Chapter 32 : Mencari

9.8K 487 234
                                        

Pelan-pelan aja bacanya...

Happy Reading

_______________

Jika kalian mengira Gavin langsung pulang ke rumah pada malam itu, maka kalian salah. Pria yang sedang kalut itu memilih kembali ke kantornya. Ia akan bermalam di kamar pribadinya yang ada di ruangan kantornya. Tak ada niatan pulang karena ia tak ingin mamanya melihatnya dalam keadaan seperti ini.

Sunyi. Itulah suasana di kamar pribadi Gavin. Dengan dasi dan ikat pinggang yang berserakan di lantai, kemeja yang di keluarkan, serta dua kancing teratas kemeja yang terlepas. Gavin terbaring terlentang di kasurnya, memejamkan matanya.

Kepalanya saat ini sangat berisik. Sudah sekitar tiga puluh menit yang lalu ia mencoba menetralkan pikirannya, namun percobaan itu gagal. Ia harus apa sekarang?

Sekarang ia mengangkat ponselnya, menghubungkan dengan seseorang di seberang sana.

"Halo, selamat malam tuan. Ada yang bisa saya bantu?"

"Halo Riko, maaf jadi ganggu waktu kamu. Saya minta tolong nanti kalau kamu ke rumah ditanya mama saya, kamu bilang aja saya lembur."

"B-baik tuan."

"Oke, terima kasih."

"Sama-sama tuan."

Setelah itu ia langsung mengirim pesan pada mamanya, terpaksa berbohong bahwa ia akan lembur. Jika mamanya tau pasti urusannya akan panjang.

Pria tersebut kemudian masuk kamar mandi berniat mengguyur tubuhnya dengan air shower, berharap bisa membuatnya merasa segar kembali. Meskipun bayang-bayang Alexa terus memenuhi pikirannya.

Malam itu juga Alexa yang selepas menangis dengan puas langsung pergi ke rumah sakit lagi. Ia ingin menjaga papanya, tak peduli jika papanya menolak.

Besoknya Gavin langsung bekerja, berusaha mengalihkan fokusnya untuk pekerjaannya. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya sejak pagi tadi. Hal itu membuat Riko khawatir dengan kondisi atasannya itu.

"Maaf tuan. Apa anda baik-baik saja?" dengan sedikit berhati-hati Riko memberanikan diri bertanya.

Tangan yang bergerak membalikkan lembaran itu terhenti sesaat. "Saya baik-baik aja."

"Anda belum makan sejak tadi pagi. Saya harus memastikan anda makan dengan baik karena ini perintah Nyonya. Apa anda berkenan jika saya pesankan makanan?"

"Tidak usah Riko, terima kasih. Saya akan makan setelah ini." balas Gavin dengan tak yakin tentunya.

"Baiklah tuan."

Mereka lalu melanjutkan pekerjaan. Namun Riko yakin, pasti telah terjadi sesuatu pada bosnya itu. Ngomong-ngomong ia baru sadar bahwa bosnya pagi ini juga tidak mengunjungi Alexa. Apa diamnya Gavin ada hubungannya dengan Alexa?

Berbeda dengan Gavin yang lebih memilih diam, kini Alexa justru sedang mengobrol dengan akrab bersama papanya. Alexa tak mau larut dalam kesedihan dan mengabaikan papanya.

"Padahal kamu nggak perlu sampai izin sekolah sayang. Papa akan cepat pulih, jadi jangan cemas."

"Ih papa masa nggak mau Alexa jagain sih?" tanya Alexa dengan bibir mengerucut.

"Bukannya gitu, tapi papa nggak mau ganggu sekolah kamu."

"Pa, nggak masuk sekolah sehari aja buat jagain papa itu bukan ganggu."

Senyum itu tercetak di wajah Leander. Dulu mendiang istrinya juga mengatakan demikian saat dirinya sakit dan mendiang istrinya harus menjaganya di rumah sakit.

Alaric's [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang