12; Potions

511 86 8
                                    

🌗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌗

Rasa canggung yang disebabkan oleh Draco membuat pemuda itu menghindari bicara secara langsung dengan Luna. Luna yang pada dasarnya seorang pemerhati sekitar pun ikut menyadari jika Draco mencoba menghindarinya. Sebisa mungkin juga dirinya berusaha untuk tidak banyak berinteraksi dengan Draco.

Saat malam Luna menginap di apartemen muggle, Draco tidak kunjung menampakkan dirinya. Di satu sisi Luna merasa lega karena ia tidak tahu harus bersikap seperti apa ketika tinggal satu atap dengan bosnya itu. Namun, di sisi lain ia merasa terbebani karena Draco pasti sangat tidak nyaman saat bersama dengan dirinya.

Suara cukup berisik terdengar sekitar pukul 3 pagi, di mana Draco baru kembali setelah mengantarkan Luna ke apartemen sore tadi. Luna yang merasa khawatir Draco tak kunjung pulang pun akhirnya bisa beristirahat dengan tenang sekarang. Entah apa yang membuat Luna khawatir hingga membuatnya terjaga sampai tengah malam.

“Kenapa tak kunjung sembuh juga,” gumam Luna memperhatikan pergelangan kakinya yang semakin membiru di pagi hari.

Rasa sakit di pergelangan kakinya sudah tidak terlalu ia rasakan, mungkin karena ia paksa untuk berjalan dan beraktivitas. Walaupun ia masih bisa berjalan dengan normal, bengkak di kakinya tidak juga hilang. Bahkan di beberapa sisi pergelangan kakinya berwarna biru gelap.

“Apa yang terjadi dengan kakimu?”

Luna terkejut ketika melihat Draco yang tengah berdiri memperhatikannya. Ia dengan cepat bangkit berdiri dan memberikan seulas senyuman hangat kepada pemuda yang tengah berdiri di depan kamar pemuda itu.

“Selamat pagi, Mr. Malfoy. Mau ku buatkan teh atau kopi?”

Draco terlihat mengernyit ke arah Luna yang sudah berjalan lebih dahulu ke dapur. Luna tidak mempermasalahkan jika harus bekerja mengurus hal yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan kantor. Toh dirinya memang bekerja sebagai asisten yang mana juga harus mengurus hal yang bersifat pribadi.

Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Draco. Pemuda itu justru mengikuti Luna yang menuju ke dapur, mengecek isi lemari pendingin yang masih penuh. Cukup lama Draco berdiri di depan lemari pendingin, entah apa yang ia cari dan inginkan.

“Mr. Malfoy?” Luna kembali bersuara membuat Draco sadar dari lamunannya. “Butuh sesuatu? Mau aku carikan untukmu?”

“Tidak.” Dengan cepat Draco mengeluarkan bungkusan roti tawar dari dalam lemari pendingin. “Kopi saja,” ucap Draco yang akhirnya menentukan pilihannya.

Luna tersenyum hangat mendengar pilihan Draco dan segera membuatkan kopi untuk pemuda itu. Selama satu minggu bekerja bersama Draco, Luna tidak pernah melihat pemuda itu meminum kopi. Mungkin efek kurang tidur jadi ia membutuhkan asupan kafein untuk membuatnya kembali segar.

Pekerjaan Luna yang cekatan dan rapi pun tidak membutuhkan waktu lama untuknya membuat kopi. Diletakkannya kopi di atas meja makan dan segera mendekat ke arah Draco yang sibuk dengan dunianya sendiri.

Reason to StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang