Malam harinya Jessica duduk termenung di teras, ia tengah berfikir sekiranya siapa yang menjadi pengagum rahasianya.
Udah hampir 3 tahun, bahkan tidak ada jejak sedikit pun dari pengagum rahasianya. kalau mengira Jessica diam saja, kalian salah besar.
Jessica pernah datang pagi-pagi buta untuk menciduk, namun cukup lama menunggu tidak terlihat sedikit pun batang hidung pengagum rahasianya, dan waktu di cek ternyata lokernya sudah terdapat coklat dan lipatan kertas.
"Hah.." Menghela nafas pelan sambil berbaring dengan lipatan tangan sebagai bantalnya, dia teringat perkataan Rezka dan itu membuatnya jadi berpikir keras lagi.
"Apa jangan-jangan Rezka? eih gak mungkin lah." Terkekeh kecil dan menatap lama langit gelap yang dihiasi bintang dan bulan.
"Eka?" bergerak duduk dan memiringkan sedikit kepala sambil mengernyitkan dahi.
"Gak mungkin juga lah, dan gak mungkin teman lainnya kan? apa jangan-jangan kelas lain? argh pusing pala gua." Mengacak rambutnya sendiri karena frustasi dan pusing, ia mendengus sambil bangun lalu berjalan menuju motornya.
Jessica ingin mencari angin sejenak untuk mengalihkan pemikirannya soal pengagum rahasia, mengendarai motor dengan pelan menikmati angin malam, hingga laju motornya kian memelan disaat melewati sekolah.
Jessica balik arah dan berhenti di depan gerbang yang masih terbuka, melepas helm lalu meletakkan di tangki minyak motornya dan berjalan menghampiri satpam.
Dia izin untuk masuk sekolah karena ada yang ingin di cari, satpam awalnya menolak namun karena dikasih duit, Jessica mendapat izin masuk.
Dia berjalan sambil menggelengkan kepala dan melihat sekeliling, untungnya sekolah mereka tidak terlalu angker, dan untungnya banyak pencahayaan dari tiang lampu dan sebagian ruangan.
Jadi Jessica tidak terlalu takut, ya sebenarnya Jessica tidak percaya dengan begituan, dia saja bersiul menaiki tangga dan menuju kelasnya.
Tetapi langkah kakinya berhenti disaat melihat pintunya terbuka, ia seketika berbalik dan berjalan cepat menuju tangga lalu mengintip sedikit siapa yang barusan keluar dari kelas.
Jessica melihat sosok dengan pakaian serba hitam, memakai topi serta masker, dia tidak bisa melihat jelas wajah seseorang itu, menarik diri di kala orang itu tiba di tangga dan berjalan turun dibarengi dengan hembusan angin, yang membuat Jessica memejamkan mata dikala mencium wangi orang itu.
Jessica menyunggingkan senyuman dan membuka mata, ia terkekeh kecil mengenal wangi parfum barusan, keluar dia dari persembunyian dan berjalan ke kelas.
Dia membuka pintu dan berjalan lebih ke dalam terus hingga berhenti di lokernya, setelah itu meraih kunci dari tumpukan buku yang tertinggal dan membuka.
"Ah.. ternyata di malam hari meletakkannya, menarik." Jessica sudah tau pengagum rahasianya, dia tersenyum lebar sambil mengambil secarik kertas dan coklat lalu seperti biasa, ia membuka lipatan kertas itu dan membacanya.
Pagi harinya terdengar derap langkah kaki disertai p heels milik Bu Tasya, hari ini jam pertamanya mengajar adalah kelasnya sendiri.
Dia membuka pintu yang langsung membuat para muridnya memandang kearah pintu, Bu Tasya tersenyum seraya berjalan ke meja miliknya, ia meletakkan tas kecil dan beberapa buku cetak diatasnya.
"Mau berdiri diam saja, anak-anak ibu?" Mereka terkekeh kecil dan duduk di kursi masing-masing, Bu Tasya juga duduk sambil meraih buku absen dan membukanya, ia mulai mengabsen satu persatu muridnya.
"Jessica."
"Izin dia Bu." Eka menyaut, Bu Tasya mengernyitkan dahi dan lanjut mengabsen hingga seluruh nama anak muridnya tersebut, setelah itu meraih spidol dan berdiri berjalan ke papan tulis.