26; Forgive

755 111 30
                                    

🌗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌗

“Luna.”

Mendengar namanya dipanggil, Luna pun membalikkan badannya dan berjalan kembali untuk menghampiri meja Draco. Pemuda di hadapannya terlihat sedang menimang sesuatu untuk dikatakan dan membuat Luna sedikit gugup. Bayangan Draco yang ingin memecat dirinya kembali muncul setiap kali Draco memanggilnya. Entahlah kenapa pikirannya sekarang tidak bisa diajak berpikir secara positif.

“Kau membutuhkan sesuatu, Mr. Malfoy?” Pertanyaan Luna membuat Draco tersadar dari lamunannya.

“Ada yang ingin aku bicarakan kepadamu,” gumamnya sembari melihat jam di pergelangan tangannya. “Pekerjaanmu sudah selesai bukan?”

Luna menganggukkan kepalanya pelan. Perasaan takut akan dipecat oleh Draco semakin besar ketika pemuda itu ingin membicarakan sesuatu pada Luna. Memang benar niat awal Luna yang tidak masalah jika hanya satu bulan saja ia bisa bekerja dengan Draco, tetapi membayangkan ia harus menghabiskan waktu untuk mencari pekerjaan baru lagi membuatnya sedikit pusing.

Draco bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke sofa di ruang kerjanya itu. “Duduklah, Luna. Ada hal penting yang ingin aku tanyakan padamu.”

Perintah Draco dengan cepat diikuti oleh Luna. Ia mengambil posisi duduk berseberangan dengan bosnya itu. Tegang? Tentu saja. Rasanya Luna ingin memaki Draco karena berhasil membuatnya gugup saat ini. Draco yang biasanya langsung mengatakan inti dari pembicaraannya, kini terlihat seolah tengah mengulur waktu.

“Mr. Malfoy?” tegur Luna yang sudah tidak tahan dengan Draco yang tak kunjung bersuara.

“Terkait rumahmu.” Draco menggantungkan ucapannya, tetapi entah kenapa membuat Luna sedikit lebih lega dibandingkan sebelumnya. “Kau tidak melaporkan masalah kerusakan rumahmu ke Kementrian?”

Enggan menjawab pertanyaan Draco, Luna hanya menggelengkan kepalanya pelan. “Kenapa?” tanya Draco cepat ketika melihat Luna menjawab dengan menggelengkan kepalanya.

Kepala Luna yang semula tertunduk mulai terangkat secara perlahan. “Sebenarnya saat itu aku hendak melaporkannya ke Kementrian, hanya saja aku tidak punya banyak kesempatan mengingat aku harus belajar untuk ujian kelulusan dan juga mengurus Daddy yang saat itu sedang sakit.”

Sebenarnya Luna tidak ingin memberitahukan hal tersebut pada Draco, mengingat semua teman baiknya tak ada satu pun yang tahu tentang hal ini. Luna menyimpannya seorang diri karena tidak ingin menyusahkan orang lain. Dirinya sendiri bingung kenapa ia bisa dengan mudahnya menceritakan hal menyedihkan itu kepada Draco di saat teman-temannya saja tidak ada yang tahu.

“Bukankah tidak membutuhkan waktu yang lama hanya untuk melapor ke Kementrian? Lagi pula kenapa kau harus sibuk mengurus ayahmu yang sedang sakit. Di mana ibumu?”

Luna terdiam mendengar ucapan yang keluar dari mulut Draco. Bagaimana mungkin Draco tidak mengetahui jika ibu Luna sudah meninggal. Semua murid di Hogwarts tahu ibunya sudah meninggal mengingat Luna sering membahas tentang Thestral, yang mana saat itu ia harus menjelaskan kepada banyak orang bagaimana awalnya ia bisa melihat makhluk magis tersebut.

Reason to StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang