Kerja kelompok pt2

7K 113 8
                                    

"Anggrek, kita sudah sampai." Tepukan halus di pipi serta suara yang begitu lembut membangunkan Anggrek, karena jauhnya perjalanan ia tidak sadar tertidur.

Anggrek langsung melongo melihat pemandangan di depannya, bagaimana tidak, ia dibawa kesebuah villa yang terdapat pantai sebagai pemandangannya, pantas saja perjalanan mereka sangat jauh.

"Maaf ya, aku memilih villa karena disini tenang dan sepi, mungkin lebih fokus untuk kerja kelompoknya." Kalau kalian berfikir Dahlia yang berbicara sehabis di tegur, tentu saja tidak, masih Daisy yang bahkan berdiri disebelahnya.

"Tidak apa-apa."

"Iyaudah, ayok masuk." Anggrek hanya menurut masuk kedalam Villa, ia langsung disuguhkan oleh beberapa bingkai foto serta patung abstrak didalam villa.

Mewah, satu kata yang menyimpulkan isi villa tersebut.

"Mau makan dulu?" Anggrek menolak, namun tidak dengan perutnya yang berbunyi, seketika dirinya malu apalagi di lihat oleh Dahlia yang menahan tawa, Rose juga melihat namun datar dan dingin.

"Jangan malu-malu, anggap saja rumah sendiri." Bagaimana bisa Anggrek menganggap Villa ini rumahnya sendiri, ia bahkan masuk lebih dalamnya saja segan.

"Kemarilah." Kali ini Rose yang berbicara, ia sudah merapikan beberapa meja panjang sebagai media kerja kelompok nanti.

Dahlia juga turut merapikan sofa, entah kenapa ia malah merapikan sofa yang sudah terlihat rapi.

Selang beberapa menit, masakan serta minuman segar sudah jadi, Anggrek memakan enggan masakan Daisy karena takut, Daisy menyadari itu, ia terkekeh kecil dan memberikan segelas air putih ke Anggrek.

"Tenang saja.. aku tidak memasukkan apa-apa kedalam makananmu." Tersenyum malu karena tidak enak berpikir buruk, Anggrek mencoba menghabiskan makanan yang di masak Daisy ia bahkan meminum minuman segar buatannya.

Enak dan segar, Anggrek jadi tau kalau Daisy pintar memasak. Seketika ia penasaran dengan Rose dan Dahlia, sekiranya apa keahlian dua nama tersebut.

"Nah sudah kenyang, ayok kita kerja kelompok."

Kerja kelompok sih, emang, tapi kenyataan pahit yang Anggrek pikirkan waktu di perpus terjadi, hanya dia yang mengerjakan, Ya Daisy sempat membantu namun anak itu sudah tepar di sofa, sedang Dahlia tidak tau dimana, apalagi Rose yang langsung pergi sehabis makan.

"Hah." Helaan nafas disertai tubuh bersandar di kaki sofa yang terdapat Daisy diatasnya.

"Semangat Anggrek." Menyemangati diri sendiri dan mengerjakan sisa kerja kelompok yang hampir siap.

"Anggrek bangun." Dan lagi, Anggrek dibangunkan oleh Daisy, serasa Dejavu baginya yang terbangun dari tidur lelap.

"Sudah jam berapa ini?"

"Sudah malam." Mendengar itu, Anggrek seketika melotot lebar dan menoleh ke jam, benar saja.. sudah jam 8 malahan.

"Pulang, aku harus pulang."

Daisy menahan Anggrek, ia mengeluarkan hp dan memperlihatkan chatnya dengan ibu Anggrek.

"Ibumu sudah mengizinkanmu menginap." Lagi-lagi, ibunya mengambil keputusan sepihak tanpa berbicara ke Anggrek, mau tidak mau ia menginap di villa mewah ini.

"Makan dulu yok.. Dahlia sudah masak."

"Dahlia masak?"

"Iya." Anggrek sempat tidak percaya, namun melihat dengan mata sendiri bagaimana lihainya Dahlia memasak membuatnya terpaku.

"Apa Rose juga bisa memasak?"

"Kalau Rose tidak, dia termuda disini."

Ah.. ternyata ada pengukuran umur dalam mereka bertiga dan di pikir-pikir entah sejak kapan Anggrek akrab ke Daisy, bahkan mereka banyak bercanda gurau.

"Kamu bertiga itu yatim piatu." Anggrek merasa iba mendengar cerita Daisy serta Dahlia dan Rose, ia sambil meminum pelan teh hangat bikinan Dahlia.

"Terus alasan kami jarang masuk ya karena kerja, ngurusin usaha orang tua yang tertinggal."

"Kalian hebat." Penuh rasa kagum seketika karena mereka belum sangatlah dewasa, tetapi sudah ditinggalkan tanggung jawab yang besar.

Daisy tersenyum hingga malam kian larut, teh sudah habis, hawa dingin terus menyerang namun entah kenapa Anggrek merasa gerah.

"Apa karena belum mandi ya." Gumamnya pelan.

"Ada apa?" Menoleh ke Daisy dan menggeleng.

"Mau mandi?" Dengan malu mengangguk, Daisy juga lupa menunjukkan kamar Anggrek, dengan begitu ia membawa Anggrek ke kamar.

Disela kegerahan Anggrek mengagumi interior kamar, mewah, mewah dan mewah, hanya itu yang terus ia gumamkan.

Namun rasa kagum itu buyar dengan gerah di tubuh, ia langsung bergegas ke kamar mandi dan membasahi tubuh di bawah guyuran shower.

Tubuh yang telanjang bulat dibawah shower sama sekali tidak menghilangkan rasa gerah, ia malah kian merasakan panas didalam tubuh.

Seketika ia mulai berpikir buruk mengenai apapun, terlebih Anggrek baru saja meminum teh bikinan Dahlia, mengabaikan tubuh yang basah dan telanjang, Anggrek berjalan menuju nakas kecil dan mencium kembali gelas itu, tidak ada bau apapun kecuali teh, ia mendesah pelan dan mengusap tubuhnya sendiri yang terasa panas, mengusap tengkuk dan leher sambil berjalan ke kasur.

Ia abaikan shower yang masih menyala, tubuhnya terbaring di kasur besar dan menggeliat pelan merasakan sensasi panas di tubuh.

"Panas.. hah... Panas." Melirik ke AC yang sudah nyala dan suhunya begitu dingin, Anggrek di buat bingung dengan tubuhnya sendiri.

"Pa-panas.. tolong." Terus mengusap tubuhnya bahkan ke leher dan turun ke dada. Kedua kakinya bergerak gusar mengacak seprai di bawah, matanya berkaca-kaca karena tidak tahan dengan rasa panas, ia bahkan menggesekkan paha merasakan sesuatu berlendir dan basah.

"Ahh.. siapapun tolong." Berteriak kecil sambil menangis, ia terus menggeliat di kasur hingga pintu terbuka dan tertutup karena seseorang masuk, namun kembali terbuka dan tertutup, kembali terbuka dan tertutup kali ini disertai suara pintu terkunci.

Anggrek menatap buram ketiga orang yang berada di depannya, karena air mata menumpuk di pelupuk serta menangis, ia melihat buram salah satu orang naik keatas tubuhmu dan menahan kedua tangannya.

"Suth.. tenang." Anggrek mengenal suara lembut itu.

"Daisy."

"Heum?"

"Apa yang terjadi, kenapa tubuhku panas sekali." Daisy tidak menjawab, ia malah membalikkan tubuh Anggrek dan mengambil kedua tangan, Sontak Anggrek kelabakan karena kedua tangannya terikat.

"Daisy.. enggak, enggak Daisy lepas." Memberontak kecil namun lemah karena rasa panas, Tubuhnya di balik lagi namun kali ini ditarik hingga duduk dan kakinya jatuh ke lantai.

"Berhubung kamu telanjang, kami tidak perlu susah payah melucuti pakaianmu."

"Kami?" Anggrek menggeleng tidak percaya, salah satu dari mereka bersimpuh lutut di dekat paha, Anggrek tau apa yang bakal terjadi ia mengatup kuat pahanya enggan membuka.

Melihat itu, Daisy bergerak naik keatas kasur dan duduk mengangkang di belakang Anggrek, ia membawa kedua tangan kedepan menangkup payudara Anggrek, tentunya memberontak pelan, ingat cuman pelan karena tubuhnya sudah begitu panas, bahkan sentuhan tangan Daisy di payudara membuat darahnya berdesir.

Ia terlalu fokus dengan tangan di payudara hingga tidak menyadari pahanya yang sudah di buka dan kepala seseorang terbenam di selangkangannya.

"Ahhhh.." Desahan pelan terdengar, membuat jantung mereka berdegup kencang, darah berdesir dan libido terpancing, Anggrek tidak termasuk untuk mendesah namun disaat Pussymu di kulum dan di emut, siapa yang sanggup menahan desahan.

Terlebih tubuhnya seakan mengijinkan perlakuan tersebut.

"Heunghh.. hahhh." Mata terpejam lemah dan kepala mendongak lemah serta tubuh bersandar di dada Daisy.

Daisy menyeringai kecil dan meremas payudara Anggrek.

"Shhh sakithh."
























Hayo tebak... Siapa cast kali ini kkk.

18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang