Luna yang duduk di sofa yang berada di seberang mejanya. Diperhatikannya gerak-gerik gadis itu yang sesekali menarik stocking hitam di bagian tumitnya. Draco baru menyadari bahwa kaki kiri gadis itu terlihat bengkak walau ditutupi menggunakan stocking hitam. Ia segera menarik kesimpulan alasan Luna memakai stocking hitam hari ini, karena bengkak di kakinya belum juga sembuh.

Luna tiba-tiba menoleh ke arah Draco, membuat pemuda itu segera mengalihkan pandangannya pada laporan di hadapannya. Dari sudut matanya ia bisa melihat Luna seketika berdiri dan berjalan mendekat ke arah meja Draco.

“Mr. Malfoy, boleh aku bertanya sesuatu?”

Draco tidak menjawab dan hanya menaikkan salah satu alisnya seolah menjawab apa yang ingin Luna tanyakan padanya.

“Di mana aku akan bekerja besok? Masih di sini atau kembali ke dunia sihir?” tanya Luna yang menangkap maksud dari tatapan Draco.

“Aku belum memutuskan. Kenapa kau bertanya begitu?”

“Oh maaf jika aku lancang mempertanyakan hal itu. Aku bertanya supaya aku bisa memberitahu Padma kalau kemungkinan aku harus menginap di tempatnya malam ini,” jawab Luna memberitahukan apa yang mengganggu pikirannya.

“Kau tak perlu memikirkan itu. Kau akan tinggal bersamaku.”

🌗

Reason to StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang