3. Kejam juga rapuh🌿

2.4K 211 11
                                    

Di sebuah Mansion besar, dengan suasana sepi seperti hari-hari biasanya. Hanya ada para maid yang kesana kemari membersihkan ruangan, dan melakukan pekerjaannya.

"Baru pulang?" tanya seorang wanita paruh baya yang masih terlihat muda walaupun umurnya sudah berkepala empat.

Pertanyaan yang membuat langkah seseorang terhenti.

"Iya." langkah kakinya mendekat ke arah wanita paruh baya yang kini duduk di sofa dengan majalah di tangannya.

"Sore Mom." sapanya sambil menyalami tangan wanita itu.

"Kenapa baru pulang hm?" tanyanya sambil mengusap kepala putranya itu penuh sayang.

"Biasa Mom."

Wanita paruh baya itu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Udah makan?"

"Belum."

"jangan sering lupa makan Drafenzo, Mommy ga akan selalu bisa ngingetin kamu makan terus." ucapnya penuh peringatan.

Ya, dia adalah Drafenzo, sang ketua dari King cobra. Cowo dengan sejuta misteri, tak lupa mata hitam pekat dan tajam yang selalu dia tunjukkan.

"Iya Mom, nanti Fenzo makan."

"Jangan nanti nanti, sekarang!" ucapnya sambil menyentil dahi sang putra.

Membuat Fenzo tersenyum walau hanya sekejap.

"Siap. Fenzo ke kamar."

Setibanya di kamar, yang didominasi dengan warna hitam. Fenzo merebahkan tubuhnya di kasur dengan dominasi hitam juga. Banyak sekali sticker memyeramkan bergambar ular dan kepala tengkorak di dinding kamar. Memberi kesan menyeramkan jika berada di kamar itu. Berbeda dengan Fenzo yang sangat menyukai hitam, sepi dan terkesan mistis.

"Maaf." ucapnya lirih dengan tangan mengelus foto seseorang di kalung yang dipakainya.

"kenapa lo pergi?"

"lo ninggalin luka disini. Ga seharusnya lo pergi."

"apa gue boleh benci lo?" tanyanya lirih

Seorang Drafenzo yang hanya bisa berkata pedas, kejam, cuek kini berkata lirih dengan sorot mata terluka hanya karena sebuah foto seseorang di kalung yang dipakainya.

Drtt..drtt..drtt

Atensi matanya teralihkan pada bunyi ponsel yang bergetar diatas nakas. Fenzo langsung mengangkat panggilan itu. Tertera nama Daren disana.

"Halo penn, jangan lupa udah ditungguin sama anak-anak di markas." ucapnya disebrang sana.

"hm."

"Aelahh, pak ketu. Minimal kalo sama Daren ganteng jangan irit-irit lah. Entar lo Ka--" ucap Daren terputus karena sambungan dimatikan oleh Fenzo.

Sudah dipastikan si penelpon sedang mengumpat di sebrang sana. Fenzo bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya yang sudah sangat lengket.

Setelah selesai mandi, cowo itu langsung mengenakan pakaiannya. Sangat rapi dan sederhana, tetap terkesan cool walau hanya memakai kaos hijau army polos dengan balutan celana levis hitam sobek dibagian lututnya.

Tidak lupa dia memakai jaket kebanggannya dan bergegas keluar kamar. Sebelum meninggalkan Mansion, dia pergi ke kamar adik nya terlebih dahulu. Selalu seperti itu yang menjadi rutinannya.

Sementara di kamar. Dilihat adiknya sedang menatap ponsel sambil berceloteh, entah kepada siapa.

"Ara."

"Ehh, abang. Ada apa bang?" tanya gadis kecil berkulit putih dengan bulu mata lentik dan mata bulat bewarna hitam terang itu.

"Lagi ngapain hm?" ucap Fenzo sambil mengelus puncak kepala sang Adik dengan penuh sayang.

DRAFENZO SHAQUILLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang