Bunyi jam sama sekali tidak membuyarkan fokus Yuna terhadap beberapa berkas di atas meja kerjanya, ia masih sibuk mengatur laporan serta keuangan yang terdapat beberapa kekurangan, hal itu membuat Yuna stress dan membawa seluruh pekerjaannya kerumah.
Disela itu, ketokan pintu terdengar dan Yuna mengizinkan masuk tanpa mengalihkan pandangan dari laptopnya.
"Kamu sudah makan?" Mendengar suara lembut itu, berhasil membuat Yuna mengalihkan pandangan ke depan dan tersenyum hangat, ia memutar kursi kerjanya ke samping kanan disaat Hyera sudah ada disisinya.
"Hanya makan roti." Hyera tersenyum hangat dan duduk di pangkuan Yuna yang langsung di tahan tubuhnya oleh kedua tangan Yuna.
"Kerjanya di lanjutin besok aja, bisa enggak?" Yuna menggeleng dan Hyera terlihat sedih, namun dia bisa apa? Bagi Yuna pekerjaannya sangat penting.
"Iyaudah, kalau sudah selesai langsung istirahat ya."
"Iya sayang." Hyera tersipu malu mendengar setiap Yuna memanggilnya sayang, dan sebelum pergi meninggalkan Yuna, ia memberikan kecupan semangat di bibir yang berlangsung menjadi ciuman karena Yuna melumat lembut bibir Hyera.
Selang beberapa menit, Hyera pergi meninggalkan Yuna yang tersenyum hangat kepadanya sambil menyentuh bibir, setelah Hyera hilang sepenuhnya dari pandangan, Ia kembali fokus ke berkas kerjanya dan mengerjakan cepat karena hari kian larut.
"Hah.." Tepat di jam 12 malam, Yuna menyelesaikan semuanya, ia menyandarkan lemah kepala ke sandaran kursi dan memejamkan mata seraya memijit kedua pelipisnya, Pusing, lelah, dan ngantuk menjadi satu, mungkin dia bakal tertidur di ruangan kerja karena tidak kuat berjalan menuju kamar.
Matanya terbuka dan tertutup sayu, pandangannya mulai meredup karena ngantuk, ditambah suasana yang sepi serta dentingan jarum jam terdengar seakan menjadi iringan pengantar tidurnya. Hingga mata itu akhirnya terpejam dan terdengar helaan nafas tenang disertai dengkuran pelan.
Yuna tertidur di kursi kerjanya dengan posisi kursi kerja memutar membelakangi pintu.
Denting jam terus terdengar pelan disertai pintu ruangan kerja yang terbuka perlahan, terdengar suara derap langkah kaki yang berjalan pelan mendekati Yuna.
Langkah kaki itu berhenti dikala sudah ada dihadapan Yuna, si pemilik derap langkah kaki perlahan bersimpuh lutut dihadapan Yuna yang tertidur dalam posisi kaki sedikit mengangkang.
Kedua tangan kurus dan putih terangkat lembut menyentuh kedua paha dalam Yuna, ia bergerak pelan serta hati-hati mengusap paha tersebut, hingga satu tangannya menyentuh milik Yuna yang tertidur di dalam celana.
Tangan yang menyentuh milik Yuna, bergerak pelan mengusapnya, terasa begitu kokoh serta besar walaupun dalam kondisi tidur, pemilik tangan menelan ludah dan kepalanya perlahan mendongak menatap Yuna, memastikan kalau si pemilik batang pusaka tersebut tidak terganggu.
Di rasa aman, ia terus mengusap batang Yuna, perlahan batang tersebut bereaksi hingga terdengar suara desisan pelan yang membuatnya terkejut dan berhenti mengusap, dengan cepat ia mendongak menatap Yuna lagi.
Untungnya Yuna tidak terbangun, bahkan ia terlihat tidur dengan nyenyak disertai suara dengkuran yang sedikit membesar, membuat si pemilik tangan menghela nafas dan menunduk menatap selangkangan Yuna.
Tangan satunya yang menganggur perlahan bergerak membuka resleting celana Yuna, perlahan dan lembut, hingga akhirnya resleting celana terbuka dan Ia menurunkan sedikit celana Yuna bagian depan hingga memperlihatkan celana dalamnya.
Setelah itu, celana dalam ditarik pelan mengeluarkan batang Yuna yang langsung mengacung hampir mengenai wajahnya, ia tersentak dan menarik sedikit wajahnya mundur dari selangkangan Yuna, matanya membulat sempurna memandang batang yang begitu kokoh di depan mata, tenggorokannya bergerak pelan menelan ludah dan tangan kanan bergerak ragu menyentuh batang tersebut.