44. Imbalan🌿

924 69 9
                                    

🧚‍♀Happy Reading cantik🧚‍♀
🧚‍♂
🧚‍♂
🧚‍♂

Bukannya kembali ke kelas, langkah kaki Kira malah menuju ke kantin belakang. Mendudukkan dirinya di kursi panjang paling pojok belakang sambil meminum air mineral yang tadi sempat ia beli. Suasana sepi membuat Kira yang memejamkan matanya merasa tenang dan nyaman berlama-lama di sana.

Hembusan angin membuat beberapa helai rambutnya berantakan. Namun ketenangannya itu tidak berselang lama, suara bariton seseorang mambuat Kira menghembuskan nafasnya secara perlahan.

"Bantuan gue butuh imbalan."

Kira membuka kedua matanya, bersitatap dengan manik mata hitam pekat yang kini tengah menatapnya datar tanpa ekspresi seperti biasa. Helaan nafas kasar terdengar, Kira melipat kedua tangannya di depan dada. "Sudah gue prediksi bang!"

Kira meregangkan badannya dengan tatapan yang tak luput dari manik mata hitam milik Fenzo. Siapa lagi kalau bukan cowo satu itu. "Jadi, lo mau apa? Gue ga suka basa-basi. TTP!"

"Gue suka," balas Fenzo santai, Kira yang mendengar itupun mendelik sinis.

"Cepet tolol, ga usah pakek lama. Sepet mata gue!" ucap Kira pedas dan malah membuat Fenzo mendudukkan dirinya tepat di bangku sebrang yang saat ini Kira duduki.

"Ngapain lo duduk ogeb! Lungo o, aku wegah di gruduk fens wedokmu!" ucap Kira sambil berdiri dengan kedua mata melihat sekitar kantin, memastikan adakah murid selain mereka disana.

"Bahasa apa?"

Gadis itu membulatkan kedua bola matanya dengan pertanyaan yang keluar dari mulut Fenzo. "Ngeselin lo jadi lakik!"

Fenzo melipat kedua tangannya di depan dada, menaikkan sebelah alis matanya dengan pandangan tak lepas dari gadis yang wajahnya kini sudah terlihat sangat kesal. "Pulang sekolah bareng."

Kira yang mendengar itupun menautkan kedua alis matanya heran, "Ngapain cok!?"

Fenzo berdiri dari duduknya, masih saja setia dengan wajah datar tanpa ekspresi sedikitpun. "Sebagai imbalan." balasnya singkat.

"Bajirr, gue ga bisa! Gue bawa mobil ege!"

"Bukan urusan gue."

Fenzo berlalu pergi dari sana, meninggalkan Kira yang kini tengah mengeluarkan berbagai umpatan pedas untuk meluapkan seluruh kekesalannya di pagi hari ini.

"Fenzo tai bangsatlah!"

------<->------

Keenam orang siswa dengan seragam osis yang terbilang sangat keluar dari peraturan sekolah kini malah asik nangkring di warung milik mang Abi, tepatnya ada di belakang SMA Starlight. Jam pelajaran bahkan masih berlangsung, namun keenamnya malah memilih untuk duduk anteng sambil berlomba-lomba menyesap rokok.

"Mau sampai kapan kalian sering bolos begini?" suara dari seorang pria berumur 54 tahun itu kini membuat kelimanya mengalihkan pandangannya.

"Sampai kapan-kapan mang!" balas salah satu dari mereka dengan cengiran khas miliknya.

Mang Abi hanya bisa menghela nafasnya pelan, anak muda jaman sekarang. "Saya lelepin juga kamu ke sawah Ren!"

Daren mematikan putung rokoknya, mendelik sinis kearah Mang Abi yang kini tengah sibuk mengaduk kopi untuk pelanggannya. "Daren mulu Mang! Noh ada Satria, Deco, Raden, Abim sama Fenzo!"

DRAFENZO SHAQUILLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang