Segitiga end.

6.1K 81 18
                                    

Terdengar suara getaran hp yang tergeletak di atas meja dan disebelah laptop, sepuluh jari yang bermain di keyboard seketika berhenti dan tangan kirinya bergerak mengambil hp, ia menggeser tombol ke warna hijau dan mengangkat tangannya ke telinga.

"Halo?"

"Iya aku di cafe."

"Yaudah aku tunggu, hati-hati." Setelah itu telpon dimatikan, tangannya meluruh ke bawah meletakkan hp dan kembali berkutat di keyboard.

Dia lanjut mengetik cerita yang bakal dirilis Minggu depan.

Selang beberapa menit, derap langkah kaki terdengar mendekatinya dan seseorang menyentuh bahumu, membuat dia menoleh ke tangan dan mendongak keatas memandang wajah orang itu.

"Cepat sekali Ruby." Ruby tersenyum hangat dan duduk di hadapannya dan ternyata dia tidak sendirian.

Ruby membawa seseorang yang duduk disebelahnya dan memperkenalkan mereka berdua.

"Valentina."

"Miya."

Begitulah awal pertemuan Miya dan Valentina, hingga timbul rasa suka novelis muda itu kepada sahabat teman kecilnya.

Kesan pertama Miya terhadap Valentina adalah wanita yang baik, lemah lembut dan pengertian, itu yang membuat Miya sangat menyukai Valentina.

Namun sekarang...

Apa yang dilihatnya sungguh membantah penilaian Miya di awal bertemu, ia melirik Valen yang begitu nikmat menyantap pussynya walaupun kepalanya terjepit, tidak peduli dengan rasa sesak yang jelas dia mendapatkan apa yang diinginkannya dari dulu.

Valentina puas dengan pussy Miya, ia melebarkan paha dan mendongak memandang Ruby yang kini meraup leher putih dan mulus itu, dia juga meninggalkan jejak di seluruh leher novelis muda itu.

Tidak mau kalah, Valentina menjilat pangkal paha Miya dengan sensual bahkan menghisap dan menggigit, membuat Novelis muda itu melenguh pelam karena bibir bawahnya di gigit sendiri, ia berupaya untuk menepis semua kenikmatan yang dilakukan Ruby dan Valentina, melakukan pemberontakan lagi sehingga Ruby berhenti dan mendongak.

Ia mendongak sambil menempelkan pipi kirinya ke pipi kanan Miya, memandang datar dan tajam disertai tangan kanannya bergerak turun meraba dada.

Miya tersentak dan meringis akibat gesekan jepit di puting pinknya, ia menunduk dan memandang takut mata tajam Ruby.

"Sayang maaf." Berucap lirih di depan bibir yang terbuka, Ruby menelan ludah dan bergerak turun mengecup area dada, Miya mengatur nafasnya dan kedua tangan yang terikat terkepal kuat karena putingnya di tarik-tarik.

Sungguh sakit dan perih, ia bahkan gemetar kecil dan tersentak lagi disaat sesuatu yang basah dan hangat mengecup puting perihnya.

Ia memejamkan kuat mata disertai kernyitan dahi dan air mata mengalir di sudut bibir, tubuhnya bergerak gusar memberontak perbuatan Ruby terhadap payudaranya, namun yang di terima adalah tamparan keras dan rematan kuat di payudara kanannya.

Membuat dia berhenti melawan dan membusungkan dada serta mengalihkan pandangan tidak sanggup melihat wajah Ruby yang merah karena nafsu dan mata tajam mengarah kepadanya.

"Sudah.. cukup." Berucap lirih dengan mata yang perlahan sayu serta mulut terbuka kecil.

Dia meminta untuk sudahi ini semua, namun tubuhnya malah bereaksi beda, tubuhnya ingin sentuhan dan di buai.

"Jangan munafik sayang." Membuka mata perlahan dan redup memandang Valen yang ternyata gantian, ia melirik kebawah memandang Ruby yang tengah mengusap pussynya dan menjepit klitorisnya dengan dua jari.

18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang