Dasi pt4

21.2K 247 18
                                    

2 tahun kemudian.

Cklek!

Pintu rumahnya terbuka, Ada keluar dengan pakaian santainya, memakai sepatu olahraga dan menutup pintu lalu menguncinya, setelah itu melangkah ke sepeda gunung kesayangannya.

Kini Ada berada di salah satu pedesaan, rumah yang dikeliling oleh pepohonan di belakang dan tetangga yang ramah berhasil membuat Ada berubah.

Ia tidak seperti dulu lagi, sudah sangat berubah.

"Pagi Ada." Sapa salah satu tetangga, Ada menoleh ke kiri dan tersenyum hangat.

"Pagi juga Jessie." Jessie gadis desa yang pertama kali menjadi tetangga, dirinya cantik banyak yang terpikat kepadanya saat pandangan pertama, siapapun selalu berhasil di gaetnya, namun untuk Ada, entah kenapa ia susah menggaet wanita tersebut.

Ada tau kalau Jessie menyukai dirinya, namun dia acuh dengan itu, mengabaikan pula rumor yang mengatakan Jessie mengancam para gadis desa lainnya untuk tidak mendekati Ada.

Sebegitu inginnya Jessie menggaet Ada, namun sayangnya Jessie tidak mengetahui fakta mengenai Ada yang sudah pernah menikah.

Ya, Ada juga sebenarnya menyembunyikan fakta itu, ia hanya tidak ingin mengingat kejadian dulu, tidak mau wajah menderita Ashley melintas di benaknya.

"Sepedaan bareng yok?" Pagi hari memang enaknya sepedaan, apalagi cuacanya sedikit mendung, embun pagi juga masih terlihat di mata.

Ada mengangguk saja dan mengayuh sepedanya, Jessie dengan cepat meraih sepedanya dan mengayuh menyusul Ada.

Kini mereka bersebelahan, banyak warga yang dilewatinya menyapa, Ada membalas dengan anggukan atau senyuman hangat, namun tidak dengan Jessie yang melirik tajam para gadis, hal itu langsung membuat mereka ciut dan mengalihkan pandangan.

Tentu mereka menaruh dendam, namun sayangnya tidak bisa berbuat apa-apa, Jessie juga merupakan gadis dengan keluarga terpandang di desa mereka.

Cukup lama mereka mengayuh hingga berhenti di tepian sungai dengan air yang jernih, Ada turun dari sepedanya dan meletakkan ke tanah dengan perlahan, setelahnya melepas sepatu dan duduk, kedua kakinya masuk kedalam air yang sejuk itu.

Disebelahnya Jessie mengikuti, ia cengengesan memperlihatkan gigi kelinci dan putih itu, Ada hanya tersenyum kikuk, dan memainkan kedua kakinya di dalam air.

Jessie juga diam dan melakukan hal yang sama, hingga ia tanpa sengaja melirik ke leher Ada, disana terdapat sebuah kalung dengan liontin cincin.

"Itu cincin apa?" Menunduk dan menyentuh lembut cincin yang menjadi liontin dengan tangan kirinya, Ada tersenyum tulus disaat memandang cincin itu, membuat Jessie terpana dan makin menyukai Ada.

"Hanya cincin biasa." Cincin biasa.. Ada sangat malu mengatakan fakta yang sebenarnya, ia bukan malu terhadap statusnya dulu, ia lebih malu kepada dirinya yang sudah menyakiti seseorang yang begitu baik dan tulus.

"Bohong." Gumam Jessie pelan, Ada hanya terkekeh kecil dan mendongak, kedua tangannya berada di belakang tubuh dan menopang tubuh.

Memandang langit yang begitu cerah dan awan bergerak pelan karena tiupan angin, setelahnya beberapa burung dan dedaunan terbang memperindah langit tersebut.

Melihat Ada yang begitu nikmat melihat keindahan langit, ia mulai mengeluarkan hp dan memfoto Ada diam-diam, beberapa jepretan foto dapat dan disimpan, ia melihat hasil jepretannya dan tersenyum lembut memandang wajah Ada.

"Cantik." Gumamnya pelan dan memasukkan hp kedalam sakunya, ia menghela nafas panjang dan menyandarkan kepala ke bahu Ada.

Ada sudah terbiasa dan menopang pipinya di kepala Jessie.

18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang