Chapter 24 : Dua opsi

17.7K 874 134
                                        

Omg guys! I'm so sorry 😭
Semalem ga up soalnya ada urusan mendadak dan bener" ga ada waktu :)
Maafkan diriku ini 🙇‍♂️

Happy Reading

_______________

Sejak perdebatannya dengan Alexa, hati Gavin semakin merasa tidak tenang. Apa gadisnya sudah kembali ke rumah? Ya, Gavin harap begitu. Ia melewati tempat terakhir saat mereka bertemu. Alexa tak ada disana, artinya gadis itu sudah kembali.

Akhirnya ia memutuskan untuk pulang. Disana sudah ada sang mama yang duduk di ruang keluarga sembari menonton televisi.

"Mama belum tidur?"

"Gimana mama mau tidur kalau kamu nggak di rumah." Teresa menatap putra pertamanya itu. "Kamu dari mana sih sampai nggak pulang?"

"Ada urusan, ma."

"Urusan apa, sayang? Kasihan Alexa loh nungguin kamu dari kemarin."

Bahu Gavin perlahan mengendur. Ia tak bermaksud membuat Alexa menunggunya seperti itu. Bagaimana bisa ia bersikap seperti ini? Tangannya mengacak rambutnya.

"Alexa di kamar, ma?"

Teresa tak yakin. "Nggak tau ya, mungkin iya. Dari tadi mama disini belum liat Alexa sama sekali."

Kening Gavin mengerut, otaknya berpikir. Jika mamanya dari tadi disini, maka saat Alexa dari luar pasti mamanya melihat Alexa.

"Ya udah Gavin ke kamar dulu, ya?"

"Iya sayang, jangan sampai kamu kelepasan lagi kayak kemarin." peringat Teresa pada Gavin.

Gavin tersenyum. Ia mengecup pipi sang mama sebelum berjalan menuju kamar. Saat tangan Gavin menyentuh gagang pintu, Arsen menghampirinya.

"Gue mau ngomong sama lo." kata Arsen.

Gavin tak menjawab. Ia menoleh, menunggu apa yang Arsen katakan. Pria di depannya itu mengambil napas panjang sebelum berbicara.

"Sorry soal sikap gue ke Alexa kemarin."

Ya, Arsen mengakui kesalahannya. "Tanpa gue bilang ke lo, lo tau sendiri kalau gue jatuh cinta sama dia."

"Gue nggak munafik. Gue akui, pikiran gue udah dipenuhi pacar lo."

Penjelasan Arsen terdengar begitu baik di telinga Gavin. Ia tak ingin terpancing emosi lagi, atau nantinya akan terbawa saat ia bertemu dengan Alexa.

"Kemarin gue pengen hilangin dia dari pikiran gue, gue kira dengan gue mabuk sebanyak mungkin bakal hilangin itu." pria itu terkekeh miris. "Tapi nyatanya enggak, gue malah semakin kepikiran dia."

"Gue tau lo punya perasaan ke Alexa. Tapi kalau cara lo sampai segitunya, gue nggak bisa diem. Lo tau gue kayak gimana, bener kan?"

Arsen mengangguk. "Gue minta maaf bukan berarti perasaan gue hilang."

Ucapan Arsen membuat Gavin tersenyum miring. Inilah Arsen. "Gue tau."

"Tapi gue nggak akan bersikap kayak kemarin lagi." ujar Arsen.

"Oke," kepala Gavin mengangguk. "Kalau sampai lo macem-macem, gue bakal keluarin otak dari kepala lo."

Kata-kata itu tentunya bukan hanya sekedar ucapan. Arsen mengetahui segalanya dari papanya, bahwa Gavin adalah jiplakan Arachad.

"Sekali lagi gue minta maaf."

Gavin tak menanggapi lagi ucapan Arsen, ia segera memasuki kamar yang tidak ada seorang pun disana. Dalam hati ia bertanya-tanya kemana Alexa.

Alaric's [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang