BAB 13. Bimbang

23 2 0
                                    

"Flo, kayanya gue suka sama Daffa."

Spontan Flora langsung tersedak kuah bakso yang ia seruput, pengar bukan main. Ia langsung menyambar es teh di depannya dan meminumnya hingga sisa setengah.
Alora menyodorkan tisu untuk Flora, ia merasa bersalah membuat gadis itu tersedak sampai wajahnya memerah.

"Yaampun! Uhuk! Uhuk! Ehem!"
Alora meringis menatap Flora, "Yah, sory. Gue gak maksud ngagetin lo."

"Oke, oke. Sumpah gila lo Ra, hampir mati gue."
Alora hanya bisa menyengir canggung, "Ya maaf."

"Tadi lo ngomong apa? Lo suka sama Mas Daffa?" Dengan polosnya Alora mengangguk, Flora menghela nafasnya. Bukan ia tidak suka Alora menaruh hati pada Daffa, namun masalahnya..

"Mas Daffa belum selesai sama masa lalunya Ra."

"Yang Mia-Mia itu? Ayolah, itu udah lama."

Flora tersenyum tipis, ia benar-benar terkejut mendengar pengakuan dari Alora. "Ra, gue bukan gak suka lo naruh hati sama Mas Daffa. Tapi, jangan naruh harapan sama orang yang belum selesai sama masa lalunya."

"Mungkin mereka putus udah tahunan, tapi lo tahu? Beberapa minggu lalu, Kak Mia kembali." Jelas Flora

"Kembali?"

Flora mengangguk, "Mas Daffa yang cerita. Tapi katanya mereka gak jadi ketemuan. Meskipun gitu, jauh dihatinya Mas Daffa, dia masih ngarepin Kak Mia."

"Oh ya?"

"Hm, katanya Mas Daffa gak punya alasan buat lupain Kak Mia meski putusnya mereka karena masalah. Susah lah, jadi gue saranin, jangan deh Ra, nanti lo sakit sendiri."

Alora mengangguk mengerti, namun akhir-akhir ini Daffa memang mencuri pandangannya, padahal biasanya lelaki itu terlihat biasa saja, tak ada yang istimewa darinya, tak ada yang mencolok karenanya. Hatinya memang serapuh itu untuk menerima perhatian lebih, padahal hanya karena ia pulang bersama Daffa kemarin saat hujan dengan satu payung.

"Lo bisa ceritain soal mereka gak?" Pinta Alora.

"Em, setahu gue aja ya Ra. Soalnya dulu, gue gak terlalu perduli sama kakak kelas."

Alora terkekeh, kemudian ia mengangguk. Kemudian gadis itu menatap Flora dengan serius.
"Mereka kakak kelas gue kan. Mas Daffa itu ketua osis, dan Kak Mia tuh, katanya qween bully. Gue juga sering sih denger Kak Mia ngebully disekolahan sampai masuk BK, tapi Kak Mia juga baik setahu gue."

"Daffa ketua osis?"

Flora mengangguk."Ketua osis, kapten basket. Novelable 'kan?" Alora terkekeh sambil mengangguk membenarkan.

"Eh, bentar. Dia kakak kelas lo? Tapi kok kuliahnya?"

Flora terkekeh, "Dia telat satu tahun. Dari jaman sekolah dia emang punya sakit lambung, gue gak tahu separah apa, tapi katanya satu tahun itu dia buat pengobatan."

Alora kembali mengangguk-angguk. "Dulu tu kalo gak salah, ada satu kejadian yang buat gempar sekolahan. Gak deng, ada dua. Yang pertama tu, Nagasakti kan ada tuh putri sekolah, nah dia nyamar dengan segala macam cara buat bisa dapetin Mas Daffa, bisa bayangin sepopuler apa Mas Daffa dulu?"

"Serius? Terus-terus? Gemparnya dimana?"

"Dia namanya Zyline kalo gak salah. Saking obsesinya, atau malah gue bilang gila sih. Dia nyulik Kak Mia, tapi gue gak tahu cerita pastinya si Zyline ini malah mau bunuh Mas Daffa."

Alora menyerit. "Bunuh gimana?"

"Dari kabarnya sih, dia nusuk perutnya Mas Daffa gitu kan, sampai kritis, dan dua minggu keknya waktu itu Mas Daffa gak masuk."

12. Bumantara dengan LukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang