_______________
Hei boleh aku minta bintangnya?
1 vote tidak berarti apa-apa bagi readers, tp sangat berarti untukku ^^
Thanks for your support guys
and
Happy Reading
_______________
Gavin menjauhinya, sudah hari ke berapa pun Alexa tak tahu. Setiap makan ataupun pulang kerja, Gavin tak pernah mau menatap Alexa seperti biasanya. Entah benar atau tidak namun seperti itulah yang Alexa rasakan.
Teresa sudah tidak ke Bali lagi karena ibunya tersebut sudah benar-benar sembuh. Lihatlah, begitu dijenguk cucu kesayangannya langsung sembuh. Namun Teresa sangat bersyukur. Alexa juga memanfaatkan waktu Teresa di rumah untuk membicarakan bahwa ia akan pindah. Awalnya Teresa dan Andrian terkejut karena khawatir bahwa Alexa tidak nyaman, namun Alexa berusaha meyakinkan bahwa bukanlah itu alasannya.
Alexa merasa bersalah karena harus membohongi Teresa. Namun bagaimana lagi, mungkin Gavin yang akan mengatakannya sendiri. Dan hari ini Alexa akan pindah dari rumah yang sudah menampungnya beberapa bulan ini. Ia diperlakukan sangat baik, tak tau ia harus membalas jasa mereka seperti apa.
Alexa sudah menyiapkan semua barangnya di ruang keluarga, ia berniat pindah hari ini setelah beberapa hari yang lalu ditahan oleh Teresa.
"Biar dianterin Andrian ya, sayang?" tawar Teresa seraya mengusap lengan Alexa.
"Nggak usah tante, Alexa pesen taxi aja. Lagian Andrian pasti masih capek kan." ujar Alexa mengingat Andrian yang harus mengerjakan begitu banyak tugas karena ke Bali. Kemarin saja laki-laki itu sempat demam.
"Weh kata siapa? Gue masih kuat kalau nganter lo." Andrian menaik-turunkan alisnya dan menatap Alexa dengan tatapan memohon.
Alexa memutar bola matanya malas ketika Andrian mengeluarkan jurusnya itu. Selalu seperti itu. Lagi-lagi Teresa tersenyum.
"Mau ya, Alexa?"
"Ya udah tan-"
"Biar Gavin yang nganterin." sontak semua menoleh ke arah suara tersebut.
Pria itu menggulung lengan kemejanya, baru saja memasuki mansion. Ia melirik Alexa sekilas dan mengalihkan pandangannya.
"Emang nggak apa-apa?" tanya Teresa memastikan.
Gavin mengangguk. "Aku pulang buat ambil flashdisk yang ketinggalan, lagi pula apartment dia searah sama kantor."
"Kok lo tau kalau apartment Alexa searah sama kantor lo?" tatap Andrian dengan curiga ke arah Gavin. Namun berbanding terbalik dengan Teresa yang santai.
"Dia udah izin waktu lo sama mama ke Bali."
Sebenarnya Alexa tidak tahu mengapa Gavin tidak mengatakan yang sejujurnya saja dari awal. Namun ia juga belum punya keberanian untuk bertanya pada pria itu.
"Ya udah Alexa sama Gavin aja ya?"
Kepala Alexa mengangguk ketika mendapat tatapan tajam dari Gavin. "Iya tante."
Lalu Gavin naik untuk menuju kamarnya meninggalkan mereka bertiga melakukan salam perpisahan. Bagaimana pun juga Teresa sudah menganggap Alexa seperti putrinya sendiri. Ia tau sesulit apa rasanya berada di posisi Alexa walaupun gadis itu tak pernah mengutarakan isi hatinya.
Hei siapa yang tidak terluka saat ditinggal oleh orang tercinta--ibu? Lalu harus kehilangan sosok ayah yang penyayang karena sosok tersebut sudah dibutakan oleh cintanya kepada wanita lain? Mungkin akan ada kecil kemungkinan anak bisa menerima jika ibu tiri itu baik. Namun ini? Kalian pasti tahu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaric's [End]
Teen Fiction🔞 |[FOLLOW SEBELUM MEMBACA KARENA SEBAGIAN CHAPTER DIPRIVATE]| Kisah sang pengusaha muda, Gavin Alaric yang sukses memikat kaum Hawa. Sayang, sikapnya yang otoriter, dingin, dan tak suka dibantah membuat seluruh karyawan di perusahaannya menahan na...
![Alaric's [End]](https://img.wattpad.com/cover/263791820-64-k50032.jpg)