Di sebuah danau dengan airnya berwarna hijau, dilengkapi dengan jembatan kecil berwarna pelangi terlihat sangat indah nan cantik.
Ada banyak sekali pepohonan hijau disana, sangat rindang dan lebat. Banyak daun berguguran ke dalam danau karena angin sepoi-sepoi membuat dedaunan itu berjatuhan. Suara kicauan burung yang terdengar, lengkap dengan suara gemericik air dari danau, karena memang ada air terjun kecil disana.
Seorang cowo yang masih lengkap dengan seragam sekolahnya duduk diam menatap bayangan dirinya sendiri di dalam air danau. Cowo itu sama sekali tidak memperdulikan sekitarnya.
Matahari pun sudah mulai tenggelam, membuat langit kini bewarna jingga kemerahan. Cowo itu tetap diam, tak bergeming sedikit pun. Bahkan masih setia menatap bayangan dirinya di dalam air.
"Lo ga kangen gue?" tanyanya entah pada siapa, tatapannya tetap tertuju pada bayangan di dalam air.
"Gue tanya, lo ga kangen gue?"
"Lo jahad."
"Lo lebih jahad dari Daddy."
"Lo pergi tanpa pamit."
"Dan dengan pedenya, lo pergi ninggalin luka di sini." ucapnya dengan sorot mata terluka, tangannya menunjuk hatinya.
"Gue cowo bodoh."
"Dan bodohnya hanya karena elo bangsat!" ucapnya lagi dengan rahang yang mengeras.
"Sekali! Gue cuma minta sekali, tolong dateng ke hadapan gue sekali aja." ucap cowo itu lirih dengan mata terpejam.
Gemericik air danau dan senja kini menjadi saksi bagaimana rapuhnya cowo itu, sebesar apa lukanya, dan bagaimana sorot penyesalan itu sangat kentara dari matanya yang terlihat begitu sayu.
"Sekali. Gue minta sekali."
"Cuma sama lo gue ngemis bangsat!"
"Gu-gue pengen nyerah."
"Anjing, gu-gue benci elo. GUE BENCI." teriaknya dengan mata memerah menahan tangis.
"Gue benci diri gue sendiri."
"Gue pengen lo kembali."
"Cuman elo yang dicari dia, diingat dia, dan cuman elo yang bisa buat dia nangis di tengah malam."
"Lo pasti tau itu, dia bapak lo."
"Sedangkan gue? Gue cuman jadi beban. Gue beban BANGSAT!"
Cowo itu menundukkan kepalanya, dia menangis dalam diam tanpa ada orang yang tahu.
Terkadang menangis dalam diam lebih menyakitkan dibandingkan menangis keras dengan berteriak. Disaat seperti ini, dia hanya butuh dukungan dan pelukan dari orang yang dia sayang.
Tapi itu semua hanya bayangan sematanya saja, karena orang yang diharapkannya juga sama seperti dirinya. Terluka, menyesal dan kehilangan menjadi satu. Cowo itu tetap diam dengan pandangan kosong, sorot matanya terluka menatap kedepan, pandangannya jatuh pada bayangan orang yang selama ini dia tunggu kehadirannya.
"Itu beneran elo?"
Senyum mengembang terpatri indah di wajahnya dengan sorot mata penuh kerinduan.
Buliran keringat memenuhi pelipis dan lehernya.
"Gu-gue Fenzo."
"Lo gak lupa kan?" tanyanya pada sesosok bayangan yang dilihatnya.
Ya, cowo yang sedari tadi berdiam di danau adalah Fenzo.
Sang Leader dari King Cobra yang terkenal dengan kebengisan juga kekejamannya tanpa balas kasihan, kini menjadi cowo dengan sejuta lukanya. Entah apa yang membuat dirinya menjadi lemah dan rapuh seperti sekarang ini. Banyak sekali rahasia yang dia pendam sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAFENZO SHAQUILLE
Novela JuvenilVote + follow yakk!!! Joss sakpolee pokoe 😎😎😎 Mampir kuyyy🙏🙏💙 Berbeda dengan Fenzo yang sangat menyukai hitam, sepi dan terkesan mistis. "Maaf." ucapnya lirih sambil melihat foto seseorang di kalung yang dipakainya. "kenapa lo pergi." "lo nin...