Isma baru saja tiba di sebuah kota kecil dimana tempat dia mulai mencari pekerjaan, dirinya tiba dengan memakai bus dan kini berjalan semangat untuk mencari pekerjaan.
Ia tidak menunda-nunda karena ingin segera bekerja dan menghasilkan uang, namun sudah banyak tempat kerjaan yang membuka lowongan tidak ada satupun yang menerima Isma, entah karena penampilannya kurang menarik atau Isma memakai hijab.
Iya Isma berhijab dan dia menyadari kalau sepanjang perjalanan mencari kerja, Isma kerap bertemu dengan wanita sexy memakai baju kurang bahan, lalu beberapa pria mabuk dan nakal sempat menggodanya.
Isma menghela nafas, ia memeluk dokumen di dada dan menatap gedung terakhir harapannya, lagi-lagi kegagalan yang dia dapat.
"Cari kerjaan disini emang susah." Tiba-tiba seseorang berbicara kepadanya, Isma menoleh dan terkejut melihat sosok perempuan berhijab namun merokok.
"Kamu wanita kenapa merokok?" Sosok itu menyeringai tipis dan meniupkan asap ke wajah Isma, sontak wanita berhijab coklat itu terbatuk-batuk dan mengibas asap dari wajahnya.
"Astaghfirullah sungguh tidak terpuji."
"Hal biasa disini, nanti kamu juga terbiasa."
"Tidak akan pernah." Isma langsung tidak menyukai sosok perempuan itu, ia memilih bergegas untuk mencari tempat tinggal atau penginapan, rencana ia mau pulang karena gagal disini, untuk apa berlama-lama lebih baik ia membantu ibunya.
Pikir Isma sambil berjalan hingga derap langkah kakinya berhenti di sebuah hotel bintang 3, tidak ada yang istimewa dari hotel itu hanya seperti rumah biasa yang bertingkat dan sedikit luas, ia bergerak masuk menuju resepsionis.
"Assalamualaikum." Resepsionis yang tengah menyalakan rokok seketika berhenti dan menatap datar sosok Isma.
Isma memberikan senyuman hangat dan melirik kearah rokok yang terapit diantara jari tengah.
"Ada kamar kosong mbak?"
"Tidak ada."
"Ayolah mbak, saya tidak mau berjalan lagi untuk mencari penginapan." Terlihat resepsionis itu tidak suka dengan Isma, ia berkata benar kalau kamar tidak ada yang kosong sekalipun.
Sebenarnya ada, namun kamar itu merupakan VIP dan bayarannya cukup mahal, ia menilai penampilan Isma yang kemungkinan tidak sanggup membayar semalam dikamar itu.
"Bagaimana mbak, ada?" Menghela nafas dan melihat bulir keringat di dahi membuat ia merasa kasihan, dengan begitu ia meraih kunci dan meletakkannya di meja.
Isma senang dan meraih kunci itu, namun ditahan dengan cepat.
"Bayar di muka, untuk check in dan check out langsung." Mendengar itu, Isma mengangguk dan mengeluarkan beberapa lembar uang, pikirnya 500k mungkin cukup buat semalaman mengingat penginapan yang ia tempati tidaklah bagus didalam, benar-benar seperti rumah biasa yang bertingkat, dindingnya saja sudah kusam dan terbuat dari kayu.
"Kurang 500k."
"Hah?"
"Semalaman 1jt." Sontak Isma menelan ludah dan melihat dompetnya, masih ada 500k namun ongkosnya untuk pulang nanti tidak ada.
"Tidak bisa kurang."
"Tidak."
"Tetapi saya tidak ada duit lagi." Resepsionis menghela nafas lagi dan ia menelpon seseorang di hp yang langsung tersambung, berbicara sambil berkacak pinggang dan sesekali melirik Isma.
Dan sayup-sayup Isma mendengar sesuatu.
"Hm, barang bagus sepertinya, 2jt? Oke." Telpon dimatikan, Ia meletakkan hp dan memberikan kunci.